ทั้งหมด : 42Bab 1: Dosa
"Min, gue udah gituan ...." Saat aku mengucapkan itu, ya, semua memang sudah terjadi. Mungkin mulai s
readmore Bab 2: Tester
"Ya, Tuhan. Lo tidur sama cowok nakal tau gak!?" Kuberanikan diri menatap Mina, dan ya ... tidak ada
readmore Bab 3: Merah
Mina meletakkan tangan di dahinya, lalu menghela secara dramatis. "Amel sama gue udah di apotek! Gue
readmore Bab 4: Mual
Sialan kamu, Handoko Wijaya! Namanya terus mengganggu pikiran. Gara-gara dia, setiap kali duduk di de
readmore Bab 5: Wisuda
"Udah udah, jangan berdebat," ucap Handoko yang sedang mendekat. Aku membeku, terutama karena Handoko
readmore Bab 6: Duga
Ternyata Mina benar, si Handoko pantas dijuluki Dewa Sesk. Cara dia menyentuh mampu mengacaukan keha
readmore Bab 7: Psycho
Kenyataan itu membuatku malu, aku terpukul sangat keras. "Dia benar kok!" kataku pada Handoko, menata
readmore Bab 8: Ayah
Aku terbangun dengan kepala yang berat. Dahi terjepit, terkejut karena ketika melepaskan tangan, aku
readmore Bab 9: Preman
Aku langsung menarik diri, meskipun lengannya tetap di pinggangku. Dia terlihat sangat pulas. Kening
readmore Bab 10: Chef
Ia berbalik dan memberi isyarat agar aku mengikutinya. Kulihat sekeliling, sangat gugup karena semak
readmore Bab 11: Murka
"Min, tenanglah!" Kalian semua menatap Lazam yang baru saja masuk, bersama pacarnya—Mina. Dari raut w
readmore Bab 12: Rindu
Sepanjang hari ini, aku sama sekali belum melihat Handoko. Saat ini hanya Garen dan Mina yang mengob
readmore Bab 13: Pelindung
Saat terbangun, kulihat di sebelah sudah kosong. Ya, Handoko sudah tidak ada. Sekarang sudah hampir d
readmore Bab 14: Cemburu
"Eh, udah bangun si Es krim. Selamat pagi, Sayang." Beruntung aku bertemu wajah Handoko. Dia membungk
readmore Bab 15: Rencana
Bab 15: Rencana Beberapa jam kemudian; Saat ini, Resma sedang berceritaku. ***** "Bos." Handoko hanya men
readmore Bna 16: Kesal
"Kenapa lo senyum-senyum, Lazam? ucapmu. "Zolda, Garen Zolda. Lucuuuu," jawab Lazam. Garen menoleh ke
readmore Bab 17: Marah
Bab 17: Marah Pria itu tertawa seperti iblis, saat ia menekan pelatuk dengan jarinya. Aku melirik sej
readmore Bab 18: Penggoda
“Ihhhh ... gue kangen ini.” "Nih!” kataku, pada Mina dan tidak menatapnya. Mataku terfokus pada TV sa
readmore Bab 19: Perhatian
"Gak!!!” Handoko melingkarkan lengannya di sekitarku, mencoba mencium pelipisku tapi aku menggoyangka
readmore Bab 20: Tak Henti
"Sampai jumpa, Jalang." Mina meniup ciuman, ketika duduk di kursi penumpang mobil Lazam. Sedangkan a
readmore Bba 21: Kejutan
Handoko sudah menghilang, saat aku turun dan langsung menuju dapur. Sepertinya dia benar-benar berma
readmore Bab 22: Setuju
Handoko mengangkat bahu. "Serahkan sama gue, Es Krim. Badan gue panas jadi bisa bikin badan lo hanga
readmore Bab 23: Junior
"Futer Parents!" ucapku. Mina memberi isyarat ke layar, seolah ingin menggarukku. Aku hanya tertawa d
readmore Bab 24: Gairah
Mencium Handoko Wijaya jelas merupakan ide yang buruk. Ya, sebagian besar waktu, dia akan menghentik
readmore Bab 25: Dekat
Aku memelototinya dan menggeliat dalam pelukan, hanya untuk berhenti ketika dia mengerang dan menggi
readmore Bab 26: Suka
"Sialan." gerutu Mina, saat kami Video Call. Aku jadi ingin perlu bertanya padanya, apa yang terjadi
readmore Bab 27: Ziva
“Kak!” Ziva tengah berlari. Sepertinya dia sudah tak sabar ingin berbicara denganku. “Ada apa, Ziv? Ko
readmore Bab 28: Hinoko
Kamu mencibir. Kalian berhasil menyebut perut buncit Amel. Seolah-olah Amel telah menelan semangka.
readmore Bab 29: Karnaval
Aku terus menatap target, papan yang berbentuk manusia. Dari tadi belum pernah tepat sasaran. Kupega
readmore Bab 30: Kesan
"Berapa lama lagi lahirnya, Mel?" tanya Handoko, lalu meneguk air minum kemasan yang kusodorkan pada
readmore Bab 31: Lamaran
Amelia, aku—Handoko, sudah biasa berada dalam situasi hidup dan mati, yang tak terhitung jumlahnya.
readmore Bab 32: Ragu
"Oh tidak! Gue juga lupa! Kita harus nyiapin USG, Amel," kata Mina. Dia menatap dengan tatapan berta
readmore Bab 33: Reaksi
Aku menghela, tidak benar-benar tahu apa yang harus kulakukan. Kulirik dua orang yang masih menatap.
readmore Bab 34: Perasaan
"Hey, Handoko, jangan-jangan Amel sebenarnya naksir sama gue lagi? Wah ... kenapa gue gak sadar, ya!
readmore Bab 35: Tersakiti
“Ceritalah, Mel! Apa yang buat lo jadi begini?” Aku tidak bisa langsung menjawab Handoko. Air mataku
readmore Bab 36: Klarifikasi
"Amelia! Buka pintunya! Kita perlu bicara." Hatiku tercekat mendengar suaramu, Handoko. Kenangan tent
readmore Bab 37: Kehilangan
Aku melihat Hwndoko menjatuhkan lengan yang tidak menahanku di sisinya. Aku heran saat melihat Hando
readmore Bab 38: Hinoko
Aku tidak tahu, berapa lama kami menunggu di luar ruang operasi. Jam terasa seperti hari. Kami membu
readmore Bab 39: Akhir
Aku tertawa melihat dua dari empat remaja. Yulia dan Yustian. Aku yakin mereka juga anggota dari par
readmore Bab 40: Lahir
"Gue benci lo, Handoko! Lo yang udah buat gue kayak gini!!" Aku—Handoko, hanya bisa menghela. Sudah t
readmore Bab 41: Malam
Handoko tersenyum dan mengacak-acak rambut anak itu. Seiring bertambahnya usia Hinoko, dia menjadi s
readmore Bab 42: Akhir
Handoko tersenyum dan mengacak-acak rambut anak itu. Seiring bertambahnya usia Hinoko, dia menjadi s
readmore
bagus novelnya
4d
0mantapp lahh cerita nya
6d
0iya
24/07/2023
0wowww
24/07/2023
0bagus kak
09/07/2023
0baguss
10/06/2023
0bgus sssss
01/05/2023
0ceritanya menarik dan bagus
22/04/2023
0bisa-bisa nya
05/03/2023
0semangat
05/03/2023
0