logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Bab 4. Tidak ingin ada yang berubah.

Nathan dan Fic menoleh ke arah tangga ketika mendengar suara sedikit ribut.
Triple K putra Ken sudah berlari kecil menyerbu. Di susul oleh Ken dan Rimbun di belakang.
"Paman!"
Nathan langsung berdiri merentangkan kedua tangannya.
"Haha.. Jagoan Ken datang rupanya!" Ketiga bocah itu berebut memeluk Nathan.
"Di mana Tuan Putri Ellena Paman?" Khale bertanya.
"Ada di kamar. Cepat kalian temui Ellen. Dia sedang merajuk. Ellen pasti akan senang melihat kalian datang." ketiga Putra Ken cepat berlari ke kamar Ellena. Rimbun juga segera mengikuti Putra Putranya setelah menyapa Nathan dan Fic.
"Nona Ellena sedang merajuk? Ada apa?" Ken masih berdiri.
"Duduklah Ken. Kau perlu tau!"
Ketiganya terdengar tertawa ketika Nathan selesai bercerita.
"Wajar saja. Fic yang menemani Nona muda sejak pertama lahir. Wajar jika Nona Ellen sangat takut kehilangan orang terdekatnya." ucap Ken.
"Ah ya. Kau benar. Tapi aku merasa tidak enak hati pada Fic. Ia harus mengorbankan kebahagiaannya demi Ellena." ucap Nathan.
"Kau tidak keberatan kan Fic? Atau kau terpaksa melakukan ini ?" Ken bertanya pada Fic.
"Apa tuan Ken meragukan aku?" Fic balik bertanya.
"Mana mungkin. Aku tidak mungkin meragukan mu. Aku hanya sedang mencari keyakinan." sahut Ken.
"Kalau begitu, jangan lagi mempertanyakannya hal itu. Aku pernah berjanji padamu, Aku tidak akan mengecewakan mu."
Ken tersenyum, menepuk bahu Fic.
"Terimakasih Fic. Kau bisa kami percaya untuk menjaga Nona Ellena sampai pada saat dimana Putra Putraku menggantikan tugasmu nanti."
"Anda tenang saja Tuan Ken."
Baik Ken dan Nathan bernafas lega.
Mereka kini sedang berangan jika kelak Ellena akan bersanding dengan salah satu dari Triple K.
Dikamar Ellena.
Empat anak itu sedang bercengkrama dengan asyiknya.
"Kenapa kalian sudah lama tidak mengunjungi ku?" Ellena bertanya pada Triple K.
"Kami sibuk belajar!" jawab Kimmy.
"Belajar? Apa kalian mengambil les lain sehingga pulang harus sore?" tanya Ellena kembali.
"Hem, Tuan Putri Ellena tidak tau ya? Kami harus belajar banyak hal diluar sekolah." Kini Keyan yang menjawab dengan sedikit berbisik.
"Apa saja?"
"Itu rahasia!" jawab Kimmy.
"Yang jelas, Ayah kami sedang mendidik kuat kami, agar kelak setelah dewasa kami bisa menjaga Nona Ellen dengan baik." Keyan yang berbicara.
"Haha... Kalian akan menjadi pengawal ku?"
"Tentu saja. Kau itu Tuan Putri yang tercantik di kota ini. Kau harus punya pengawal hebat seperti kami." sahut Keyan kembali.
"Benar itu. Kami yang akan menjadi Penjaga mu!" Kimmy menyahut.
"Aku tidak mau! Aku sudah punya Fic yang menjagaku. Aku tidak butuh yang lain." bantah Ellena.
"Kami akan lebih hebat dari Fic. Kami akan mengalahkan Fic!" ucap Keyan bersemangat.
"Mana bisa! Fic itu hebat. Dia bisa menangkap tubuhku saat aku melompat dari sofa."
"Kami juga bisa. Kau mau bukti? Ayo melompat. Aku akan menangkap mu!" Kimmy maju mendekat.
"He, sudah! Kalian ini. Jika Paman Nath dan Ayah tau kau menyuruh Nona Ellen melompat, kita akan dihukum!" Khale yang sedari tadi diam angkat bicara mengingatkan Kimmy.
"Aku hanya bercanda Khal." sahut Kimmy.
Mereka pun tertawa bersama.
____________
Tahun demi Tahun kini berlalu.
Ellena dan tentunya Tiga Putra Ken sudah menduduki bangku Sekolah Menengah Atas , dengan tempat pendidikan yang masih berbeda.
Ellena sudah terlihat begitu manis dan cantik. Pesona sebagai Tuan Putri begitu kental terlihat.
Lalu bagaimana tentang kedekatannya dengan Fic?
Masih seperti semula. Hanya saja, Fic saat ini sudah mulai menjaga jarak. Jika dulu ia sering menggendong dan mencium kening Ellena. Sekarang tidak.
Usia Ellena yang sudah memasuki tahun ke Tujuh belas, membuat Fic menganggap jika Ellena bukanlah anak kecil lagi. Fic mulai mencoba memberi pengertian kepada Ellena.
Tapi tidak bagi Ellena. Sikapnya tetap tidak berubah. Bahkan saat ini, Ellena sudah bisa merasakan hal lain dihatinya ketika bersama Fic. Wajah tampan Fic yang tidak menampakan usia yang sebenarnya. Kemudian perhatian dan waktu Fic yang sepenuhnya untuk Ellena, membuat Putri Emas Nathan itu semakin merasa nyaman.
Hingga kenyamanan itu berubah menjadi rasa indah. Kemudian getar getar asmara mulai menggores hati Tuan Putri Ellena. Ellena makin tidak ingin ada yang berubah diantara dia dan Fic. Ellena bahkan berniat untuk memiliki Fic, tanpa Fic menyadari semua itu.
Dengan rasa sadar sepenuhnya Ellena pun sudah berani menunjukkan rasa tertarikannya pada Fic.
Pagi ini,
Seperti biasa , Fic mengantar Ellena ke sekolah. Tanpa sopir seperti hari hari kemarin.
Fic menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang.
Fic cepat membuka pintu mobil.
"Fic." Ellena tiba tiba menahan tangannya.
"Ada apa?" Fic menoleh.
Ellena terdiam sejenak.
"Aku tidak mau turun."
"Nona Ellen tidak mau masuk kelas hari ini?" Tanya fic. Duduk kembali.
Ellena mengangguk saja.
"Kenapa? Apa ada masalah? Apa Nona sedang tidak enak badan. Kenapa tidak bilang dari tadi?" Fic terlihat cukup khawatir.
"Aku tidak bersemangat lagi." ucap Ellena sedikit ketus.
Fic tersenyum. Menyadari sikap Ellena yang ketus padanya akhir akhir ini.
"Nona marah padaku? Katakan apa salahku. Fic akan memperbaikinya."
"Kau sudah berubah. Kau tidak lagi sayang padaku. Sekarang, tidak pernah lagi menggendong ku. Apalagi mencium ku."
Fic tersenyum mendengar itu, mengelus kepala Ellena dengan lembut.
"Bukan seperti itu. Nona Ellen bukan lagi anak kecil. Kau sekarang sudah gadis Nona. Dan sebentar lagi kau dewasa. Mana mungkin aku akan tetap memperlakukan mu seperti kau kecil dulu?" jawab Fic.
"Apa masalahnya? Kau keberatan karena aku bukan anak kecil lagi?"
"Tentu saja. Aku harus menjaga harga diri Nona sebagai Tuan Putri keluarga Edoardo yang terhormat." jawab Fic cepat.
"Ayo cepat lah. Kau bisa terlambat." Fic membuka pintu.
"Aku tidak mau! Aku tidak mau masuk sekolah. Biar saja. Aku akan bolos selama sebulan. Biar tidak lulus ujian!" ancam Ellena.
Fic menelan ludah kasar. "Anda mau apa Nona? Tolonglah. Jangan mempersulit ku. Aku bertugas mengantarmu sekolah, menjemputmu, dan memastikan kau bersekolah dengan baik. Tuan Nath akan marah jika kau seperti ini." Fic mencoba memberi penjelasan pada Ellena. Ellena tidak menjawab.
"Nona. Ayolah!" Fic kembali hendak membuka pintu.
"Cium aku dulu, baru aku akan turun."
Fic seketika menoleh kembali.
"Nona. Sudah ku bilang, kau ini sudah dewasa. Aku tidak boleh melakukannya lagi."
"Siapa yang tidak membolehkan?" tanya Ellena dengan tatapan tajam.
Fic kali ini terdiam.
"Aku akan turun dan masuk kelas, jika kau kembali menciumiku seperti yang kau lakukan dulu setiap saat kau mengantarku. Aku tidak mau ada yang berubah."
Fic masih terdiam. Memejamkan matanya, dengan kepala tersandar di kursi jok. Pikirannya sudah mulai resah dengan permintaan Ellena yang baginya sangat sulit itu. Mana mungkin ia memperlakukan Ellena seperti dulu ketika Ellena masih duduk di bangku SD atau SMP. Saat ini Ellena sudah kelas 13. Tahun ini Ellena bahkan sudah lulus.
"Fic." suara Ellena yang terdengar begitu dekat di telinga membuat Fic terkejut.
"Nona." Fic terbelalak ketika wajah Ellena sudah tepat di depannya. Jantung Fic seketika bergemuruh.
"Jika kau tidak mau, biar aku saja yang melakukannya." Tiba tiba Ellena menarik tekuk Fic dan mencium beberapa kali wajah Fic. Fic tentu kelabakan. Segera menahan wajah Ellena.
"Nona. Apa yang kau lakukan? Jika ada yang melihat, apa kau tidak malu?"
"Tidak. Kenapa malu?"
"Jika Ayahmu tau, aku tidak akan dipercaya lagi untuk menjagamu. Aku bisa dihukumnya karena sudah mencium Putrinya." Ucap Fic sempat kesal dengan sikap ceroboh Ellena yang nekad.
"Aku yang mencium mu Fic. Jadi kau tidak akan di hukum." Ellena tertawa senang.
"Cukup! Cepat turun lah!" Fic kini benar-benar membuka pintu dan melompat keluar. Segera membukakan pintu untuk Ellena.
Bibir Ellena masih menyunggingkan senyum bahagia, lalu gadis itu menuruni mobil dengan semangat.
"Jangan terlambat menjemput ku! Aku akan marah!" ucap Ellena sebelum melangkah memasuki Gerbang sekolah.
Fic sejenak terpaku menatap langkah gadis yang tidak lagi kecil itu. Fic kembali ke mobil. Terdiam cukup lama.
Fic menarik nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan. Mengulanginya beberapa kali untuk menghilangkan gemuruh di dadanya yang belum hilang.
"Astaga!" Fic mengusap wajahnya dengan kasar.
"Bagaimana caraku memberitahukan Nona Ellena. Walau apapun alasannya, dia sudah dewasa. Mana bisa harus tetap ku perlakuan seperti dulu."
Bayangan beberapa detik yang lalu begitu terekam jelas di otak Fic.
"Ini tidak bisa dibiarkan. Jika Tuan Nath mengetahui ini, dia tidak akan mempercayai ku lagi." Fic tampak begitu resah memikirkan ini.
"Apa yang ada di pikiran Nona Ellena. Kenapa dia tidak bisa sedikit pun menjauh dariku?" Fic seperti ingin menebak.
"Apa ini?" Fic menekan dadanya yang kembali bergemuruh hebat.
_______

Bình Luận Sách (100)

  • avatar
    Ina La Riski

    bagussssss. tolong do lanjutkan cerita ini masih penasaran nc

    29d

      0
  • avatar
    Titin Atik

    lanjut Bagu aku suka novel 🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟⭐⭐⭐⭐🌟🌟🌟⭐⭐🌟🌟⭐🌟🌟⭐🌟🌟🌟🌟🌟

    17/07

      0
  • avatar
    KROCOADO

    aplikasi ini bagus

    08/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất