(các) Thẻ:
• Tidak setia
• Kejahatan
• Misteri
• Supranatural

Arjuna, telah memiliki segala dalam hidupnya, istri yang cantik, karir cemerlang, juga rumah impian. Namun, tidak semua yang dia impikan berjalan sesuai keinginan. Terlebih, ketika Moza hadir dalam hidupnya sebagai orang ketiga. Saat Arjuna menganggap semuanya baik-baik saja, karena pertolongan dari nyai Sukma, justru itulah awal dari segala petaka. Aruna, istrinya menghilang ketika dia pulang suatu malam, bukan itu saja, bahkan satu persatu kejadian aneh menimpanya setiap kali malam menjelang. Ketika Arjuna menyadari ada yang tidak beres dengan menghilangnya Aruna, semua telah terlambat. Karena, satu persatu orang yang dekat dengannya, ditemukan meninggal dunia dengan tidak wajar. Sanggupkah Arjuna memecahkan misteri yang menimpa hidupnya? Atau justru akan menjadi korban berikutnya?

Bản cập nhật mới nhất

Lựa chọn của biên tập viên

Trộm Yêu Tình Hờ Của Mẹ

Tuesdays HĐT

GiẢi Mã TRái Tim Anh.

Ú.mộc.

Mối tình đầu của tôi

Nhunn Nuri

Dịch Vụ Thuê Trai

Hoài Thư

Những Con Sóng Đời Chưa Tan

Tiên Nhi

Thức Tỉnh Muộn Màng

Yuki Hoàng

Đề xuất cho bạn

Chỉ Vì Yêu Người

Chiết Vân

Sống Lại Tôi Đoạt Bạch Nguyệt Quang Của Tiểu Tam

Gừng càng già càng cay

Mối tình đầu của tôi

Nhunn Nuri

Anh Chàng Ma Cà Rồng Của Tôi

Tiên Nhi

Giây Phút Thoáng Qua

Tịch Lam

Fanfic: Đồng Nhân Vong Tiện - Ngoại Truyện Ngọt Ngào

Đoàn Linh (Jelly)

Nửa Lời Đường Mật

Âu Vương Nghi

Mặc Thiếu Cuồng Vợ

Đại Sắc Ma Nữ

Ánh Hạ Dương

Ánh Hạ Dương

Bình Luận Sách (196)Để lại bình luận của bạn trên ứng dụng

• 
  Allan

  sungguh menarik dan sangat memotivasi kalau segala sesuatu harus di lakukan dengan cara yang baik

  24/01/2022

    1
• 
  AlfazaFaiz

  seruuu banget

  5d

    0
• 
  Pitri Yulia Wati

  sedang

  17/08

    0
• Viina Siagian

  bagus ceritanya

  23/07

    0
• Sifa fauziyah Rohman

  Wah bgus

  21/07

    0
• Karyani Ani

  bagis

  09/07

    0
• AqilaSavaqi

  bagus sekalii

  03/07

    0
• 
  ZahiraAuliya

  baguss

  01/07

    0
• 
  bilqisiailmi

  bagus ceritanya

  01/07

    0
• 
  MamiAnak

  jembot

  30/06

    0

• Tổng cộng: 90

• 1. Tolong Aku, Mas

  Hari ini, aku memutuskan untuk pulang lebih awal, setelah acara meeting tadi sore.
  Jarum jam di arloj

• 2. Puzzle

  "Mas ...."
  Aku menghentikan langkah tepat di depan pintu, saat telinga samar-samar mendengar seseoran

• 3. Jangan Sakiti Dia.

  Sosok yang menyerupai Aruna masih berdiri di depanku, walaupun matanya kosong tanpa bola mata, namun

• 4. Berawal Dari Sini

  Aku masih termangu, menatap bamper depan mobil yang terdapat bercak darah yang sudah mengering, samb

• 5. Apa yang Disembunyikan Moza?

  "Aruna ...." panggilku lirih, pada Aruna yang berdiri di belakang Moza.
  Aruna tersenyum, manis sekali

• 6. Jepit Rambut

  Pagi ini, aku bangun lebih awal. Teringat dengan mobil yang kutinggalkan di rumah, dan berencana unt

• 7. Sandal Aruna

  "Sial!"
  Kulempar ponsel ke sisi ranjang.
  Sepertinya, nasib baik belum berpihak padaku, bahkan ketika

• 8. Rekaman CCTV (1)

  Guyuran air dingin dari shower membuat tubuhku kembali segar, setelah ikut bekerja bakti. Rasa pegal

• 9. Rekaman CCTV (2)

  Aku masih terpaku menatap layar monitor CCTV, mencoba mengamati lebih jelas, sosok yang terlihat di

• 10. Aruna Pulang

  "Akhirnya kamu datang juga, Juna," ucap wanita yang sedang duduk bersila, dan memejamkan matanya itu

• 11. Istriku Berubah

  "Mas, jangan tinggalkan aku," lirih Aruna.
  Dia menarik pelan telapak tangannya yang kugenggam, lalu m

• 12. Titik Terang

  "Mas ...."
  Panggilan Aruna mengagetkanku, hingga tanpa sadar, tas yang kupegang hampir saja terjatuh.
  

• 13. Ada Yang Aneh

  Waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 siang, saatnya makan siang.
  Punggung terasa begitu kaku, entah ke

• 14. Akhir Tragis Nyai Sukma

  "Aruna ...." panggilku, sambil tetap berdiri di tempat.
  Aruna diam, masih berdiri di tempatnya. Matan

• 15. Mayat di Halaman Belakang

  "Istirahatlah, Mas ...."
  Terdengar kembali bisikan lembut di telinga, memintaku untuk segera tidur.
  Su

• 16. Mayat Yang Hilang

  "Bapak baik-baik saja?" selidik Fikri.
  Kutatap wajahnya, yang menampakkan kecemasan dan kekhawatiran.

• 17. Aku Baru Ingat

  Aku masih menatap lurus ke arah pintu yang tertutup rapat, pintu yang menghubungkan antara dapur dan

• 18. Flash Back

  Dengan pandangan yang berkunang-kunang, aku mencoba bangkit, meraih ponsel yang tergeletak di atas

• 19. Raka, Tolong Aku

  Meoong ....
  Aku dikejutkan oleh suara kucing yang mengeong, dan disusul benda yang jatuh berkeping-ke

• 20. Yustin Menghilang

  "Yustin?" ulang Raka. Rupanya dia mendengar aku bergumam, menyebut nama Yustin.
  "Siapa dia, apakah ka

• 21. Misteri Kematian Moza

  Ketika pintu mobil terbuka, sosok tubuh seorang wanita terjatuh dengan tangan terjuntai keluar.
  "Moza

• 22. Fakta Mengejutkan

  "Dia, Nyai Sukma telah membunuh kedua orang tuaku," desis Yustin.
  "Apa?!" Aku membelalak tidak percay

• 23. Wanita di Panti Asuhan

  Yustin berjalan ke luar rumah, tanpa menoleh ke arahku. Saat dia melewati pintu, aku berusaha mengej

• 24. Habis Tanpa Sisa

  Aku mengerjap, lalu mengucek mata untuk memastikan kalau penglihatanku tidak salah.
  Namun seperti yan

• 25. Yang Tersisa Hanya Baju di Badan

  Dengan langkah gontai, aku meninggalkan Raka yang masih duduk memandang puing-puing sisa kebakaran.
  W

• 26. Misteri Kematian Karin

  Semua yang kumiliki, kini telah lenyap tanpa sisa dan mungkin, benda berharga yang kumiliki sekarang

• 27. Video di Ponsel Karin

  Masih dengan tangan gemetar, aku menatap layar ponsel milik Karin.
  Tanpa terasa, air mataku mengalir.

• 28. Ada Apa Dengan Umi?

  Aruna, apakah itu benar-benar kamu, yang mereka bicarakan?
  Entahlah, pikiranku benar-benar buntu. Nam

• 29. Zack Gila?

  Setelah mengendarai mobil hampir satu jam, aku sampai di sebuah cafe dan resto yang berada di pinggi

• 31. Kamukah itu, Aruna?

  Kuputuskan untuk menepikan mobil. Dari spion, masih bisa kulihat mobil Raka melaju menuju rumah saki

• 31. Menemukan Aruna

  Walau suaranya pelan dan lirih, namun bisa kudengar dengan jelas. Dan suara itu begitu kukenal.
  Perla

• 32. Aruna Tidak Mengenaliku

  "Aruna ...." Panggilku dan Raka bersamaan.
  Saat aku hendak melangkah masuk, Raka sudah berlari mendek

• 33. Maafkan Aku, Umi

  "Kok, malah melamun?" ucap Raka mengagetkanku.
  "Raka, apa yang harus kulakukan untuk membantu Aruna m

• 34. Kepingan Memori

  Aku masih bersimpuh di kaki umi, terisak memohon maaf.
  Setelah sekian lama terdiam, umi perlahan mele

• 35. Ingatlah Aku, Aruna

  Aku buru-buru menutup mulut dengan kedua telapak tangan, sementara itu, degup jantung mulai berdetak

• 36. Rahasia Karin

  Untuk beberapa saat, aku terdiam. Ada perasaan gembira mendengar ucapan Aruna tadi. Itu artinya, ing

• 37. Kotak Kosong

  "Jangan memfitnah adikku!" Teriakku.
  Kucengkeram kerah baju Yustin.
  Akan tetapi, dia sama sekali tidak

• 38. Rahasia Lain

  "Apa ... kosong?!"
  Aku ikut terbelalak, cepat, kuambil kotak kayu dari tangan Yustin. Kotak yang diya

• 39. Karin Pelakunya?

  "Apakah Aruna pernah menyakitimu? Kenapa kamu begitu tega memperlakukannya seperti itu?" tanyaku den

• Apa Yang Diketahui Raka?

  Seolah tahu apa yang sedang kupikirkan, Raka menarik napas dalam. Perlahan, dia menarik kursinya leb

• 41. Wanita Mirip Aruna itu Adalah ....

  Kulangkahkan kaki menuju mobil dengan tubuh gontai.
  Permintaan Raka terdengar wajar dan sangat biasa,

• 42. Terungkap

  Aku masih duduk di belakang pintu, keringat dingin mulai membanjiri tubuh.
  Sementara itu di luar, sua

• 43. Terungkap (2)

  Kukenakan pakaian sekenanya dan bergegas turun ke lantai bawah.
  Sesampai di bawah, kunyalakan semua

• 44. Yustin Tertangkap

  Aku berlari menuju ke ruangan di mana Aruna di rawat, Raka dan Fikri mengejar di belakang.
  Beberapa k

• 45. Kembalikan Aruna

  Hari ini, dokter memberi kabar padaku setelah memeriksa kondisi Aruna yang sudah jauh lebih baik dar

• 46. Akhir Dari Segalanya

  Taksi yang membawaku pulang dari rumah sakit, berhenti di depan panti asuhan.
  Beberapa anak datang be

• 47. Hidup Baru

  Tiga bulan setelah kejadian, aku memutuskan untuk tinggal di panti asuhan milik umi. Ingin membantu

• 48. Tawaran Kerja

  Senyuman Indria, sejenak mengalihkan perhatianku. Senyum itu begitu mirip dengan senyum Yustin, gadi

• 49. Ikatan Batin

  Aku menatap wajah teduh lelaki paruh baya yang duduk di depanku ini. Wajah teduhnya, membuatku meras

• 50. Wanita Yang Mirip Aruna

  Bergegas aku keluar, mencari sosok wanita yang baru saja keluar dari toilet. Aku yakin sekali, dia t

• 51. Sesuatu Yang Terlupakan

  "I--iya, saya ingat," kataku gugup.
  "Mas Juna sedang apa di sini, Mas Juna sakit?" Tanya Indria.
  "Oh,

• 52. Nayanika

  "I--iya." Aku menjawab gugup.
  Wanita yang berdiri di depanku menunduk sambil memainkan ujung bajunya.
  

• 53. Korban Pertama

  "Masuklah ke dalam rumah itu, masuk lebih dalam jika kamu ingin mencari sesuatu."
  Suara yang entah da

• 54. Fikri, Tolong Aku

  Dengan lutut gemetar, aku mundur beberapa langkah ke belakang. Sementara Naya menatapku dengan tatap

• 55. Teror

  "Fikri ... tolong aku."
  Aku mengulang perkataanku.
  Fikri terdiam beberapa saat, sepertinya dia sedang

• 56. Tidak Mungkin

  "Mereka masih hidup, Pak." Fikri mengulangi kalimatnya.
  Aku yang tadi duduk tegak, kurasakan tubuhku

• 57. Mencari Jejak Yang Hilang

  "Umi kenapa, Fikri?" selidikku.
  Melihat bahasa tubuh Fikri, serta-merta membuat perasaanku tidak enak

• 58. Lorong Waktu

  Aku menelan ludah begitu mrndengar penjelasan Fikri. Kulihat sekali lagi pos penjagaan. Di mana satp

• 59. Jangan Dimakan

  Aku menoleh pelan ke arah Fikri, yang masih menatapku tajam. Kepalanya menggeleng, memintaku agar ti

• 60. Cepat Pulang

  "Naya!" Panggilku.
  Naya berdiri dengan kedua tangan memegang perutnya, sementara wajahnya yang pucat

• 61. Tidak Ada Yang Kebetulan

  Lelaki tua itu menatapku, kedua sudut bibirnya terangkat, dia tersenyum.
  "Bagaimana, apakah kalian ma

• 62. Siapa Naya?

  Aku menelan ludah yang seperti tersangkut di tenggorokan.
  Masih memandang ke arah Naya, yang menunduk

• 63. Mereka Mengikuti

  Aku menutup mata seketika begitu melihat penampakan di lua sana.
  Angin kencang berembus tiba-tiba, hi

• 64. Jawabannya, Ada di Panti Asuhan

  Aku masih terpekur, memikirkan kata demi kata yang meluncur dari bibir Ki Dayat.
  Sesekali aku melirik

• 65. Kuburan Siapa?

  "Dia siapa, Uwak? Kenapa semua orang membicarakannya?" Aku mengulangi pertanyaan
  Hening. Umi dan Uwak

• 66. Kuburan Kosong

  "Kita gali kuburannya," ulang Fikri.
  "Apa kamu sudah gila?!" kataku sambil membelalakkan mata.
  Menggal

• 67. Hanya Kafan

  "Jangan bercanda Akmal!" Teriakku dari dalam lobang.
  "Tidak Mas, beneran ini. Kuburan yang digali Mas

• 68. Tersesat (1)

  Wanita tua itu masih berdiri di depanku, dengan kayu bakar di depannya. Aku berharap, dia berbaik ha

• 69. Tersesat (2)

  Aku berjalan mengikuti petunjuk yang kudengar semalam. Walau aku tidak tahu, apakah itu benar-benar

• 70. Ratu Ular

  "Nyai Wilujeng?" ulangku?
  Wanita muda yang baru melahirkan dan ternyata bernama Wilujeng itu menatapk

• 71. Masih Misteri

  "Fikri, kamu ....?" Aku menggantung kalimatku, saat melihatnya menatapku bingung.
  Beberapa saat kemud

• 72. Naya Melahirkan (1)

  "Tolong aku ...." Rintih Naya.
  Tubuhnya tergeletak di atas lantai, wajahnya basah oleh keringat dan a

• 73. Naya Melahirkan (2)

  Kupegang telapak tangan Naya, sementara itu Nek Welas duduk di sisi yang lain. Wanita itu memberi ab

• 74. Dia Istriku

  "Ini ... Aruna. Dari mana kamu mendapatkan foto ini?" Tanyaku.
  Naya beringsut. Dia menggeser tubuhnya

• 75. Orang Yang Kamu Kenal

  Aku dan Fikri saling pandang.
  Lalu, kembali kualihkan pada Naya. Wanita itu terlihat tenang. Jujur, s

• 76. Perjalanan Panjang

  Pagi-pagi sekali, selepas salat subuh, kami telah bersiap-siap untuk berangkat.
  Perasaan campur aduk

• 77. Kampung Aneh (1)

  "Pak, apa tidak sebaiknya salat di musala saja?" Kataku, mencoba mempertahankan keinginan untuk sala

• 78. Kampung Aneh (2)

  "Si--siapa yang datang?" Tanyaku terbata.
  Anas terdiam, matanya tajam menatap lurus ke arah dapur, di

• 79. Pertemuan Tak Terduga

  "Kamu serius, tahu di mana keberadaannya?"
  Aku mengernyit, ingin memastikan kalau dia memang benar-be

• 80. Sang Pengantin

  Fikri yang duduk di depan spontan menoleh ke belakang. Dahinya mengernyit.
  "Pak Juna bilang apa?" Tan

• 81. Lelaki Itu, Pakde

  "Apa kamu bilang tadi? Lelaki itu, Pakde?" Tanyaku sekali lagi pada Anas.
  Pemuda di sebelahku ini tid

• 82. Aku Tidak Mengenalmu

  Aku tidak sanggup untuk meneruskan kalimat yang tiba-tiba seperti tersangkut di tenggorokan. Rasa ji

• 83. Wira Melarikan Diri

  "Tolong ...." Suara rintihan minta tolong terdengar.
  "Anas, apa yang terjadi?" selidikku.
  "Saya tidak

• 84. Bertemu Pujo

  "Dari mana kamu mendapatkan cincin ini?" Tanya pria itu, matanya menatap lekat pada cincin yang kupe

• 85. Mengejar Wira (1)

  Aku masih berlari ke sana ke mari, berusaha mencari dari mana suara itu berasal sambil memanggil nam

• 86. Mengejar Wira (2)

  Tiba-tiba Fikri membanting stir saat melewati sebuah tikungan.
  Suara berdecit yang berasal dari ban m

• 87. Akhir Hidup Indria

  "Mas Juna, tolong kami ...." ucap Akmal lirih. Wajahnya memar, seperti baru saja mengalami penganiay

• 88. Vila Biru

  "Wira, akan kuhabisi kalau kamu berani menyentuh Umi."
  Aku mengepalkan kedua tangan menahan amarah, k

• 89. Bertemu Sebagai Musuh

  "Pak Juna bilang sesuatu?"
  Fikri yang berjalan di sebelahku bertanya, kedua alisnya bertaut.
  "Wanita i

• 90. Tuntas

  "Anak bau kencur, bicara apa, kamu?!" Wira mendesis.
  "Juna, Umi baik-baik saja. Kamu jangan khawatir,