Tag(s):
• Kecantikan
• Detail
• Drama

Bibir laki-laki itu mendarat tepat di atas bibirnya. Seakan-akan menjadi pertanda buruk, kehidupannya mulai kacau balau. Tidak hanya ciuman pertamanya dicuri olehnya, laki-laki itu juga menjadi tamu di rumahnya. Ditambah lagi, dia harus menghadapi kenyataan konyol bahwa dirinya sedang dijodohkan dengannya. Oh, dia sangat berharap laki-laki itu menghilang dari hidupnya. Tetapi, kenapa dia merasa cemas saat tidak mengetahui keberadaannya? Kenapa perasaannya sangat kesal melihat laki-laki itu bersama perempuan yang bukan dirinya? Jiho Kim. Ada atau tidak adanya dia telah membuat Taruna Anindy menjadi galau.

Pembaharuan Terakhir

Pilihan Editor

GIVE ME A PAUSE TO LOVE YOU

Aby Satya

School Vibes

Menti Lestari

Istri Kecil Sang CEO

Clarissa Kyra

Nama Putriku Nama Mantannya

Meriatih Fadilah

Bad Boy VS Ketua Leaders

Noviaxya

Jalan Impian

Mustopa Kamal Btr

Rekomendasi

Kue Anniv Pesanan Mertua

Nisa Noor

Rahasia Cinta Sang Aktor

weferin

Terjebak Cinta CEO Yang Kejam

Yuni Ayu Izma

Wedding on paper

Alna Selviata

END

Beta Rizki

Suamiku Aneh

Zylan Agatha

HANIN

Adriani Yazid

Mon Amour

Rizuki

SelfLove

duwirhyns

Mencintaimu Adalah Doaku

Embun Rindu

Komentar Buku (104)Tinggalkan komentar Anda pada Aplikasi

• Christin Sicilia Blandina AnsanayFere

  Saya suka., tapi kalau bisa dibuat cerita lanjutan sampe mereka nikah🤭

  10/05

    0
• 
  Cammy Lysa

  😍😍😍

  19/04

    0
• 
  MumtazahNabila

  bagusss

  09/04

    0
• 
  Abdul Razzaq

  certinya sih bagus tapi, aku blm ada waktu hmmmmm

  06/04

    0
• 
  DhewWhu

  sangat bagus bukunya kak

  06/04

    0
• 
  AndiBayu

  best

  03/04

    0
• 
  tamonobcarles

  baik sekali

  30/11

    0
• 
  Ira Zera Zahira

  bagus sekali jalan ceritanya ❤️

  25/11

    0
• 
  liuyuyu

  sangat menarik 🤩

  22/11

    0
• 
  Andi Renaa

  nice

  20/11

    0

• Total: 62

• Bab 1 Widyawisata

  Taruna Anindy masih menikmati kegiatannya memotret. Entah sudah berapa kali telunjuknya menekan tomb

• Bab 2 Kali Pertama

  “Aku masih betah di sini. Mestinya jadwal kepulangan kita diundur besok saja.” Viola menggerutu semb

• Bab 3 Setengah Jalan Pulang

  Kapal telah berangkat berjam-jam yang lalu. Matahari pun sudah terbenam. Langit biru cerah kini diga

• Bab 4 Diam Dan Sembunyi

  Usaha Runa untuk mendorong dada laki-laki itu menjauh rupanya tidak membuahkan hasil. Entah bagaiman

• Bab 5 Melanjutkan Perjalanan

  “Dasar aneh,” kata Viola yang masih memperhatikan punggung Andro menjauh. “Aku yakin pasti ada apa-a

• Bab 6 Turun Dari Kapal

  Kedua mata Runa melebar sempurna.
  “Kamu lagi? Ngapain kamu ada di sini? Apa maksud kamu ngikutin aku

• Bab 7 Di Rumah

  Selama di pesawat, Runa berhasil memejamkan mata. Meskipun tidak bisa tidur nyenyak, setidaknya hal

• Bab 8 Tamu Tak Diundang

  Runa masih tidak bisa mempercayai kemampuan indera penglihatannya dan sangat berharap apa yang dilih

• Bab 9 Hari Pertama Tinggal Seatap

  Ini hari minggu terlama yang pernah dia rasakan, menurut Runa. Padahal dia sudah melakukan banyak ha

• Bab 10 Pengumuman Yang Lain

  Badan Runa merosot turun sampai pantatnya terempas di dasar kolam yang keras. Jatuh dalam posisi dud

• Bab 11 Tahun Ajaran Baru

  Masih merasa kesal dengan perintah sepihak—maksudnya dua pihak, ayah dan ibunya—kali ini Runa menola

• Bab 12 Hukuman

  “Kalian berdua benar-benar memalukan.”
  Akibat kejadian tadi, Runa dan Yesha digiring ke ruang BP dan

• Bab 13 Teman Dan Tamu

  Saat bel tanda istirahat berbunyi, Viola segera menyeret Runa keluar kelas. Tidak hanya ke depan, di

• Bab 14 Jatuh Dari Lantai Dua

  Entah mengapa secara tiba-tiba waktu berjalan sangat pelan. Seakan-akan menjadi detik terlama sepanj

• Bab 15 Lanjutan Dari Mimpi Buruk

  “Nggak sekalian kamu pakai toa biar semua orang di sekolah dengar?” desis Runa membekap mulut Viola.

• Bab 16 Teori Kakak

  “Dijodohin?”
  Mata Runa terasa pedih saking lebarnya dia terbeliak. Sedangkan seluruh badannya terasa

• Bab 17 Reaksi Teman

  “Serius? Kamu sama Jiho dijodohin?” tanya Viola untuk ketiga kalinya. Sesampainya di sekolah, dia la

• Bab 18 Jam Istirahat

  Hal yang tidak biasa dilakukan Runa pada jam istirahat adalah mengunjungi perpustakaan. Akan tetapi,

• Bab 19 Hari Betikutnya

  Rupanya tidak.
  Saat Runa turun menuju dapur keesokan paginya, Viola sudah ada di sana, menempati kurs

• Bab 20 Keputusan Mama

  Cahaya matahari sudah mulai menyusup ke dalam kamar melalui celah-celah sempit lubang tirai jaring y

• Bab 21 Pergi Dengan Dia

  Jari-jari Runa mengetuk meja bar dengan bosan. Sudah hampir dua jam dia duduk di sana. Sendirian. Du

• Bab 22 Terpisah Jalan

  Hujan berhenti secepat datangnya dan Jiho belum juga terlihat. Berpikir bahwa laki-laki itu mungkin

• Bab 23 Akhir Pekan

  Runa tidak ingat berapa lama dia menangis seperti anak kecil di depan kios itu. Rencananya untuk men

• Bab 24 Berbaikan

  Mendengar suara Jiho, Runa mendongakkan kepalanya lagi. Pada detik yang sama dirinya langsung terkes

• Bab 25 Setelah Makan Malam

  Malamnya, Rendy ikut makan bersama di meja makan. Yang lebih membuat Runa senang, ada hidangan bande

• Bab 26 Pagi Yang Melelahkan

  Tubuh Runa berguling di atas tempat tidur. Kelopak matanya aterasa berat, namun dia tetap memaksa un

• Bab 27 Hari Yang Mengejutkan

  “Aku lihat pacar kamu tadi pagi datang.”
  Runa, yang sedang memilih-milih minuman sambil menunggu raci

• Bab 28 Malam Yang Mendebarkan

  Tubuh Runa berguling di atas kasur dengan gelisah. Beberapa hal sudah dilakukannya agar bisa tidur;

• Bab 29 Sarapan

  Dering alarm yang berasal dari smartphone di atas nakas membangunkan Runa dari tidurnya yang tidak n

• Bab 30 Pulang Lebih Awal

  “Tolong kumpulkan lembar jawaban kalian ke depan.”
  Suasana kelas menjadi sedikit berisik saat terjadi

• Bab 31 Berbelanja

  Seperti yang dikatakan Jiho, begitu memasuki supermarket, mereka menuju rak-rak yang memajang bahan

• Bab 32 Menjelang Makan Malam

  “Hei, Pabo~ya. Saya bilang potong wortelnya seukuran koreng api. Mengapa kamu membuatnya sebesar jar

• Bab 33 Deja Vu

  Rasanya peristiwa di pelabuhan waktu itu kembali terulang. Wajah mereka berdua sangat dekat, meskipu

• Bab 34 Pergi Ke Dufan

  “Kok bisa kamu perginya mau sama dia?”
  “Ya bisalah. Aku kan ngajak Oppa gara-gara kamu nggak mau.”
  “Ka

• Bab 35 Dua Orang Yang Tidak Sedang Berkencan

  “Aku nggak tau kalau Dufan bakal seramai ini.” Andro mengomentari pemandangan di depannya. “Padahal

• Bab 36 Dua Orang Yang Bertemu

  Merasa terkejut, spontan Runa menegakkan punggung, membuat kaleng minuman di atas dahinya oleng dan

• Bab 37 Di Atas Kincir Raksasa

  “Hei, Pabo. Sebelum pulang, satu kali saja, kamu mau naik itu?”
  Runa mengikuti arah yang dipandangi J

• Bab 38 Bangun Dari Mimpi

  Merasakan sakit sekaligus terkejut, Runa memekik dan membuka mata. Wajah Jiho yang terlihat begitu d

• Bab 39 Mama Pulang

  “Runa... Jiho....”
  Panggilan yang terdengar dari kejauhan langsung mengagetkan mereka berdua. Baik ma

• Bab 40 Hari Yang Lain

  Bunyi ketukan pintu memaksa Runa untuk membuka mata. Masih setengah sadar, dia turun dari tempat tid

• Bab 41 Akhir Pekan Lagi

  Satu hari sudah berlalu. Satu hari lagi Runa berhasil menghindari Jiho. Akan tetapi, sekarang hari s

• Bab 42 Dia Yang Tidak Ada

  Begitulah harapan Runa awalnya. Akan tetapi, saat melirik jam dinding dan Jiho belum pulang, perasaa

• Bab 43 Masih Akhir Pekan

  “Mestinya tadi naik taksi saja. Kaki aku capek banget buat jalan lagi,” bibir Runa mengerut saat dia

• Bab 44 Minggu Malam

  Viola pulang sebelum petang dan menolak ajakan Anita untuk makan bersama karena orang tuanya sudah m

• Bab 45 Setelah Pengakuan

  “Hmmpfh... HUAHAHAHAHA!”
  Beberapa orang yang ada di kelas langsung menoleh ke pojok ruangan. Pasalnya

• Bab 46 Pagi Di Sekolah

  Semalam tidak bisa tidur dengan nyenyak, Runa terbangun dengan kantung mata menebal dua kali lipat d

• Bab 47 Jam Kosong

  Sepertinya kutukan yang diucapkan Yesha berhasil. Runa tidak bisa berkonsentrasi belajar. Bahkan men

• Bab 48 Jalan Menuju Rumah

  “Jadi, secara garis besar... Ujian Praktik kalian akan dimajukan pada tanggal dua puluh delapan mare

• Bab 49 PJOK

  Melewatkan akhir pekan dengan kaki yang sakit terasa sangat membosankan bagi Runa. Tidak banyak yang

• Bab 50 Acara Ulang Tahun Sekolah

  Pada akhirnya memang Jiho yang pergi ke sekolah bersama Runa di hari jumat. Sudah tentu laki-laki it

• Bab 51 Usai Pementasan Drama

  Drama Romeo dan Juliet yang dipentaskan pun beberapa kali mengundang tawa para penonton. Tidak hanya

• Bab 52 Bertengkar Lagi

  Sisa hari itu Runa seperti mayat hidup. Tatapannya kosong dan bibirnya jarang sekali mengeluarkan su

• Bab 53 Malam Yang Panjang

  Sendirian di kamar, Runa terus-menerus menjambaki rambutnya dengan perasaan campur aduk. Setelah ber

• Bab 54 Traktiran Teman

  Ketika Viola menggunakan kata spesial, rupanya dia tidak sedang bercanda. Dua pelayan yang mendatang

• Bab 55 Hubungan Tanpa Status

  Ucapan Viola membuat otak Runa sibuk berpikir hampir semalaman.
  Apakah dirinya dan Jiho kini berpacar

• Bab 56 Tiga Hari

  Sisa hari itu suasana hati Runa sangat buruk. Dia lebih banyak diam dan mengurung diri di kamar; men

• Bab 57 Hitungan Mundur

  “.. Na. Taruna Anindy!”
  Sodokan yang terasa di pinggang membuat Runa terlonjak di atas kursinya. Dia

• Bab 58 Perpisahan

  Setelah terjebak macet beberapa kali, akhirnya mereka memasuki kawasan bandara. Tepat ketika roda-ro

• Bab 59 Jam Istirahat Lagi

  “Waktu kalian telah habis,” kata Bu Yanti memecah keheningan di dalam Kelas 3-Bahasa 1 setelah memer

• Bab 60 Setelah Dia Pergi

  Sisa semester rasanya berlangsung dalam sekejap mata. Tes mid semester, tes akhir semester, liburan,

• Bab 61 Detik-Detik Terakhir

  “Runaaa, kamu belum siap?” panggil ibunya dari lantai satu.
  “Sudah, Ma! Bentar lagi Runa turun.”
  Runa

• Bab 62 Kado Kelulusan

  Runa telah duduk di atas bangku panjang di bawah pohon, menunduk ke arah lututnya sambil sesekali me