Tag(s):
• Tidak setia
• Pernikahan yang diatur
• Bigami
• Kecurangan
• Perceraian
• Keluarga
• Tokoh Wanita
• Heteroseksual
• Cinta segitiga
• Kehamilan

Tak ada yang lebih indah dari kejujuran dan kesetiaan dan aku adalah perempuan yang tidak rela dimadu. *** "Jujur, aku terkejut waktu nggak sengaja membuka handphone-nya Mas Rizki waktu itu. Siapa Fani itu, Mas? Selingkuhanmu?" "Hah? Selingkuhan? Yang benar saja Kau, Fat. Untuk apa aku berpaling darimu sementara urusanku hanya kamu dan pekerjaan kantor," jawabnya setelah sempat terkejut selama beberapa detik. "Kalau begitu, Mas ke mana saja setelah pulang kantor? Kenapa harus pulang telat terus?" "Aku lembur, Fat," jawabnya singkat. "Apa setiap hari harus lembur?" "Tidak," "Lalu ke mana?" "Kalau kamu memang butuh perhatianku mengapa harus menuduhku selingkuh segala, Fatma?" "Mas! Aku memang butuh perhatianmu karena aku isterimu, tapi perasaanku terlanjur hancur setelah mengerti apa yang Mas Rizki lakukan di belakangku," tanggapku. "Aku tidak selingkuh, Fatma!" "Tapi chat itu…." "Itu hanya chat biasa. Kami sesama rekan kerja sudah biasa chatting seperti itu," potong Mas Rizki. "Baiklah kalau begitu, aku hargai pengakuan Mas Rizki walau aku belum sepenuhnya percaya. Hati siapa yang tak sakit ketika dibohongi dan diduakan di belakang, Mas?" "Terserah, aku lelah Fat. Yang penting aku tidak selingkuh seperti tuduhanmu," ucapnya. *** BUKAN INDAHNYA BERBAGI Fatma - Rizki - Hikam - Salis - Putri - Fani

Pembaharuan Terakhir

Pilihan Editor

Sweet Revenge

Lilianti

GIVE ME A PAUSE TO LOVE YOU

Aby Satya

Love In Imagination

Alpena

STORY LIFE OF KERENHAPUKH

Zemira Fortunatus

Takdir Cinta Nadia

Degk_Nur

Melukis Senja

Unna Adin

Rekomendasi

Goyangan Pohon Beringin

Quora-youtixs

Merah Hitam Cinta

Way Suki

Mertuaku Sandah

Khanza Az-Zahra

Hate and Love

Siez

Terjebak Pernikahan Palsu

Meriatih Fadilah

Terpaksa Menikahi Bad Boy

Nevi Andriani

Janda Laila

Syatizha

Kenneth

putrimaharani

Virgo

DeeBoo_

Dendam Gadis korban Fitnah

Amy Sity

Komentar Buku (158)Tinggalkan komentar Anda pada Aplikasi

• 
  Ita Aldi

  bagus ceritanya

  1d

    0
• 
  Nurshahirah Kay

  good💕💕💕

  7d

    0
• SupriatnaAhmad

  😍ooh

  24/06

    0
• 
  Nurul Magfira

  bagus sekali

  07/06

    0
• 
  LubisErwin

  seru banget

  06/06

    0
• 
  Aisha Sanoy

  5.0

  12/05

    0
• 
  can you make season 2 ?

  09/05

    0
• 
  HadiFaiz abdul

  aku akan tetap membaca

  28/04

    0
• 
  Hawani Ani

  bgs

  15/04

    0
• 
  Novia Ratna Dilla

  bagus banget

  22/03

    0

• Total: 64

• Bab 1 (Fatma)

  Demi Allah yang menciptakan ruh beserta udara yang mengiringi deru nafas ini, aku sangat beruntung m

• Bab 2 (Fatma)

  Pagi ini aku memutar otak bagaimana caranya agar bisa mengungkap siapa Fani. Aku men-stalking Instag

• Bab 3 (Fatma)

  "Mas, bisa tolong jawab pertanyaan saya?" Ucapku setelah menghembuskan nafas.
  "Aku hanya membantunya,

• Bab 4 (Fatma)

  Aku melangkah perlahan karena beban perutku tak mungkin bisa diajak berjalan tergesa-gesa. Satpam ya

• Bab 5 (Fatma)

  "Hah? Saling menguntungkan bagaimana?" Timpal Guru BK.
  "Mas Rizky harus memenuhi kebutuhan saya kalau

• Bab 6 (Fatma)

  Setelah peristiwa di sekolah yang sangat tidak anggun itu, aku fokus mengawasi pergerakan Mas Rizki.

• Bab 7 (Fatma)

  Perempuan manapun yang mendapati suaminya selingkuh pasti akan sakit hati, itulah yang sedang kurasa

• Bab 8 (Fatma)

  Seperti saran Mas Hikam dan Mbak Salis, malam ini aku menyiapkan makan malam dan mengajak bicara sua

• Bab 9 (Fatma)

  Akhirnya saat yang sangat mendebarkan di hidupku tiba, aku berbaring dengan nafas terengah-engah set

• Bab 10 (Fatma)

  Pangeranku sudah lahir, semoga Kau jadi anak sholeh dan cerdas ya, Nak. Sembilan bulan Bunda mengand

• Bab 11 (Fatma)

  Orangtua Mas Rizki rencananya akan menjenguk cucu barunya nanti sore. Tadi malam Bapak sudah bicara

• Bab 12 (Fatma)

  "Sudahlah, Rizki. Lupakan anak ABG itu, toh jika kamu nekat menuruti kemauan orangtuanya untuk menik

• Bab 13 (Fatma)

  Malam yang dingin dan diselimuti hembusan angin pegunungan harus kulawan demi membasuhkan air wudhu

• Bab 14 (Fatma)

  Ucapan Mas Hikam masih terngiang-ngiang di telingaku meski aku sudah berusaha menepisnya. Aku tak be

• Bab 15 (Fatma)

  Tiga hari kemudian ….
  "Yah, beginilah kondisi gubuk kami, sudah reot harus naik pegunungan pula," uj

• Bab 16 (Fatma)

  Desas-desus perceraianku dengan Mas Rizki mulai terdengar di kalangan teman-temanku, termasuk di gru

• Bab 17 (Fatma)

  Apakah Mbak Putri akan senang selamanya? Apakah Ia akan ikhlas melihat suaminya bersanding dengan di

• Bab 18 (Fatma)

  "Mas Rizki besok datang ke rumah, Mas," aku mengirimkan chat kepada Mas Hikam. Bagiku Ia satu-satuny

• Bab 19 (Hikam)

  Dua tahun setelah proses hukum perceraian Fatma dan Rizki selesai, kami kembali diuji dengan takdir

• Bab 20 (Hikam)

  Roda kehidupan terus berputar tanpa henti, peristiwa gugurnya kedua orangtuaku saat pemberangkatan i

• Bab 21 (Hikam)

  "Fatma, terimakasih sudah menerima Rizki kembali, Nak," Umi merangkul Fatma seusai acara seserahan.

• Bab 22 (Hikam)

  "Oh, yang menang timnya itu toh, timnya Reza yang sampai sekarang nggak punya anak?"
  "Belum punya ana

• Bab 23 (Hikam)

  Jika wasiat itu benar-benar kami laksanakan maka salah satu di antara aku atau Rizki akan berpoligam

• Bab 24 (Hikam)

  "Terimakasih sudah menjadi orang yang amanah, Mas," ucapnya. Suaranya tercekat. Air mata mulai memba

• Bab 25 (Hikam)

  Seminggu yang lalu aku menikahi Putri tanpa pesta, tanpa kumpul-kumpul keluarga, dan tanpa mengundan

• Bab 26 (Hikam)

  "Mas Hikam mau ke mana?" Salis menghentikan langkahku.
  Saat aku harus mengambil tindakan meninggalkan

• Bab 27 (Hikam)

  "Aku akan ke kantor sekarang," ucapku pada Putri setelah sarapan bersama-sama. Hari ini Ia memilih b

• Bab 28 (Hikam)

  "Prosedur nikah poligami begitu, Mas," sahut Salis sembari membuka handphone-nya. "Oke, aku punya ke

• Bab 29 (Hikam)

  Aku dan Salis kembali dalam keheningan senja, temaram cahaya matahari tenggelam menemani perjalanan

• Bab 30 (Hikam)

  Saat aku tiba di halaman rumah, kulihat Aghni sedang bermain mobil-mobilan. Tentu saja itu barang ma

• Bab 31 (Fani)

  "Aku mencintai seseorang, tapi seseorang itu tak bisa kumiliki. Melihatnya semakin menjauh, membuatk

• Bab 32 (Fani)

  Dua tahun kemudian….
  Aku kembali menjalani kehidupan di pesantren setelah kejadian kecelakaan itu. Ku

• Bab 33 (Fani)

  Setelah memutar otak untuk mencari tahu apapun tentang Mbak Fatma dan Mas Rizki, aku membuat Instagr

• Bab 34 (Fani)

  Hari ini aku dan teman-teman yang akan magang di luar kota mengurus perizinan di pesantren. Aku dan

• Bab 35 (Fani)

  Kehidupan baruku sangat menyenangkan di kontrakan tempatku magang. Hari pertamaku juga sangat menges

• Bab 36 (Fani)

  Mas Alvian tahu alamat rumah dan data diriku yang lainnya karena aku pernah mengikuti program Paket

• Bab 37 (Fani)

  Kuakui faktor pendukung utama aku bisa berkuliah adalah Mas Alvian. Ia membantuku mengikuti program

• Bab 38 (Fani)

  Beberapa hari ini aku merasa sering sakit perut, padahal aku makan dengan teratur dan tidak pernah b

• Bab 39 (Fani)

  Saat aku datang ke kantor, Bu Siska sedang menata berkas-berkas di meja Bu Delta, aku menyapanya dan

• Bab 40 (Fani)

  Aku menyelesaikan sisa magangku dengan cukup konsentrasi. Hari-hariku hanya magang, mengerjakan lapo

• Bab (41) Fani

  Aku bangun di kasur UKS (Usaha Kesehatan Santri) dengan seorang petugas piket kesehatan berada di sa

• Bab 42 (Fani)

  Hari ini aku sengaja tidak menghindari Mas Alvian walaupun tidak juga mencarinya. Sudah pasti Ia tah

• Bab 43 (Fani)

  Monic memiliki ide menemui Mas Alvian untuk bicara, tapi aku sudah tidak peduli padanya. Aku kira mu

• Bab 44 (Fani)

  Tempat pertama yang kami tuju setelah menaiki mobil adalah masjid, kami akan sholat 'ashar terlebih

• Bab 45 (Fani)

  Kami mengobrol ngalor ngidul dan rencana kami untuk berkeliling mall seketika batal karena ternyata

• Bab 46 (Fani)

  Pagi-pagi sekali sebelum shubuh, Ibu menelpon. Suasana hatiku sedang tidak baik karena semalam aku b

• Bab 47 (Fani)

  Hari ini aku pergi ke Rumah Sakit untuk memeriksa kondisiku, aku pergi sendiri karena tak mau merepo

• Bab 48 (Fani)

  Hampir enam tahun aku meninggalkan kota kelahiranku untuk melewati pendidikan di pesantren dan berku

• Bab 49 (Fani)

  Aku tidak menyangka bahwa salah satu dari dua pilihan yang dulu diwasiatkan oleh almarhum suami Bu D

• Bab 50 (Fani)

  Dalam sehari ini Ayah pontang-panting mencari orang pintar yang diyakininya bisa menghilangkan sante

• Bab 51 (Fatma)

  Kematian perempuan yang dulunya adalah anak paling menyebalkan membuatku sangat terpukul. Sebesar ap

• Bab 52 (Rizki)

  "Ayah, nanti malam mandi bola lagi ya," ucap Ikhda.
  "Kita kan mau ke rumah Simbah, Kak," tanggap Rizk

• Bab 53 (Putri)

  Menjadi istri kedua bukan pilihan yang mudah bagi Putri, perempuan yang akhirnya dikaruniai buah hat

• Bab 54 (Febi)

  Gadis itu termenung setelah membaca portofolio di depannya. Lelaki itu, lelaki kaya raya kolega ayah

• Bab 55 (Rizki)

  Tekadnya sudah bulat, firasatnya setelah tiga kali sholat istikhoroh tidak dapat Ia ragukan lagi. Ri

• Bab 56 (Hikam)

  Memiliki dua istri bukanlah perkara mudah. Hikam harus benar-benar adil dan tegas dalam mengelola ru

• Bab 57 (Febi)

  Hari-hari yang seharusnya Febi gunakan untuk mengurus surat-surat lamarannya ke lowongan pekerjaan m

• Bab 58 (Rizki)

  Rizki mengunjungi rumah Hikam, kakak ipar yang kini juga menjadi sahabatnya. Kebetulan di rumahnya j

• Bab 59 (Febi)

  Siang menjelang sore ini, Hilal bisa ditemui di kafe yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Febi be

• Bab 60 (Febi)

  Febi tak menyangka akan terjadi hal yang sangat menakutkan, beruntung Ia masih bisa kabur. Saat Ia m

• Bab 61 (Rizki)

  “Ia menolakmu, Nak? Alasan apa yang dikatakan oleh gadis itu?” tanya Ummi setelah Rizki menjelaskan

• Bab 62 (Febi)

  Febi melangkah dengan mantap menuju ruangan yang ditunjuk oleh resepsionis. Hari ini adalah seleksi

• Bab 63 (Rizki - Karma)

  "Hallo, Selamat malam, Pak." Rizki mengangkat telepon pimpinan tim IT sembari mengucek kelopak matan

• Bab 64 (Febi)

  Dengan memaksakan akal sehatnya, Febi mengambil pekerjaan itu daripada menganggur terus. Ia berangka