logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

41. Wanita Mirip Aruna itu Adalah ....

Kulangkahkan kaki menuju mobil dengan tubuh gontai.
Permintaan Raka terdengar wajar dan sangat biasa, namun aku tidak mempunyai keberanian yang cukup untuk mengatakan padanya, kalau sebenarnya aku sudah mengetahui siapa yang telah berani menjamah Aruna selain diriku.
Kupukul setir mobil untuk melampiaskan kemarahan. Setelah merasa puas, aku mengeluarkan ponsel milik Karin dari saku celana dan memasukkan ke dalam dashboard. Mungkin dengan menyimpannya di sini, akan membuatku lebih tenang. Setidaknya, sampai aku mempunyai kesempatan dan waktu yang tepat untuk mengatakan yang sebenarnya serta mengakhiri semua kekacauan yang telah kutimbulkan.
Masih berada di dalam mobil, keinginan untuk menuju panti asuhan dan menemui umi tiba-tiba lenyap. Aku memilih menyandarkan punggung di jok, sambil memikirkan langkah apa yang harus kulakukan.
Sementara sebagian teka-teki yang diucapkan Yustin, sudah kuketahui jawabannya. Namun tetap saja, aku merasa masih ada hal atau sesuatu yang belum kuketahui. Tapi apa?
Kupejamkan mata sesaat, berusaha mengingat dan mengurai hal ganjil yang telah kualami selama ini. Misteri tentang harta milik Karin dan asal usulnya, sudah kuketahui. Walaupun kini harta tersebut telah hilang karena diambil oleh orang lain.
Kematian Moza, sebagian sudah terkuak. Dan orang yang menjadi tersangka pembunuhan adalah Karin, sementara Karin juga sudah meninggal.
Kalau benar Karin adalah pembunuh Moza, lalu apa motif Karin melakukan semua itu?
Apakah harta, karena Moza mengetahui di mana dia menyimpannya?
Aarrghhh ....
Kembali kupukul setir mobil sambil berteriak kesal.
Sepertinya, semua teoriku mental. Karin tidak mungkin melakukan semua itu.
Kuputuskan untuk kembali ke rumah, tidak kuhiraukan lagi Yustin yang masih ada di sana. Rasa penasaran ini harus segera mendapatkan jawaban, jika tidak, aku bisa gila.
Mobil melaju kencang meninggalkan pinggiran kota.
Ketika aku sampai di depan rumah, suasana begitu sepi dan gelap. Apakah Yustin masih ada di rumah, atau sudah pergi?
Ah ... rasanya tidak mungkin dia pergi, sementara dia tidak mempunyai uang sepeserpun.
Kutekan tombol saklar, dalam hitungan detik, rumah menjadi terang benderang. Begitupun dengan halaman depan. Sengaja hanya lampu taman yang kunyalakan, dan membiarkan teras tetap gelap.
Aku melangkah menyusuri lorong untuk menuju ke lantai atas, saat melewati kamar tamu, aku menghentikan langkah tepat di depan pintu. Sangat sepi, tidak ada tanda-tanda ada orang di dalam. Apakah Yustin sudah tidur?
Aku kembali bergegas meninggalkan kamar yang ditempati Yustin.
Rasa lelah dan penat memaksa kakiku langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh sebelum menenggelamkannya di atas tempat tidur.
Dengan melilitkan handuk dibagian tubuh bawah, aku keluar dari kamar mandi. Segar sekali rasanya.
Akan tetapi, jantungku rasanya hendak melompat keluar saat kulihat seorang wanita duduk di tepi tempat tidur dengan posisi membelakangi. Rambut panjang sebahu dibiarkan tergerai dan ia mengenakan baju tidur tipis berwarna putih.
"Si--siapa kamu?" tanyaku gugup.
Perlahan, ia membalikkan tubuhnya hingga aku bisa dengan jelas melihat wajahnya.
"Yustin ... apa yang kamu lakukan di sini?!" tanyaku penuh selidik.
Bukannya menjawab pertanyaanku, Yustin justru berdiri dan berjalan mendekat ke arahku. Lalu berhenti tepat di depanku. Dengan jarak yang begitu dekat, aku bahkan bisa mencium aroma rambutnya yang hanya berjarak dua inci dari wajahku. Aroma shampo yang biasa dipakai Aruna. Dia pasti baru saja keramas menggunakan peralatan milik Aruna.
Yustin masih belum berkata, lalu dia memegang dadaku sambil berkata, "Tubuhmu sangat bagus. Dulu ... aku sering memimpikannya, suatu saat akulah yang akan bersandar di dada bidangmu ini," ucap Yustin sambil mengusap dadaku.
Yustin menelusuri tiap inci tubuhku dengan jari lentiknya. Untuk sesaat, sentuhan tangan Yustin membuat darahku berdesir, aku membiarkan tangannya menelusuri tubuhku yang lain bahkan menikmati sensasi yang ditinggalkan. Hingga akhirnya, aku tersadar dan terkesiap ketika kudapati tubuhku sudah berada di atas tempat tidur. Sementara Yustin memejamkan mata, dan membiarkanku melucuti baju tidurnya.
"Tidak! Jangan mengulangi kesalahan yang sama, Juna!" Hatiku berteriak menyadarkan.
Buru-buru kusambar handuk yang tergeletak di atas lantai, dengan napas memburu dan sedikit tersengal, aku mencoba meredam gairah sesaatku.
"Yustin ... keluarlah, aku ingin beristirahat," kataku setelah sedikit tenang.
Yustin membuka matanya, kekecewaan terlihat jelas dari sorot matanya. Namun begitu, dia segera bangkit dan merapikan bajunya kembali.
"Keluarlah, aku harus istirahat." Kembali aku mengusir Yustin agar segera keluar dari kamarku.
Yustin keluar kamar, sambil mengentakkan kaki dan membanting pintu.
Aku duduk terpekur di tepi tempat tidur, menopang dagu. Kuhela napas lega, karena bisa menghindari sesuatu yang memang tidak boleh terjadi. Aku pernah salah dalam melangkah, dan terlena dalam pelukan nafsu bersama Moza. Hal itu tidak akan kuulangi lagi, meski masa depanku bersama Aruna masih belum jelas ke mana arahnya.
***
Malam semakin pekat, namun mata masih enggan terpejam. Semakin aku mencoba memejamkan mata, memaksanya untuk tidur, pikiran justru melayang entah ke mana.
Tiba-tiba aku teringat Aruna. Sedang apa dia di sana? Apakah saat ini sudah tidur dan terlelap dalam buaian mimpi, atau sama sepertiku? Gelisah dalam pelukan dingin malam.
Tiba-tiba telingaku mendengar sesuatu, walau sangat lirih, namun cukup jelas tertangkap oleh indera pendengaranku. Hening malam membuat suara menjadi lebih jelas terdengar.
Suara seseorang bernyanyi, bukan bernyanyi, tapi nembang. Lagu bahasa Jawa yang aku tidak tahu apa artinya, dan sering kudengar ketika aku masih kecil, ketika tinggal di rumah nenek yang ada di desa.
Aku bangkit, menuju arah suara. Dan sepertinya, suara itu berasal dari kamar Yustin.
Sambil menahan degup jantung yang berdetak tidak beraturan, kutempelkan wajah ke pintu, dari lubang kunci aku berusaha melihat apa yang terjadi di dalam sana.
Di bawah temaram cahaya lampu tidur, terlihat seseorang berdiri di depan cermin.
Lututku terasa lemas, ketika melihat siapa yang berdiri di depan cermin. Baju yang dikenakannya, wajah pucat itu ... membuat tubuhku terhuyung dan hampir saja terjatuh.
Bergegas kutinggalkan kamar di mana Yustin berada, sebelum dia menyadari keberadaanku di sini.
Aku mengunci pintu kamar, kubiarkan tubuhku melorot begitu saja ke lantai.
Bodohnya aku, yang tidak menyadari permainannya selama ini.
Harusnya aku tahu dari awal, siapa orang yang harus kucurigai. Sebagai anak angkat dari nyai Sukma, bukan hal yang sulit bagi Yustin untuk melakukan hal-hal yang berbau mistis. Termasuk mempengaruhi pikiranku, lalu datang ke rumah ini sebagai sosok Aruna dan menghilang ketika pagi menjelang.
Dan yang baru saja kusaksikan, menjelaskan semuanya. Dia, memakai baju Aruna dan memoles wajahnya semirip mungkin dengan wajah istriku.
Akulah yang diinginkan oleh Yustin sejak lama, bahkan sebelum dia menjadi anak angkat nyai Sukma.
Gemetar, tanganku meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas, menulis sesuatu dan mengirimkan pesan tersebut pada Raka.
"Raka, tolong aku. Yustin ada di sini."
Dalam sekali tekan, pesan telah terkirim ke ponsel Raka dan berharap dia segera membacanya.
"Mas, tolong aku ...."
Degh!
Detak jantung terasa berhenti berdetak, ketika seseorang memanggilku dari luar kamar. Dan suara itu, tidak asing bagiku.
Aruna ....
Bukan, itu bukan suara Aruna. Aku tahu, itu bukan Aruna. Tapi seseorang yang menyamar menjadi dirinya. Karena dia tahu, saat ini aku begitu mengharapkan kehadiran Aruna.
"Mas, tolong aku ...." Panggilnya lagi, seiring dengan menetesnya keringat dingin di tubuh dan dahiku.
**

Bình Luận Sách (199)

  • avatar
    Allan

    sungguh menarik dan sangat memotivasi kalau segala sesuatu harus di lakukan dengan cara yang baik

    24/01/2022

      1
  • avatar
    EmonsDimas

    good job

    4h

      0
  • avatar
    ProInfinix

    bagus gak perlu di ragukan mantapp ..

    2d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất