logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

7: Privasi Alex

Jam tujuh pagi, aku menghabiskan setengah jam untuk berendam nyaman di bathtub. Tanpa bantuan Ran ataupun pelayan lain. Setelah membersihkan diri aku beranjak keluar menggunakan handuk tebal, Ran yang baru saja melengos masuk tanpa salam langsung memaliskan muka dan memundurkan beberapa langkah. Aku mengernyit melihat tingkahnya, lalu beralih ke nampan berisi biskuit dan teh hangat yang dibawanya untukku. “Pagi, Ran.” Aku menyapanya, dengan seulas senyum manis.
“Pagi.” Aku menahan senyum girang saat Ran akhirnya mau menjawabi sapaanku, lalu membawa nampan makanan keatas meja dan meletakkannya disana. Ran memunggungiku, tak beranjak dari tempatnya. Aku beralih ke lemari pakaian, membukanya dan sibuk memilih pakaian yang nyaman dan sopan, cocok untuk suasana dipagi hari dirumah ini.
Masih dengan wajah yang berpaling kearah yang berlawanan, Ran dengan langkah hati-hati dan gerak mata yang tak kalah hati-hati agar tidak salah lihat beranjak menuju pintu keluar. Suaraku membuatnya berhenti. “Mau kemana?”
“Keluar.” Ran menjawab singkat.
“Kenapa buru-buru? Kulihat sepertinya kamu perempuan yang modis, bisa bantu aku memilihkan pakaian yang cocok? Dan temani aku sarapan, seperti tadi malam kamu menemaniku makan cemilan malam?”
Akhirnya Ran mengangkat kepalanya, lalu menatapku tajam. “Apakah kamu perempuan tidak tahu malu?”
Aku bingung, tertohok mendengar tuduhannya.
“Berpakaianlah dulu, dan jangan meminta hal yang macam-macam.” Ran mendelik lalu pergi begitu saja. Serta-merta aku mengejarnya sampai keluar pintu, namun tubuh mungil Ran hilang ditelan ruangan-ruangan yang ada diluar kamar. Aku menghela nafas, tidak sadar sudah berada diluar zona aman, hanya dengan sehelai handuk yang menutupi tubuh. Aku dikagetkan dengan suara Alex yang hadir tanpa tanda-tanda. “Kamu ingin menggoda calon suamimu dipagi hari dengan pakaian seperti itu?” Alex menghembuskan nafas, menyorotku dingin. Dengan kepala menunduk, dengan cepat Alex melepaskan kimono mandi yang menyangkut diatas dua bahunya lalu melemparnya ketubuhku. Aku menangkapnya lalu memakainya untuk menutupi tubuh. Alex belum beranjak dari hadapanku, masih dengan kepala menunduk dan tubuh yang bergerak gelisah nampak seperti menahan diri.
“Kamu cantik pagi ini.” Alex memuji, tanpa menatapku.
Aku luluh, kukira akan diomelinya lagi.
“Jadi seharusnya kamu mengerti. Kecantikanmu, masih belum halal untuk kunikmati. Masuklah lalu berpakaianlah dengan sopan.” Alex mengangkat kepalanya, lalu tersenyum manis, meski manik matanya tetap menatap lantai. Aku mengangguk lalu mendorong pintu, hendak beranjak masuk. Tapi dapat kurasakan kehadirannya hanya dari auranya, Alex berpindah kebalik punggungku, deru nafasnya menyentuh sisi telingaku lalu berbisik, “Aku mencintaimu.” Alex menarik diri, dari derap langkahnya aku tahu dia pergi meninggalkanku lalu menghilang keruangan lain.
Aku berlalu masuk dan mengunci pintu, lalu memilih gaun yang menjadi pakaian pertama yang kulihat saat membuka lemari, tergantung ditengah-tengah deretan baju. Berwarna cokelat tua, berbahan halus dan sopan. Aku mengenakannya lalu setelah itu mempermak diri didepan cermin, dengan sapuan bedak tipis, maskara, dan lipbalm. Saat aku membuka pintu, Ran sudah berada dihadapan ambang pintu.
Tubuhnya membungkuk lalu berujar sopan. “Tuan Alex memanggilmu untuk sarapan bersama, Nona.”
Aku mengangguk, lalu mengikuti langkah Ran yang menggiringku ke meja makan. Alex yang harum dan bersih sudah menungguiku dengan senyum lebarnya, menyambutku dengan sapaan manisnya, “Pagi, cantik.” Aku tersenyum, segera duduk disebelahnya. Kami bertiga menikmati sarapan dengan sukacita, Ran memang banyak melakukan kesalahan--seperti refleks menuangkan kembali minuman digelas kosong aku dan Alex termasuk mengolesi selai ke roti bakar yang baru, padahal Alex sengaja menenggak habis gelasnya hingga kosong, melahap rotinya hingga ludes, untuk menungguiku agar kembali menuangkan minuman untuknya dan memberikan roti yang baru sambil mengkhayal aku akan menyuapinya, Alex juga menungguiku menandaskan minumanku dan melahap habis rotiku agar bisa melakukan hal yang sama untukku, ingin memanjakanku--peringatan Alex atas kebiasaan Ran yang menganggu kemesraan kami dimata Alex membuat Ran merasa bersalah, dan merasa lebihbaik tidak ada diantara kami berdua. Tapi saat Ran berpamitan untuk makan didapur saja, Alex menahannya, menggeleng penuh larangan.
“Tentang pernikahan kita ..” Wajahku cerah saat Alex mulai membahas tentang pernikahan kami, yang kemungkinan besarnya akan dilaksanakan hari ini, entah siang atau malam, entah dengan acara megah atau tidak, tapi setidaknya ijab kabul terlebih dahulu. Hanya Ran yang hadir sebagai saksi, itu sudah cukup. “ .. aku rasa kita perlu mengundurnya.” Angan-anganku buyar, lalu mengangguk pasrah tanpa banyak protes.
Hari ini, memang terlalu cepat.
“Kamu tidak bertanya kenapa?” Alex bertanya, wajahnya nampak merasa bersalah.
Aku tersenyum mengerti. “Tanpa kutanya ‘pun, aku tahu kamu punya alasan.”
Ujung bibir Alex tertarik. “Aku bersyukur punya calon istri pengertian. Bukankah aku beruntung, Ran?” Alex beralih ke wajah Ran, yang hanya mengangguk.
“Ada beberapa masalah yang perlu kuurus. Dan terpaksa mengorbankan acara pernikahan kita yang terpaksa kuundur. Aku senang, kamu mengerti, sayang.” Alex menjelaskan alasan dibaliknya, tanpa menjelaskan detail masalahnya. Lalu dia berterimakasih kepadaku, jari telunjuknya kembali membelai daguku, sempat menepis remah roti yang menempel. “Aku janji akan menikahimu secepatnya. Resepsinya akan dilaksanakan dikediaman kita, besok atau lusa orang-orang suruhanku dan staf wedding organizer akan menyiapkannya. Pernikahan kita akan meriah, meskipun tidak banyak orang yang diundang.”
Aku tersenyum lalu berterimakasih. “Makasih, Sayang.”
Alex nampak terkejut saat aku balas memanggilnya ‘sayang’, sesuatu yang tak diduganya namun berhasil meningkat drastiskan kebahagiaannya. “Aku yang seharusnya berterimakasih, karna kamu bersedia hadir dalam hidupku dan menerimaku.”
“Kamu berlebihan.” Aku tertawa, mengetuk punggung tangannya. Sedangkan Ran hanya mengerlingkan mata jengah, gerah diantara dua pasangan seperti kami yang tanpa enggan menyeretnya untuk menonton kebersamaan kami.
>><<
Saat aku bercerita kepada Alex kalau aku suka membaca, Alex menyuruh Ran membawakanku beberapa buku. Karna aku perempuan, cerita romansa tentu lebih bisa kunikmati. Diatas sofa, aku bersantai sambil fokus dengan deretan huruf yang tercetak dibuku yang kugenggam, Ran nampak menungguiku tanpa berbuat apa-apa, hanya duduk, diam dan kadang memperhatikan. Tanpa disuruh, mengambilkanku makanan dan minuman yang baru setelah gelas dan piring sebelumnya ludes dan kosong.
Aku menawarkan kepada Ran untuk membaca salahsatu buku, karna dia perempuan kupikir dia bisa menikmati jenis cerita yang sama. Ran menggelang, beralasan tidak suka membaca. Padahal, niatnya setelah membaca sama-sama kami bisa bertukar cerita dari alur buku yang kami baca. Ran selalu membangun tembok tinggi tiapkali aku ingin mendekatkan diri.
Sesaat yang lalu, Alex ada diantara kami. Duduk disebelahku sambil menyanggah dagu dengan kepalan tangan, sambil senyum-senyum memperhatikanku yang serius membaca, kadang membuat salah fokus karna pandangan penuh artinya. Apalagi, diseling kefokusanku membaca, Alex suka membisikkan gombalan nakal dan menggodaku habis-habisan, terang-terangan tanpa enggan didepan Ran yang hanya bisa pasrah dan menahan rasa jengah. Kini, Alex minggat entah kemana. Ran nampak rileks karna Alex sudah pergi dan tak perlu menyaksikan pemandangan memuakkan lagi. Dari ruangan sebelah, aku mendengar suara samar Alex yang tengah beradu mulut dengan sopan kepada orang diseberang sana melalui via telepon, kadang membuat fokusku pecah dan teralih dari buku, berubah penasaran apa yang tengah mereka bicarakan. Alex nampak penuh penyesalan, sedangkan orang diseberang sana terdengar marah besar. Berkali-kali, orang yang berbicara dengan Alex berganti. Sekitar empat atau lima kali, tapi yang pastinya lawan bicara Alex sama-sama terdengar luarbiasa marah.
“Saya benar-benar menyesal, saya tidak berniat merendahkan martabat keluarga anda ataupun mengkhianati kerjasama kita, saya hanya …” Kalimat Alex yang jelas ditelingaku segera disela sosok tegas namun murka diseberang sana. “Saya tidak bisa menerima ketentuanmu yang semena-mena! Anda melanggar perjanjian Tuan Alex! Anda berusaha mempermalukan keluarga kami, dan menyakiti Putri kami! Saya tidak bisa menerima semua ini ..”
Aku menutup buku, membangkitkan tubuh, secara tak sadar melangkah mendekat, ingin mendengarkan perbincangan serius mereka lebih lanjut. Sepertinya Alex yang berada dibalik dinding, melangkah menjauh hingga suaranya semakin sayup teredam jarak. Ran menahan lenganku, menggeleng tajam kearahku, lalu menekankan. “Tuan Alex punya privasi, Nona Alisa. Anda tidak berhak merusaknya.”
Aku bergeming, lalu menarik lengan dari cekramannya. Dengan terpaksa mengiakan peringatannya. “Baiklah.” Tapi aku masih penasaran. Apa itu masalah yang dikatakan Alex, sampai-sampai pernikahan kami harus diundur? Pelanggaran kesepakatan? Mengkhianati kerjasama dan menyakiti ‘Putri’ dari sebuah keluarga? Jika saja tidak ada Ran yang tak luput menyorotku bagai CCTV, sudah lama aku menguping lebih lanjut pembicaraan Alex dengan jarak yang lebih dekat. Aku rasa, ada sesuatu yang Alex sembunyikan dariku, yang berusaha dia selesaikan sendirian. Padahal kami akan menjadi sepasang suami-istri, seharusnya Alex berbagi cerita kepadaku, agar bebannya tidak perlu ditanggung seorang diri.
Aku menghembuskan nafas, kembali menjatuhkan diri kesofa dan membuka buku dengan malas-malasan, mendadak selera membacaku menghilang. Sekali lagi aku menghela nafas, menyandarkan punggung kesofa dengan buku terbuka yang menutupi wajahku, tubuhku merosot jatuh dari sofa hingga sebagian kakiku mendarat kelantai.
“Nona.” Suara Ran terdengar penuh peringatan. “Posisi tubuhmu tidak sopan--” Mendadak tak berkutik, entah apa yang terjadi sehingga Ran memilih diam dan tidak memprotesiku lagi. Ruang disebelahku berkerut saat dibebani tubuh seseorang, tanganku terangkat untuk menepis buku dari wajahku. Tapi sebuah tangan lebih dulu menarik ujung sampul bukunya hingga wajahku terbuka, wajah Alex menatapku dari atas dengan cengirannya.
“Bosan?”
Aku menggeleng. “Aku cemasin kamu.” Alex nampak terkejut dengan jawabanku yang tak disangkanya, lalu menimpali dengan sorot jail. “Apa yang kamu cemaskan, hm? Sepertinya sedaritadi, aku menyita pikiranmu, ya? Berarti kamu terus memikirkanku?”
“Ada masalah?” Aku menyambar pertanyaan.
Alex menggeleng begitu saja. “Tidak.”
“Kamu bisa cerita.”
Alex terkekeh. “Jika sebuah masalah, dapat membuatmu terbuka untuk mendengarkanku bercerita maka aku akan membuat ‘sebuah masalah’ yang bisa kubagi denganmu.”
“Aku serius, Lex.”
“Aku juga tak kalah serius, sayang.”
“Terserah.” Aku mengalah, lalu memperbaiki posisi duduk.
“Oke, aku punya masalah.” Alex menghela nafas, mendalamkan sandaran punggung, melirikku cemas. “Kamu mau dengar?”
Aku nampak antusias, menarik diri untuk lebih mendekat disisinya.
“Semenjak kamu hadir dirumah ini, aku kesusahan.”
Aku terkejut, tak menyangka aku berada dibalik semua permasalahan yang membuatnya resah. “Benarkah? Maafkan aku kalau begitu.”
Saat aku merasa bersalah, Alex malah terkekeh geli. “Aku kesusahan karna harus menahan diri, untuk tidak mendatangi wanitaku yang cantik ditengah malam.”
“Kamu ..” aku mendengus pasrah, ternyata Alex melas-melas seperti ditimpa beban berat diawal kalimat hanya untuk berakhir dengan menggombaliku saja. Alex tertawa, lalu mencolek daguku gemas. “Kamu itu berbahaya, Alisa. Makanya aku kesusahan.”
Rayuan Alex terhenti saat saku celananya bergetar. Lagi-lagi, pergi ke lain ruangan untuk menerima telepon dari beberapa pihak lain yang merasa dirugikan. Entah karna apa dan dari siapa? Dan apa maksudnya? Emangnya Alex tengah melakukan kesalahan? Sampai-sampai mereka begitu marah.

Bình Luận Sách (162)

  • avatar
    GeoginoItul

    good

    1h

      0
  • avatar
    LawatiSusi

    kayaknya seru cerita ini

    6d

      0
  • avatar
    ZhazaliAnwar

    ya oke

    25d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất