logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Cinta di Leidong Barat

Cinta di Leidong Barat

Fadly Mue


Melangkah dengan Berat

~ Masa Sekarang ~
Tubuh pemuda jangkung nan tinggi itu bergetar, bukan karena hujan deras yang menerpa tubuh, tapi karena menahan amarah. Berdiri di depan teras rumah yang megah. Kedua tangan mengepal. Kedua mata menatap nanar ke arah sesosok wanita yang berkecak pinggang di hadapannya.
Di teras rumah megah itu terlihat empat orang berdiri menatap. Namun, hanya satu orang yang menatapnya dengan wajah sendu dan penuh rasa iba. Sedangkan ketiga manusia lain memasang wajah bengis, terutama wanita yang berdiri paling depan di teras rumah berlantai marmer.
“Elu… seharusnya tau diri! Siapa elu sebenarnya. Jangan bermimpi untuk menjadi anggota keluarga kami! Jangan bermimpi untuk menjadikan Mei Mei pasangan hidup elu!” teriak seorang wanita setengah baya dari teras rumah. Wanita yang berwajah oriental dengan dandanan ala tante-tante sosialita menghardik ke arah pemuda yang berdiri di halaman rumah. Halaman rumah yang terbuka tanpa ada pelindung untuk menahan guyuran hujan ke tubuh pemuda itu.
Di belakangnya, tersedu seorang gadis semampai berkulit putih dipegangi oleh seorang pemuda muda. Di samping wanita yang sedang berkecak pinggang itu terlihat seorang pria tua yang tak lain adalah suaminya. Pria tua itu juga memandang pemuda yang dihardik oleh istrinya tadi dengan tatapan merendah.
“Elu… kerja di perusaahan kami, bukan untuk menggoda Mei Mei, tapi untuk dapat duit supaya hidup elu jangan miskin. Jangan terlantar. Supaya jangan jadi gelandangan. Eh… malah menggoda anak kami yang tidak sebanding dengan elu.” Wanita itu semakin maju selangkah di teras rumah. Tangan kanannya telah ikut juga menunjuk ke arah pemuda yang terdiam di derasnya hujan. Seolah-olah tak cukup kata-katanya yang pedas untuk melukai perasan pemuda yang dihardik. “Sekarang, pergi dari sini. Pergi dari Kota Leidong ini. Kami tak sudi melihat wajah elu lagi.” Suara melengking dari wanita itu seakan kalah dengan suara derasnya hujan.
Beberapa uraian rambut basah yang menutupi kening hingga ke mata, tak membuat pemuda itu risih. Tatapan nanarnya terus bertahan melihat wanita yang menghardiknya. Hatinya menahan emosi dengan amat sangat. Berusaha mengontrol emosi yang akan meluap. Dia tak ingin sikap lepas kontrol akan terulang kembali seperti kejadian beberapa tahun lalu. Ditahannya emosi yang bergejolak itu dengan terus mengeraskan kepalan di kedua tangan. Kemudian dengan perlahan pemuda bertubuh kurus dan tinggi itu membalikkan badan sembari menundukkan kepala.
“Abang....” Terdengar suara panggilan yang merintih dari gadis yang ditahan oleh pemuda di teras rumah.
Langkahnya tertahan.
Wanita setengah baya itu menoleh ke arah anak perempuannya. “Apalagi yang elu harapkan dari dia, Mei. Pemuda miskin yang tak jelas asal-usulnya. Pemuda yang jadi babu di perusahaan kita. Elu mau menjatuhkan harga diri Mama dan Papa.”
“Tolong, Ma. Jangan pisahkan kami. Mei Mei yang suka dengan Abang Raka. Bukan Abang Raka yang menggoda Mei Mei.” Gadis berwajah oriental dengan kulit bersih itu menangis tersedu. Berusaha melepaskan pegangan tangan dari pemuda di samping.
Pemuda yang langkahnya tertahan di derasnya hujan malam itu, tertunduk. Kembali mengeraskan kepalan kedua tangan.
“Tidak ada pembelaan untuk orang miskin seperti dia. Tidak pantas,” teriak wanita itu. “Sana pergi… dan jangan kembali lagi ke kota ini. Kami tak sudi melihat muka elu lagi.” Wanita yang telihat rambutnya disemir berwarna hitam agar hilang rambut putih dari pandangan orang, kembali berkecak pinggang dan mengeluarkan suara yang lantang.
Perlahan pemuda yang telah basah kuyub dari setengah jam yang lalu, menggeser kaki kanannya. Beban di hati sangat berat. Seberat kakinya melangkah. Berat untuk meninggalkan gadis yang dicintai. Terdengar olehnya, gadis yang dicintai menangis tersedu. Dia tahu bahwa gadis yang dicintainya berusaha berontak dan ingin melepaskan diri dari cengkraman pemuda yang tak lain adalah abang kandung gadis itu sendiri. Dia mendengar tangisan gadis yang dicintainya karena tak rela ditinggal. Dia bisa mendengar suara perintah wanita yang menghardiknya terus menerus sedari tadi, memerintahkan untuk menyeret gadis yang dicintainya masuk ke dalam rumah. Dia juga bisa mendengar suara Bos Besarnya di tempat dia bekerja selama ini, mendengus dan membuang ludah ketika kakinya melangkah untuk menjauh dari rumah itu. Rumah yang tak akan menerima dirinya. Rumah megah itu saja tak menerima dirinya, apalagi pemilik rumah itu. Dari beberapa bulan yang lalu, sebelum cinta ditumbuhkan oleh perempuan yang sangat dicintainya saat ini, dia mengetahui akan hal itu.
Braaak!
Suara bantingan pintu yang begitu keras menahan langkah kakinya yang kedua. Hatinya terkoyak. Sebegitu hinakah dirinya yang tak memiliki siapa dan apapun di kota kecil yang terletak di pesisir Provinsi Sumatera Utara ini. Dia berusaha untuk menguatkan hati. Berusaha berjalan di tengah hujan yang deras.
Langkahnya tertatih. Setelah hitungan langkah ke tujuh menjauh dari teras rumah dan menuju ke pintu pagar hitam yang megah, dia masih mendengar suara sayup-sayup teriakan dari wanita yang merupakan istri dari Bos Besar. Suara perempuan yang dicintai olehnya tak terdengar lagi.
Maafkan aku Tuhan. Ternyata ini yang dirasakan oleh seseorang yang pernah aku permalukan di depan umum. Seseorang yang tak seberuntung diriku pada saat itu. Maafkan aku.
Air matanya jatuh tapi tak terlihat karena air hujan yang menerpa wajah. Dengan cepat, dilangkahkan kakinya keluar dari halaman rumah megah. Mengambil jalan ke kiri dari bangunan itu, kemudian berlari perlahan. Beberapa detik kemudian mempercepat larinya dan di detik berikut, larinya semakin kencang. Menyusuri jalan beraspal di kota kecil di tengah malam yang saat itu orang-orang tengah tertidur pulas. Bukan saja karena sudah tengah malam, tapi hujan deras ini telah membuai masyarakat di sekitar untuk tidur lebih dalam. Berusaha membuang penat yang seharian mereka hadapi. Tapi, tidak untuk lelaki yang berlari kencang, entah kemana tujuannya. Penat di hatinya semakin memuncak ketika menjauh dari rumah perempuan yang dicintai.
***

Komento sa Aklat (44)

  • avatar
    ManisIda

    sungguh menyenangkan membaca nya , ada suka dan duka , di alur ceritanya sehingga ikut terbawa ke dalam cerita

    03/01/2022

      0
  • avatar
    RauliaAnandaningrat

    good

    04/02/2023

      0
  • avatar
    gamingMacan

    bagus

    24/08/2022

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata