Tag(s):
• Kriminal
• Pornografi
• Religi

warning 18+ "Dua hal kebahagiaan yang kupunya, telah kamu ambil. Apa itu belum cukup jika aku adalah selanjutnya?" tanya anak itu sambil duduk menengadah, seulas senyum terbit dengan tatapan mengejek. Ia sudah tak sanggup berdiri, tubuhnya penuh memar, kekuatan yang tersisa masih disimpannya untuk hari esok. Akankah ada hari esok? Entahlah .... Hari esok yang penuh misteri selalu diharapkan oleh mereka yang menginginkan masa depan. "Jika, ya? Apa yang akan kamu lakukan?" "Apa kamu akan kabur?"

Pembaharuan Terakhir

Pilihan Editor

KB Bekas Pakai Di Kamarku

Dinara L.A

Pubertas

tecay

My Arrogant CEO

Elang Putih

Stuck

Neng Nurbaini

I WAS NEVER YOURS

Rose Marberry

HINAAN DARI KELUARGA SUAMI

Rita Febriyeni

Rekomendasi

Cinta Palsu Suamiku

Ida Nur Khasanah

Rahasia Suamiku

Tri Nur

DR. ANDRO

storiabi

Misteri Cinta #policeseries 1

Suzy Wiryanty

Cukup Setahun Aku di sisimu, Mas

Abdulloh

Air Mata Sally

Shalys Chan

Anak Kembar Sang Konglomerat

Butiran Cinta

Because of You

Winda Pio

The Walter A Cobalt Blue Fire

Mahessa Gandhi

Back Together

Azeela Danastri

Komentar Buku (24)Tinggalkan komentar Anda pada Aplikasi

• 
  wahidahnrfarhana

  best, tapi tergantung

  21d

    0
• 
  FebrianniEny

  👍👍👍

  27d

    0
• 
  sangat baguss ceritanyaa

  25/05

    0
• 
  1983Istiyo

  bang aku mau diamond bang

  23/05

    0
• 
  SanahNurhasanah

  sangat cocok

  06/03

    0
• 
  Jack Jack

  good

  23/01

    0
• 
  Fitry Sahry Ramadan

  bgud

  22/01

    0
• 
  MimiAzli

  nice story

  27/07/2023

    0
• 
  MaiTrang

  Hay đặc sac

  16/07/2023

    0
• 
  Bebe Bella

  sangat menarik

  23/06/2023

    0

• Total: 23

• Bab 1 prolog

  Penyesalan datang setelah semua kesempatan habis. Perasaan saat lenyapnya nyawa dalam raga ketika ma

• Bab 2 Seorang Anak Yatim

  Seperti daun yang jatuh tak pernah menyalahkan angin, begitu juga hati yang patah tak ingin menyalah

• Bab 3 Orang baru?

  Embusan angin dingin menerpa pepohonan, membuat pohon meliuk-liuk. Sinar matahari yang baru muncul d

• Bab 4 Rindu

  Acara berdoa bersama di hari ke empat puluh wafatnya Ridwan, semua berjalan lancar. Fauzan pamit unt

• Bab 5 Marah

  Tabuh dipukul diiringi suara azan. Fauzan dibangunkan untuk segera mandi. Anak itu berjalan ogah-oga

• Bab 6 Sosok Ayah?

  Tiba hari keseratus setelah ayahnya wafat, Fauzan duduk di bangku depan rumahnya. Sesekali ia menole

• Bab 7 Patah Hati Pertama

  Hal yang tidak diinginkan itu terjadi. Cinta pertama dan harapan kini mulai memudar. Fauzan berdiri

• Bab 8 Akad Nikah Ningrum

  Fauzan pulang setengah jam sebelum maghrib. Ia begitu lusuh, baju olahraganya sangat kotor. Ia tidak

• Bab 9 Kembali

  Ijab qobul telah terucap diikuti kata 'sah' dari para saksi. Pernikahan Ningrum dan Kono sudah seles

• Bab 10 Sepasang Sepatu Lusuh

  Setibanya di rumah, Fauzan bergegas menuju kamar. Saat itu pula Ningrum menahan langkah Fauzan sehin

• Bab 11 Nasi Jagung

  Pukul 12.15 WIB. Lonceng telah dipukul, bunyi gemerincingnya menandakan kalau waktu pulang sekolah s

• Bab 12 Sebelum semua rasa Sakit

  “Ayah, Ibu sudah tidak sayang aku lagi. Kenapa Ayah pergi? Ayah tahu tidak kalau ibu menikah lagi? A

• Bab 13 Bukan Yang Dipentingkan

  Sesampainya di sekolah, semua murid yang hadir diminta untuk membantu para guru mendekor panggung, s

• Bab 14 Sendiri

  Selepas makan, Fauzan beranjak menuju dapur. Ia membawa bekas pembungkus nasi, meremasnya dan langsu

• Bab 15 ranting

  Hari libur setelah kenaikan kelas dimulai. Fauzan bangun telat hari ini, ia keluar dari kamar saat m

• Bab 16 Kebohongan

  Fauzan kembali memasuki kamarnya dengan meloncat lewat jendela, lalu ia mengunci jendelanya. Ia meny

• Bab 17 Bak Air

  “Rum, bisa kamu antarkan semua bingkisan ini bareng Kono?” tanya Icah pada menantunya.
  Ningrum yang

• Bab 18 Terlambat

  Ningrum bergeming, menggenggam keresek obat. Pikirannya bertanya-tanya. Tidak mungkin Kono melakukan

• Bab 19 Terakhir

  Selesai membuat surat pindah sekolah dari ruang TU, Ningrum dan Fauzan berjalan keluar dari halaman

• Bab 20 Kabar

  Tini berdehem, lalu menoleh ke arah Hendar. “Um … Ibu sudah pulang saat kamu tidur tadi,” ucap Tini

• Bab 21 Kehilangan Kedua

  “Bi Nur, saya pamit pulang dulu. Ini sedikit rejeki untuk mengurus kematian Teteh!” ucap Hendar samb

• Bab 22 Pertemuan Kembali

  Di sekolah, Fauzan hanya diam duduk di kursinya sambil menunggu bel masuk, ia belum memiliki teman d

• Bab 23 Ancaman

  “Untuk sementara, kamu tinggal di sini!” titah Kono.
  Fauzan bergeming menatap ruangan yang luas dihad