logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Jabatan Baru

“Terima kasih, terima kasih,” kata wanita itu pada orang-orang itu.
Yang mengejutkan ketika Joseph dibimbing oleh Anita, gurunya, tiba-tiba berkata dengan terbata-bata, “Se…la…mat u…lang ta…hun, Bu.”
Rosemary terperangah. Perasaannya terharu sekali mendengarkan anak penyandang cerebral palsy itu sanggup berbicara sepanjang itu. Biasanya dia jarang sekali berkata-kata. Kalaupun iya, paling cuma satu-dua patah kata. Ini sampai empat kata meskipun belum lancar.
“Kami setiap hari beberapa kali bergantian mengajarinya, Bu,” kata Anita, sang guru, memberitahu. “Ini merupakan permintaan khusus dari Pak Chris. Katanya mau kasih kejutan buat Ibu.”
Rosemary kaget mendengarnya. Dia langsung mengalihkan pandangannya pada sang mentor. Pria itu tersenyum sambil mengangguk. “Kamu kan pernah bilang ingin sekali mendengar Joseph bicara lebih panjang. Jadi kupikir akan menjadi hadiah ulang tahun yang luar biasa bagimu kalau hal itu sungguh menjadi kenyataan.”
“Terima kasih semuanya,” kata Rosemary sembari membungkukkan badannya dalam-dalam sebagai tanda penghormatan. “Ini merupakan hari ulang tahun yang paling berkesan buat saya. Mohon maaf sudah merepotkan kalian semua.”
“Nggak repot…nggak repot, kok,” celetuk Livy seraya tertawa girang. “Kami suka…diajari bikin nasi kuning kerucut sama guru-guru.”
“Oya?” komentar Rosemary senang. Dia tak menyangka ada kejutan lain lagi. Nasi kuning kerucut? pikirnya bingung. Oh, mungkin tumpeng.
Memang benar. Ketika mereka semua naik ke lantai dua, tampaklah nasi tumpeng besar dengan aneka lauk-pauk yang terhidang di atas meja makan.
“Wah, terima kasih banyak Bu Farida, Dokter Mirna, Anak-anak, Guru-guru, Mbak-Mbak, dan kalian semuanya. Ini benar-benar luar biasa. Bikinan sendiri semuakah nasi tumpeng dan lauk-pauknya ini?” tanya Rosemary dengan wajah berseri-seri.
Para penghuni panti mengangguk mengiyakan. “Bu Farida yang paham resepnya,” celetuk Ivon. “Beliau yang menginstruksi kami semua. Termasuk anak-anak ini. Yang sudah besar membantu memasak, sedangkan yang masih kecil membantu menata lauk-pauk.”
Mata Rosemary berkaca-kaca. Dia merasa terharu sekali. “Eit, jangan nangis dulu, Sis,” cetus Damian. “Masih ada kejutan lagi, nih.”
Tiba-tiba Christopher muncul dengan membawa kue ulang tahun berwarna peach kombinasi putih yang besar sekali. Motifnya bunga mawar. Sesuai dengan arti kata rose pada nama Rosemary.
Wanita itu tertawa. “Kue ini bikinan sendiri juga?” tanyanya menduga-duga.
Farida menggelengkan kepalanya. “Susah sekali bikin motif bunga mawar raksasa kayak gitu, Rose. Hehehe…. Itu Christopher sendiri yang beli. Katanya menyesuaikan dengan buket bunga yang dihadiahkan padamu,” kata pemilik panti itu sambil tersenyum penuh arti.
Rosemary tersipu malu. “Terima kasih banyak, Chris,” katanya pelan.
“Lho, kok jadi malu-malu gitu, Rose,” goda Damian iseng. “Ayo ditiup dong, lilin ulang tahunnya. Make a wish dulu. Minta apa kek sama Tuhan. Dikasih jodoh atau apa gitu.”
Rosemary memelototi sahabatnya itu. Damian malah tertawa geli. Nelly dan beberapa orang di sana tersenyum simpul.
“Sudah, sudah,” ujar Christopher melerai. “Kutaruh di atas meja ini aja ya, kuenya. Sekarang lilinnya dinyalakan. Nona Rosemary silakan make a wish.”
Yang berulang tahun menuruti komando si dokter. Dipejamkannya mata indahnya.
Ya Tuhan, terima kasih banyak atas kejutan yang sangat menyentuh ini, doanya dalam hati. Benar-benar istimewa ulang tahunku kali ini. Kau memberiku kesempatan untuk merayakannya dengan orang-orang yang tulus menyayangiku tanpa menuntut apapun. Papa, hari ini adalah hari kepergianmu ke surga. Maafkan Rosemary belum bisa mengunjungi makam Papa. Tapi doaku selalu besertamu, Papa. Semoga Papa dan Owen hidup damai di surga. Amin.
Kemudian Rosemary membuka matanya. Dengan penuh semangat dia meniup lilin berangka 35 di atas kue ulang tahun tersebut. Orang-orang bertepuk tangan.
Air mata wanita itu pun jatuh. “Te…terima kasih semuanya. Sa…saya benar-benar terharu dengan ketulusan hati kalian. Semoga saya bisa terus berada di tempat ini, ya.”
“Nah, mengenai hal itu…ada yang harus saya sampaikan, Rosemary,” cetus Farida tanpa disangka-sangka. Semua orang yang berada di ruangan itu berpaling kepada wanita itu. Menunggu pengumuman penting yang akan diucapkan sang pimpinan. Sementara Rosemary sendiri menatap perempuan yang dihormatinya tersebut dengan penuh tanda tanya.
Farida menghela napas panjang. Dia lalu berkata, “Sebagaimana yang kamu tahu, akhir-akhir ini saya sering tidak berada panti, Rosemary. Urusan-urusan di luar yang berkaitan dengan isu-isu ABK semakin kompleks. Saya harus mengikuti perkembangan terapi terbaru dengan cara mengikuti berbagai seminar dan pelatihan. Tujuannya supaya bisa dipraktikkan pada anak-anak di sini. Disamping itu saya juga masih harus melakukan pendekatan dengan berbagai instansi agar bersedia memberikan peluang bagi anak-anak kita ini untuk berkarya. Kemarin saya bertemu dengan pemilik perusahaan penyedia perlengkapan makan di hotel-hotel. Karena anak kandungnya sendiri seorang ABK, maka dia tergerak untuk memberikan kesempatan pada anak-anak kita untuk berkarya dan diberi kompensasi berupa materi!”
“Wow!” cetus Christopher spontan. “Hebat sekali, Bu Farida. Akhirnya usaha Ibu melobi kesana-kemari berhasil juga.”
Wanita itu mengangguk. “Anak-anak kita diberi proyek untuk menyiapkan perlengkapan makan seperti sumpit maupun satu set sendok garpu yang dibungkus tisu lalu dimasukkan ke dalam plastik. Semua bahannya disediakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Anak-anak kita tinggal menyiapkannya saja. Lalu ada juga sekelompok desainer interior yang berkenan memilih beberapa karya lukis anak-anak kita untuk menghiasi interior hotel yang menjadi proyek mereka. Kompensasi materi yang diperoleh dari proyek-proyek tersebut akan dialokasikan sebagian untuk tabungan anak-anak dan sisanya untuk menambah penghasilan para guru yang telah bersusah-payah mengajari mereka berkarya.”
Tepuk tangan yang meriah kembali terdengar. Raut wajah Ivon dan Anita tampak bahagia sekali. Mereka senang hasil karya anak-anak didik mereka diakui oleh orang luar.
“Dan masih banyak lagi rencana-rencana saya untuk membudidayakan anak-anak ini sehingga mereka mendapatkan penghargaan yang sepantasnya. Oleh karena itu…saya memutuskan untuk mengangkat seorang asisten demi membantu mengelola tempat ini.”
Kemudian wanita separuh baya itu menatap Rosemary lekat-lekat. “Bersediakah kamu membantu saya, Rosemary?” tanyanya penuh harap. “Tentu akan ada kompensasi tersendiri setiap bulannya jika kamu menduduki jabatan itu. Tapi mohon maaf… nilainya jauh di bawah penghasilanmu terdahulu sebagai agen asuransi ternama….”
“Maafkan saya, Bu Farida,” sahut Rosemary sambil meringis. “Bukannya saya menolak kehormatan ini. Tapi saya kan orang baru di sini. Sepertinya ada yang lebih pantas menduduki posisi itu. Bu Ivon atau Bu Anita misalnya.”
“Mereka sudah menolak tawaranku,” ungkap Farida terus terang. “Silakan kroscek langsung dengan mereka sendiri.”
Rosemary terkejut. Dia sontak menatap kedua guru itu. “Bu Ivon, Bu Anita…,” ucapnya lirih. “Kenapa menolak jabatan itu?”
Ivon menjawab duluan, “Passion saya murni sebagai pengajar ABK, Bu Rosemary. Bukan sebagai pengelola tempat ini. Sulit bagi saya untuk mengoordinir orang lain yang bukan ABK. Hehehe….”
Sedangkan jawaban Anita lebih lucu lagi, “Saya tidak berbakat mengurus pembukuan, Bu. Padahal itu merupakan salah satu job desc asisten Bu Farida. Kepala saya pusing kalau memikirkan angka-angka.”
Rosemary melongo. Dia tak tahu harus berkata apa. Nelly membujuknya, “Sudahlah, Kak. Terima saja tawaran Bu Farida. Toh, kamu juga suka berada di sini. Apalagi sekarang sudah menjadi pengangguran, kan?” celotehnya lincah.
Gadis itu lalu mengerling pada Damian dan Christopher. Maksudnya agar mereka turut membujuk Rosemary supaya bersedia menjadi asisten Farida. Tak ayal kedua laki-laki itu langsung memotivasi wanita itu agar menerima tawaran Farida.
Dan…Rosemary akhirnya menganggukkan kepala tanda setuju. Tepuk tangan kembali bergemuruh. Mereka semua senang sekali dengan keputusan yang diambil Rosemary.
***

Komento sa Aklat (70)

  • avatar
    Lahmudin

    rdg

    7d

      0
  • avatar
    RifqiMoch.

    ......

    24d

      0
  • avatar
    RobertErick kelvin

    bagus

    26/07

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata