logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Bab 3

"Sudah-sudah, biar Mas keluar dulu, kamu bersiap untuk sholat dulu nanti Mas nyusul,." ucap Randi lembut dan membuat Jihan merasa sangat tersentuh.
Randi pun segera turun dari ranjang dan keluar kamar untuk menemui mertuanya.
"Mas, kamu sangat baik, semoga pandemi cepat selesai dan kita bisa mencari tempat tinggal lain supaya tidak ada gangguan saat kita sedang memadu kasih,." do'a Jihan seraya matanya berkaca-kaca.
"Amin,." ucap Randi yang masih memegang selot pintu kamar karena Randi masih bisa mendengar do'a istrinya.
Jihan yang mendengar suara Randi hanya tersenyum seraya meneteskan air matanya.
"Kamu memang lelaki sempurna Mas, hanya mungkin orang tuaku belum menyadarinya,." gumam Jihan pelan seraya menangis tersedu-sedu.
---
"Ada apa Bu,.??" tanya Randi langsung setelah bertemu Ibu mertuanya.
"Kamu belum ada kerjaan kan,.?? sekarang kamu cuci semua pakaian ini, kamu laki-laki kan, seharusnya ini pekerjaan yang mudah,." jawab Zaskia dengan dingin, seraya mengacung pada 3 ember pakaian kotor.
"Bukankah itu tugas wanita bu..??" ucap Randi mencoba tetap tenang, semakin hari Ibu mertuanya meminta hal-hal aneh yang seharusnya di kerjakan wanita akan di lemparkan pada menantunya.
"Kamu tinggal kerjakan saja, jangan banyak ngeluh, ini di rumahku, jadi aku yang menentukan aturanya,." jawab Zaskia semakin meninggikan suaranya.
"Ada apa ini berisik sekali,!!" tiba-tiba datang suara yang familiar dari belakang keduanya, Randi dan Zaskia menoleh kesumber suara tersebut.
"Eh Bapak, ini Randi tidak mau mengerjakan tugas yang aku berikan,." suara Zaskia kembali ramah saat bicara dengan Shaleh, suaminya.
"Apa,.??" jawab Shaleh dengan nada tinggi sebelum menatap Randi, "Hey Randi, kamu di sini cuma numpang, jadi cepat kerjakan perintah istriku,.!!" ucap Shaleh dengan nada tinggi.
Randi hanya bisa menghela nafas panjang, apalagi yang bisa di lakukanya.
"Baiklah Pak, akan saya kerjakan,." Randi hanya menurut dan membawa pakaian yang kotor ke kamar mandi umum di depan Rumah mertuanya.
"Hahaha kamu paling bisa menyiksa orang,." ucap Shaleh pada istrinya seraya tertawa.
"Ya salah dia sendiri, tak punya kerjaan kok berani nikahin putri kita, seharusnya dia bersyukur karena kita juga bersedia menampungnya,." jawab Zaskia sebelum terkekeh juga.
---
Randi sendiri saat ini sedang mencuci pakaianya di kamar mandi depan rumah.
"Hay Mas Randi,.??" sapa seorang gadis remaja bernama Elisa.
"Eh Elisa, apakah tidak sekolah,.??" ucap Randi dengan senyuman.
"Kan hari ini tanggal merah Mas, Mas Randi kok nyuci sendiri, emang dimana Kak Jihan,.??" tanya Elisa ramah.
"Oh dia masih tidur, mungkin kelelahan,." jawab Randi ramah.
"Oh, seperti itu.... enak ya jadi Kak Jihan, punya suami ganteng juga rela lakuin tugas-tugas istri,." ucap Elisa seraya menatap Randi dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Kamu terlalu memujiku," jawab Randi ramah lagi, sebelum mengucek kembali pakaian yang dia cuci.
'Kamu terlalu sempurna Mas Randi,' batin Elisa seraya tersenyum sendiri.
"Permisi Mas Randi, kita nyucinya barengan ya,??" ucap Elisa seraya membawa pakaianya juga
ke dalam kamar mandi umum.
"Iya silahkan El,." jawab Randi sebelum bergeser ke samping untuk memberikan ruang bagi Elisa.
Keduanya mencuci pakaian dengan santainya sampai matahari mulai terlihat dari ufuk timur.
"Aku duluan ya El,." ucap Randi seraya mengangkat pakaian basahnya.
"Iya Mas,." jawab Elisa dengan anggukan.
Tanpa di sadari, ada mata yang menatap keduanya dengan tajam.
{"Kurang ajar sekali kamu Randi, berani kamu deketin Elisa,." gumam Johan saat menatap Randi dengan tajam.}
Randi langsung menjemur pakaian sebelum masuk kembali ke rumahnya dan bertemu dengan Jihan.
"Mas dari mana kok bawa ember segala,.??" tanya Jihan yang penasaran.
"Iya, tadi habis nyuci pakaian," jawab Randi polos.
"Apa?? kamu nyuci pakaian,?? pasti Ibu yang nyuruh kan Mas,.??" tanya Jihan yang merasa tidak enak, dulu saja Jihan yang mengejar cinta Randi, tapi sekarang suaminya itu di perlakukan seperti pembantu oleh orang tuanya.
"Sudah Han, tidak apa.. oh iya maaf jadi gak bisa sholat bareng,." jawab Randi yang sudah mengingat kalau dirinya belum sholat subuh, padahal tadi sudah janji mau berjamaah sholat subuh.
"Iya Mas, maafin Ibuku ya Mas,.??" ucap Jihan lemas.
"Iya Han, iya mau sarapan apa,.??" tanya Randi menawarkan.
"Ha Mas maunya apa,.??" tanya Jihan balik.
"Kok malah balik nanya, kalau Mas terserah Jihan saja,." jawab Randi dengan senyuman.
"Hehe iya Mas, maaf,. Kita masak sayur asem saja ya Mas,.??" tanya Jihan menawarkan.
"Iya terserah Jihan saja, Mas ikut, karena apapun yang Jihan masak pasti enak,." jawab Randi tersenyum "Mas bawa ember ke kamar mandi dulu ya Han,.??" lanjut Randi.
"Iya Mas," jawab Jihan dengan anggukan.
Randi pun berlalu pergi ke kamar mandi.
"Kak Jihan, aku mau bicara,." suara Johan tiba-tiba saat Jihan hendak pergi, Jihan pun menghentikan langkahnya dan berbalik.
"Ada apa Johan,.??" tanya Jihan ramah.
"Kak Jihan tolong ya jagain suaminya, jangan deket-deket sama Elisa, dia gebetan aku,!!" ucap Johan lantang, seperti tidak menghargai saudara kembarnya.
"Apa?? apa maksutmu Johan,.??" tanya Jihan bingung.
"Iya saya peringatin kak Jihan juga, jangan terlalu percaya suami sok polos, tadi aku lihat Mas Randi cari-cari kesempatan deketin Elisa waktu nyuci,." jawab Johan sinis.
"Ah itu tidak mungkin, Mas Randi tidak seperti itu, aku percaya suamiku,." ucap Jihan mencoba tetap tenang, walaupun dadanya sedikit sesak setelah mendengarnya.
"Terserah Kak Jihan saja, aku cuma memperingatkan!!" jawab Johan datar, "aku tidak akan pernah biarkan Elisa jatuh ke tangan Mas Randi, apapun yang terjadi," tambah Johan sebelum berbalik pergi.
Jihan hanya merasa dadanya sesak, dia selalu percaya kepada suaminya dan sekarangpun begitu, tapi sesaat mendengar dari Johan kalau suaminya cari kesempatan deketin Elisa.
'Apakah kamu mulai bosan dengan keluargaku Mas,.' batin Jihan khawatir.
Tentu saja Jihan Khawatir, karena jelas Elisa masih gadis SMA yang memiliki kulit putih mulus, tubuh sexi, jika senyum terlihat lesung pipinya sangat manis. Banyak sekali lelaki tergoda denganya, termasuk si Johan.
Jihan tidak bisa tidak merasa khawatir, dan selalu memikirkan masalah ini.
Jihan yang hendak pergi ke warung buat belanjapun mengurungkan niatnya dan kembali ke kamar dengan wajah di tekuk.
Ceklek...
Saat Jihan termenung dalam lamunan, suara pintu di buka membuyarkan lamunanya. Randi masuk perlahan tersenyum saat melihat istrinya, kemudian Randi ikut duduk di sebelah Jihan.
"Mas...." ucap Jihan sedikit ragu.
"Iya sayang, ada apa,.??" tanya Randi lembut, karena merasa istrinya sedikit aneh.
"Ah tidak apa Mas,." jawab Jihan dengan senyuman yang di paksa.
Randi tidak dapat menyadari kegelisahan Jihan saat ini dan hanya tersenyum.
"Baiklah sayang, aku mandi dulu ya,??" ucap Randi pada Jihan dengan lembut.
"Iya Mas..." jawab Jihan dengan anggukan.
Randi pun kekamar mandi di dalam kamarnya untuk mandi.
'Tidak mungkin kan Mas Randi kegaet wanita lain, seraya dia tidak berubah sama sekali padaku, atau mungkin tadi hanya karena Johan saja yang terlalu cemburu buta, kan Mas Randi nyuci di kamar mandi umum juga, bisa saja Elisa dan Mas Randi hanya disana karena nyuci barengan saja tidak lebih,.' batin Jihan mencoba untuk tenang.
'tapi Mas Randi kan bisa nyuci di kamar mandi sebelah dapur, kenapa lagi harus di kamar mandi umum,.' lanjut Jihan menerka-nerka.
"Ah, jangan sampai Mas Randi di gaet wanita lain," gumam Jihan pelan, masih merasa khawatir dan takut.

Bình Luận Sách (244)

  • avatar
    ZafranHariz

    good

    25/08

      0
  • avatar
    Kazzim Kazzim

    good

    16/08

      0
  • avatar
    GohanAmo abu

    mantap

    11/08

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất