Total : 48Prolog dan Bab 1
Pengusaha muda bernama Nelson Abra Nugraha terlibat kecelakaan tunggal. Dari pantauan CCTV juga menu
readmore SERPIH 2
“Kak,” panggil Rendra yang memecah lamunku. Sudut rumah yang paling kusuka adaah kolam renang. Di se
readmore SERPIH 3
“Pa, bisa bujuk Kakek untuk hal-hal aneh yang nantinya beliau suarakan?” tanyaku dengan nada sedikit
readmore SERPIH 4
“Bu,” panggil Anna tiba-tiba. Aku belum genap memasuki koridor tapi sudah mendengar suaranya dari ar
readmore SERPIH 5
Mahreem. Siapa yang tak mengenal nama itu. Salah satu dari jajaran kabinet menteri yang bertugas hin
readmore SERPIH 6
Ini merupakan kesialan tersendiri bagiku. Sejak awal kedatangannya di rumah orang tuaku, aku tau, ta
readmore SERPIH 7
Bisnis dan cinta. Dua hal yang aku merasa, masih bisa dipisahkan. Hidup enam belas tahunku tanpa cin
readmore SERPIH 8
Aku pernah kehilangan. Aku pernah seputus asa ingin terjun masuk dalam liang lahat. Memeluk tubuh ya
readmore SERPIH 9
Kakek Willy membuka matanya. Rasa sesak di dadaku perlahan hilang. Terganti dengan senyum penuh kele
readmore SERPIH 10
Aku pernah dilamar. Acaranya besar dan megah. Pria itu sungguh menjadikan aku gadis paling bersinar.
readmore SERPIH 11
Genap seminggu aku menjadi istri Andrew. Tak ada yang berubah karena aku pun masih fokus pada pemuli
readmore SERPIH 12
“Kek ...” Aku hampir putus asa karena Kakek sama sekali tak mau kuselimuti. Kami berjalan dan menikm
readmore SERPIH 13
Sudah berlalu tiga hari Kakek dimakamkan. Rasa kehilangan yang menderaku masih ada. Walau aku sering
readmore SERPIH 14
Kami disambut hangat Om Gu, tapi aku tak melihat Bu Puri. Aku pun enggan bertanya bukan karena tak m
readmore SERPIH 15
Saat aku membuka mata, keadaan tak ada yang berubah. Biarpun agak sulit terpejam semalam, pada akhir
readmore SERPIH 16
Saat aku membuka mata, keadaan tak ada yang berubah. Biarpun agak sulit terpejam semalam, pada akhir
readmore SERPIH 17
Sepagian ini senyum Andrew sama sekali tak luntur. Aku yang mengenakan seat belt sampai bingung meng
readmore SERPIH 18
Namanya Risna Arunika. Kupuji namanya dengan tulus yang disambut senyum sungkan. Aku tak masalah. Ur
readmore SERPIH 19
Gedung biru yang menjulang sudah ada di depan mata. Kami sudah di lobby. Gegas Andrew turun dan memb
readmore SERPIH 20
Kami benar-benar makan malam dengan obrolan santai. Walau tak bisa kuanggap santai lantaran karena b
readmore SERPIH 21
Kutopang dagu dengan saah satu tangan sementara tangan lainnya sibuk membolak balik file yang baru s
readmore SERPIH 22
Kuputar sekali lagi gelang berbentuk love di sekelilingnya. Jangan tanya betapa berkilaunya jika ter
readmore SERPIH 23
Dibantu Bi Sum—padahal tak perlu, aku menyiapkan sarapan Andrew dengan menu berbeda. Nasi goreng tan
readmore SERPIH 24
Konsentrasiku buyar entah ke mana. Bahkan hingga meeting selesai aku sama sekali tak mampu meresapi
readmore SERPIH 25
“Kamu serius enggak butuh bantuan saya?” tanya Andrew sekali lagi. Memastikan padaku—mungkin—apa kir
readmore SERPIH 26
“Belum tidur?” Aku menoleh dari layar ponsel. Dewi mengirim beberapa design undangan. Berhubung waktu
readmore SERPIH 27
Andrew berulang kali memindaiku dengan tatapan khawatir. Kedua tangannya menahan bahuku agar netrany
readmore SERPIH 28
Besok, kami pindah. Sebelumnya, sekali lagi aku mengunjungi apartement tempatku berpulang. Melepas p
readmore SERPIH 29
“Ndrew, Ibu tanya apa nanti ada syukuran penempatan rumah baru? Undang tetangga kanan kiri?” tanyaku
readmore SERPIH 30
“Gimana kantor?” tanya Papa sembari membolak balik majalah yang ada di meja. Kunjungannya pagi ini m
readmore SERPIH 31
Seperti yang sudah menjadi kebiasaan baru bagi hidupku kini, Andrew sudah ada di lobby. Menungguku s
readmore SERPIH 32
“Kenapa, Ndra?” Saat kulirik, nama Rendra muncul di sana. Beruntung, aku telah selesai melaksanakan
readmore SERPIH 33
Pesta tadi cukup menguras tenaga sebenarnya. Walau hanya berdiri menerima tamu undangan, juga seseka
readmore SERPIH 34
Aku tak tau berapa lama terpejam. Yang kurasa saat membuka kelopak mata, ada satu rasa asing yang ma
readmore SERPIH 35
Jangan tanya bagaimana aku menormalkan semua anggota tubuh yang gemetar karena kejadian yang hampir
readmore SERPIH 36
Serangkaian laporan Rendra beri padaku sebelum mengantarkan kami ke bandara. Bahkan di jalan, kami m
readmore SERPIH 37
“Ai,” panggil Andrew pelan. Aku sudah menyadari keberadaannya di kamar yang kutempati selama berada
readmore SERPIH 38
Tak ada yang bersuara sejak kedatangan kami di sini. Aku hanya menatap pigura besar yang masih terse
readmore SERPIH 39
“Jadi ... apa yang bisa Om bantu, Nak?” Kami saling bersitatap. Dua hari sejak kepulangan kami ke Jak
readmore SERPIH 40
“Masih sakit?” tanyaku pelan. Walau sudah kuberi salep untuk luka memar, tapi tetap saja noda biru i
readmore SERPIH 41
Hari ini, rapat besar akan berlangsung jam sepuluh pagi. Gina sudah mempersiapkan semua yang Andrew
readmore SERPIH 42
Hari-hariku kembali. Aktifitas berkantor juga sudah membuatku sibuk dengan aneka meeting dan membaha
readmore SERPIH 43
“Mas, aku serius enggak apa. Ada Bi Inah dan Mami juga, kok.” Entah sudah berapa kali kukatakan pada
readmore SERPIH 44
Mimpi semalam terlalu indah untuk aku abaikan. Bahkan aku masih bisa menghidu jejak wangi mawar di s
readmore SERPIH 45
Keadaan Jaka juga tak kalah genting. Dua luka tembak yang ia peroleh cukup membuatnya banyak kehilan
readmore SERPIH 46
Genap tiga hari Andrew belum mau membuka matanya. Kebalikan dengan Jaka di mana pria itu sudah sadar
readmore SERPIH 47
Aku tak tau, kenapa menjalani hari bisa penuh semangat seperti ini. Padahal dokter sering memperinga
readmore EPILOG
“Hai, Jagoan. Lagi apa?” Gerak saya bermain Mario Bros, terhenti. Mendongak sesaat dan mendapati seor
readmore
ide bgus
2d
0pasti bagus
20/10
0bagus bgt♡
12/07
0bagus
08/07
0bagus sekali saya suka
08/07
0bagus bnget
05/07
0Keren sih
25/06
0cantikkk
17/06
0bagusss
25/05
0keren suka membaca
23/05
0