Tag(s):
• Detail
• Drama
• Keluarga

Aku tidak mau harus selalu mendengar ucapan pedas Mbak Rusmi. Kakak satu satunya yang aku tumpangi rumahnya. Ucapannya memang pedas seperti sambal cabe satu kilo. Mau bagaimana lagi, Mas Rian belum mampu membeli rumah. Ayah dan Ibuku juga sudah meninggal. Rumah kami sudah dijual untuk melunasi peninggalan hutang hutangnya. Tinggal dirumah orang tua Mas Rian juga tidak mungkin. Mas Rian bukan anak bontot. Rumah orang tuanya pasti akan ditinggali adiknya, Dion. Dan katanya Dion akan menikah dibukan depan. Mbak Rusmi bukan hanya menyebalkan kala aku di rumahnya, namun terus ikut campur dalam urusan rumah tanggaku.

Pembaharuan Terakhir

Pilihan Editor

Paman Kaisar

nonaAi

Perfect Wife

Taylor

ALVIANAYA

Erlina

Cinta Sang Janda

Reski Purnama

Anak Titipan Sahabatku

a_yen94

Bukan Simpanan Biasa

Dinara L.A

Rekomendasi

ANAK KECIL JADI PENGANTIN

ika

Rahasia Dalam Kehidupan

Darmawati212

Tetanggaku Rajin (Minta)

Dianti W

Rahasia Suamiku

Tri Nur

Please, Be Mine

fan_story

Orderan Kue Untuk Hari Pertunangan Suamiku

Anggrek Bulan

Istri Kakakku Selalu Menangis

Rasyid Putri12

Terpaksa Menikahi Bad Boy

Nevi Andriani

Jebakan Cinta Pertama untuk Kesayangan Bos

JasAlice

Be My Lady

mamaezaaa

Komentar Buku (123)Tinggalkan komentar Anda pada Aplikasi

• 
  liyagempak

  saya sangat suka dengan cerita ini,walapun saya orang Malaysia. cerita ni sangat menarik

  1d

    0
• 
  IdnDhia

  mntap

  4d

    0
• 
  YanAlfi

  cerita ini sangat bangus saya suka

  26d

    0
• 
  LimabelassaudarahSiomay

  bagus trus bikin aku hepy

  08/08

    0
• SuryadiAchmad

  aku. sudah. memdaca. mana. diamond. saya

  27/07

    0
• 
  transportasiJuan

  Mantap

  22/07

    0
• AlhabsyiLuthfi

  bagus cok

  20/07

    0
• Virman Laksamana

  cerita yang bagus

  15/07

    0
• 
  BeltimAkila

  666.000

  15/06

    0
• 
  Sa'adahMuwafiqoh

  ceritanya enak dibaca mudah dipahami

  29/05

    0

• Total: 27

• BAB 1 (Pedasnya Melebihi Sambal Satu Kilo)

  “Mah, masa ya Mas Dandi sekarang ngasih uang harian ke aku cuma seratus ribu, mana cukup kan?” Aku t

• BAB 2 (Keputusan Mas Rian)

  Tatapannya terlihat layu. Terlihat tidak ada semangat sama sekali.Sungguh tak tega aku melihat ekspr

• BAB 3 (Mencari Kontrakan)

  Sungguh aku ngga tega dengan Mas Rian. Baru saja pulang kerja langsung pergi lagi dengan tujuan yang

• BAB 4 (Pemilik Parfum Itu)

  BAB 4
  Pemilik Parfum Itu
  ( Pov Mas Rian )
  Aku terus mengedipkan mata dan membaca pesan dari Mbak Rusmi

• BAB 5 (Pernikahan Dion)

  BAB 5
  Pernikahan Dion
  “Mas, sudah siap?” sambil melihat tampilanku dari pantulan cermin. Terlihat eleg

• BAB 6 (Kabar Baik)

  BAB 6
  Kabar Baik
  
  “Mas mas..” aku berlari kegirangan ketika suamiku pulang. Sudah lama aku menanti nant

• Bab 7 (Beda Perlakuan)

  Hari ini semua pekerjaan rumah mulai dari membereskan rumah, menyapu hingga menyiram tanaman depan s

• Bab 8 (Perubahan Drastis)

  Sejak kunjunganku ke rumah Mbak Rusmi kala itu, aku tidak pernah lagi bertemu dengannya. Tempat kerj

• BAB 9 (Indonesia Aku Datang sebagai Orang Kaya Baru)

  Detik ini juga kakiku telah terpijak di bumi Indonesia Raya. Negara kelahiran yang selalu aku rinduk

• Bab 10 (Mbak Rusmi Kaget)

  Aku dan Mas Rian serta Kina sudah berada di dalam taxi. Tak lama berjumpa dengan mertua membuatku in

• Bab 11 (Permintaan Gila Mbak Rusmi)

  Siang ini aku diajak janjian oleh Mbak Rusmi di cafe. Ntah apa yang akan dia bicarakan sehingga ia e

• Bab 12 (Rumah Bak Istana)

  “Mas, bagaimana kalau kita pilih yang ini saja?” aku menunjuk ke gambar rumah dengan cat berwarna mo

• Bab 13 (Syukuran)

  Para tamu sudah mulai berdatangan. Aku kembali melirik ke arah jam dinding. Lima belas menit lagi ja

• Bab 14 (Apa Salahku?)

  (POV Mas Rian)
  Aku kembali dari kamar mandi. Ku dapati Fatimah bermuka masam. Padahal sebelumnya ia b

• Bab 15 (Kedangan Mbak Rusmi ke Rumah)

  Hari libur sungguh asik, aku dapat bersantai santai di rumah. Beban pekerjaan bisa aku lupakan sejen

• Bab 16 (Sekolah)

  Sungguh tidak terasa Kini saatnya Kina memasuki tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama. Ya wakt

• Bab 17 (Bikin Malu)

  Huh setelah penantian panjang menunggu pengumuman penerimaan peserta didik baru di SMP Kebangkitan B

• Bab 18 (Pengumuman Kina)

  “Mas, sudah selesai beberes?” ucapanku menyapa Mas Rian kala aku mulai memasuki ruangan kerjanya.
  Y

• Bab 19 (Terima Nasib)

  Aku bersyukur. Akhirnya anakku Kina diterima juga di sekolah terbaik. Beribu-biru rasa syukur aku da

• Bab 20 (Hasil)

  POV (Mbak Rusmi)
  Detik demi detik, menit demi menit terus berjalan hingga sampai akhirnya jam bergant

• Bab 21 (Mengantar Dinar)

  Akhirnya sampai juga di rumah. Mobil hanya berisikan aku dan Mas Rian serasa sangat kosong. Hening p

• Bab 22 (Masalah)

  "Mas, sepertinya hari ini kita terpaksa harus lembur lagi mas" ucapku sambil mengambil beberapa ber

• Bab 23 (Minta Pisah)

  Dengan hati yang tidak karuan aku segera menghentikan taxi yang kebetulan lewat di depanku. Aku tida

• Bab 24 (Rusmi Memanfaatkan Keadaan)

  (POV Mas Rian)
  Dengan terpaksa aku langkahkan kakiku dengan perasaan berat. Aku berjalan sendiri tan

• Bab 25 (Masih Ada Mas Dandi)

  (POV Mas Dandi)
  Aku masih membereskan berkas yang berserakan di meja. Pertemuan penting kali ini suda

• Bab 26 (Fatimah Kembali Ke Rumah)

  Aku rebahan di kos kosan harian yang sudah beberapa hari ini aku inapi. Aku mengecek ponsel beberapa

• Bab 27(Foto di Laci Meja Kamar)

  Aku merebahkan badanku pada kasur yang beberapa hari ini aku tinggalkan. Malam sudah semakin larut.