logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Martha Murka Lagi

“Kamu tadi pergi kemana sama kakakmu? Dari pagi sampai sore baru pulang,” kata Martha mengomeli Nelly.
Mereka berdua sedang berada di dalam kamar gadis itu. Sang ibu tadi tidak ikut makan malam di meja makan karena ada Rosemary. Dia sengaja menghindari putri sulungnya itu. Tujuannya untuk menunjukkan aksi marahnya yang tak kunjung selesai.
Nelly lalu bercerita bahwa tadi dirinya, Rosemary, dan Damian mengunjungi panti asuhan ABK. Dia juga berkata bahwa sudah dikenalkan dengan Christopher, mentor kakaknya selama melakukan pelayanan di panti tersebut.
“Kok lama sekali kalian berada di sana?” tanya Martha tidak senang. “Memangnya apa yang menarik sampai membuat kalian betah?”
“Banyak sekali, Ma,” jawab putri bungsunya itu. “Nelly jadi melihat dari dekat seperti apa anak-anak yang diciptakan Tuhan dalam kondisi spesial. Aku jadi merasa bersyukur dilahirkan ke dunia ini dengan kondisi tak kurang suatu apa. Para ABK itu memang dirawat dengan baik di sana. Tapi menyaksikan mereka berusaha mandiri dengan segala keterbatasan yang dimiliki membuat hatiku terharu. Mas Damian rupanya juga merasakan hal yang sama, Ma.”
Martha merenung. Dia sudah lama berharap Rosemary akan menikah dengan sahabatnya itu. Selain tampan dan gagah, karir Damian juga melejit sebagai manajer asuransi yang berprestasi. Martha selalu berpendapat bahwa mereka berdua adalah pasangan yang serasi. Namun entah kenapa hubungan kedua insan itu tak mengalami perkembangan.
Masa sih, salah satu dari mereka sama sekali tak merasakan getar-getar asmara? pikirnya selalu. Mana bisa dua orang yang berlainan jenis dapat menjalin pertemanan yang sangat dekat tanpa timbul perasaan cinta sama sekali?!
“Mama lagi mikirin apa?” tanya Nelly penasaran. “Kok tiba-tiba melamun.”
Ibunya mendesah kecewa. Wanita itu lalu mengeluarkan uneg-unegnya. “Mama heran sama kakakmu itu. Kok bisa-bisanya membuang begitu saja pekerjaannya yang sudah terbukti sukses demi bekerja sosial di panti asuhan. Terus juga hubungannya dengan Damian sampai sekarang juga tidak ada perkembangan. Gemas sekali rasanya melihat mereka berteman baik dan sama-sama tidak punya pasangan! Kan lebih baik diresmikan saja hubungan itu sebagai sepasang kekasih. Keduanya bisa bahu-membahu mengembangkan bisnis asuransi. Kalaupun kakakmu sedang jenuh ya nggak apa-apa rehat sebentar. Biar Damian yang mengurus pekerjaannya untuk sementara. Ah, Mama akan bahagia sekali kalau mereka berdua menikah dan bahkan membuka kantor asuransi sendiri.”
Nelly geleng-geleng kepala mendengarkan impian ibunya yang menurutnya bagaikan pungguk merindukan bulan. Gadis itu dapat melihat bahwa hubungan kakaknya dengan Damian murni persahabatan. Tak mungkin berkembang lebih jauh dari itu. Dia sendiri tidak tahu kenapa bisa mempunyai perasaan bahwa kedua orang itu takkan bahagia jika bersatu sebagai pasangan. Nelly justru lebih setuju kakaknya menjalin asmara dengan Christopher.
Ketika hal itu diungkapkannya kepada Martha, ibunya itu langsung melotot. “Jangan mengada-ada, Nelly,” tegurnya tidak suka. “Kakakmu kan belum lama mengenal dokter itu. Belum jelas latar-belakangnya. Juga masa depannya gimana.”
“Lho, Mas Chris itu kan dokter spesialis penyakit dalam, Ma. Reputasinya cukup bagus lho, di rumah sakit tempatnya bekerja. Nggak apa-apa kan, kalau akhirnya Kak Rose menjalin hubungan yang lebih serius dengannya?” kilah Nelly beragumentasi.
Sang ibu dengan tegas menggelengkan kepalanya. “Mama nggak suka orang itu. Dia yang telah menjerumuskan kakakmu untuk bekerja sosial dan meninggalkan pekerjaan utamanya yang jelas-jelas terbukti berhasil menyejahterakan kehidupan keluarga kita. Mama lebih setuju kakakmu pacaran sama Damian!”
Putri bungsunya nyengir mendengar kalimat-kalimat Martha barusan. Lha, kalau Kak Rosemary dan Mas Damian sendiri nggak ada perasaan cinta, masa mereka mau dipaksakan untuk menjadi pasangan? batinnya geli. Gadis itu merasa ambisi ibunya itu lucu sekali dan tidak pada tempatnya.
“Memangnya kamu merasa kakakmu ada hati sama dokter itu, Nel? Ayo bicara yang jujur sama Mama. Jangan main rahasia-rahasiaan,” cecar ibunya garang. Ditatapnya tajam adik Rosemary itu.
Nelly berkata terus terang, “Kalau yang Nelly lihat tadi sih, Ma. Kelihatannya Mas Chris perhatian sekali sama Kak Rose. Perhatian yang melebihi seorang teman. Beda dengan Mas Damian. Tapi Nelly setuju kok, kalau Kak Rose jadian sama orang itu. Mas Chris kelihatan dewasa, baik, dan mapan. Kurasa Mama nggak akan kecewa kalau sudah mengenalnya.”
“Jangan sampai hal itu terjadi!” seru Martha histeris. “Mama nggak mau bermenantukan orang yang sudah memberi pengaruh buruk pada anak Mama.”
Kemudian wanita itu bangkit berdiri. Ia bermaksud meninggalkan kamar Nelly. Parasnya menunjukkan amarah yang luar biasa. Namun saat dia melangkahkan kakinya hendak meninggalkan kamar itu, anaknya berusaha mencegahnya.
“Mama mau pergi ke mana? Sabar, Ma. Jangan emosional begini,” nasihat putrinya bijaksana.
“Kamu!” seru Martha seraya menuding-nuding gadis itu. “Berani-beranya di belakang Mama mendukung kakakmu! Seharusnya kamu membantu Mama membujuk Rosemary agar mempertahankan pekerjaannya dan meraih prestasi lebih baik lagi. Damian itulah kuncinya untuk membuat kakakmu bertahan di bisnis asuransi. Eh, kamu malah mendukung orang lain yang nggak jelas asal-usulnya untuk menjadi pacar kakakmu! Anak dan adik macam apa kamu ini, Nelly?!”
Gadis itu diam saja tak menanggapi kemarahan ibunya. Dia tahu kalau Martha sudah emosional seperti itu lebih baik tidak dilawan. Karena kata-kata yang diucapkannya bisa jauh lebih menyakitkan hati dan membuat hubungan mereka sebagai ibu dan anak menjadi renggang. Hal yang telah terjadi pada diri Rosemary dan Martha. Nelly tidak ingin mengalami nasib seperti kakak sulungnya itu. Didiamkan dan diacuhkan begitu lama oleh ibunya sendiri.
Gadis itu memutuskan untuk membiarkan saja Martha yang sedang murka keluar dari kamarnya. Dia lalu menelepon kakaknya yang sedang berada di dalam kamarnya sendiri. Gadis itu menghembuskan napas lega ketika teleponnya segera diangkat oleh Rosemary.
“Kak Rose,” katanya pelan. “Mama sedang menuju ke kamarmu. Hati-hati, ya. Dia lagi naik darah.”
“Ok, thank you,” jawab kakaknya singkat.
Kemudian terdengar suaranya menyapa Martha yang baru tiba di kamarnya. Nelly segera menutup ponselnya.
“Mama rupanya sudah sampai di kamar Kak Rose,” gumamnya pelan. “Cepat sekali langkah kakinya. Berarti dia lagi marah besar. Semoga kakakku mampu menghadapi amarah Mama. Sabar ya, Kak Rose. Adikmu ini akan selalu mendukungmu. Aku tahu, Mama terlalu memaksakan kehendaknya kepadamu. Padahal Kakak sudah dewasa dan banyak berkorban demi kami semua….”
Gadis itu menghela napas panjang. Dia tampak prihatin dengan nasib Rosemary, kakak yang sangat dikasihinya.
“Ya Tuhan, kumohon ketuklah hati Mama agar dia mampu menerima kesalahan Kak Rosemary di masa lalu. Bagaimanapun juga mereka adalah ibu dan anak. Aku juga merasa tidak nyaman berada di posisi terjepit seperti ini. Yang satu adalah mamaku sendiri, sedangkan satunya adalah kakak kandungku. Haizzz….”
***

Komento sa Aklat (70)

  • avatar
    Lahmudin

    rdg

    8d

      0
  • avatar
    RifqiMoch.

    ......

    25d

      0
  • avatar
    RobertErick kelvin

    bagus

    26/07

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata