logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Hentikan Aktingmu!

Sebuah bangunan mewah dan elegan berdiri. Alvino masuk sambil memikirkan beberapa pertanyaan yang akan dia tanyakan pada orang yang akan dia temui di dalam.
Mendengar pernyataan Kirara kemarin dan membuntutinya, membuat Alvino memikirkan wanita itu lebih dan lebih lagi dari biasanya.
Alvino langsung mendengus kesal begitu melihat pasangan suami istri yang sedang duduk bersama di meja pojok dekat dengan jendela restoran.
Benar-benar membuat dirinya ingin terbahak. Kenapa pria di sana sangat posesif pada istrinya? Setiap dia mengajak Kalea bertemu, Bobby pun akan mengikuti istrinya.
“Le, kamu nggak bisa, nggak bawa suamimu sebentar?” celetuk Alvino ketika dirinya sudah berada di antara Kalea dan Bobby. Dia pun menarik kursi berselimut kain cantik dan duduk di sana. Kursi yang berada tepat di seberang kursi Kalea.
Bobby mengetuk-ngetukan jari telunjuk ke meja, sedang satu tangan lainnya dia buat untuk menopang kepala. “Nggak bisa. Aku nggak akan membiarkan istriku menemui mantannya sendirian.” Bukan Kalea yang menjawab, melainkan Bobby. Pria bertubuh atletis dengan bentuk mata dalam yang sangat cocok untuk dipadukan dengan wajah tampannya.
Kalea tertawa kecil. “Bukankah dia sangat mencintaiku?”
Alvino kembali mendengus jijik. “Dulu aku juga mencintaimu, tapi nggak sampai seposesif dia ‘kan?”
“Karena itulah, Alea bisa aku rebut dengan mudah, iya ‘kan?” timpal Bobby santai, tetapi matanya menatap tajam Alvino. Dia benar-benar tidak suka Kalea masih berhubungan dengan Alvino.
“Ck, hentikan pembicaraan ini.” Alvino mengalihkan pandang pada Kalea. Raut mukanya seketika berubah menjadi serius. “Rara. Kamu tahu ‘kan, Rara ada di Jakarta?”
Kalea membekap mulutnya, wajahnya terkejut. “Rara ada di Jakarta? Di mana dia? Kamu sudah bertemu dengannya? Beritahu aku, ada di mana anak itu?!” aktingnya, membuat Bobby tertawa kecil melihat tingkah menggemaskan dari sang istri.
“Alea ....”
“Hm? Kenapa? Kenapa malah memanggilku?” timpal Kalea dengan tatapan polos sekaligus terlihat kebingungan.
Alvino sampai kehabisan kata melihat aksi yang cukup meyakinkan dari mantannya itu. Jika dia belum merangkai kejadian demi kejadian tahun lalu ... mungkin dirinya akan percaya dengan ekspresi yang terlihat meyakinkan itu. Benar-benar berubah menjadi menyebalkan, mantannya ini.
“Sejak kapan kamu pintar berbohong seperti ini? Hentikan aktingmu. Aku sudah tahu semuanya.”
Alvino langsung mendengus jijik melihat Bobby yang malah mengelus puncak kepala istrinya itu, seolah bangga dengan sindiran yang sudah dia lontarkan untuk Kalea.
Pasangan aneh! Alvino jadi memikirkan, kenapa dulu dirinya bisa begitu jatuh cinta pada Kalea? Bahkan sampai ingin bunuh diri saat mendengar Kalea dijodohkan dengan Bobby oleh kedua orang tua mereka.
“Vino, apa maksudmu aku sedang berakting?” ujar Kalea masih gigih untuk berpura-pura, seolah sejak dulu dia tidak pernah mendengar kabar tentang sahabatnya, Kirara.
Pria berhoodie itu mengusap kasar wajahnya. Harus bagaimana agar Kalea berhenti bertindak menggelikan seperti ini.
“Le, please berhenti berpura-pura. Kemarin aku lihat Rara datang ke Keast dan di sana ada Davin. Jadi, tolong katakan yang sebenarnya. Aku yakin kalau selama ini kamu tahu keberadaan Rara, iya 'kan?" Alvino tertawa remeh. "Aku sampai penasaran, sebenarnya apa tujuan kalian sampai tega mempermainkan hidup orang seperti ini?”
Bobby sontak menegakkan tubuhnya, baru ingin menimpali ucapan Alvino. Namun, istrinya sudah lebih dulu menghalangi. Bobby tidak suka mendengar ucapan, kalau seolah-olah Kalea dan Kirara sudah mempermainkan hidup seseorang. Pria itu tidak tahu, seberapa berat Kirara menjalani hidupnya selama ini.
Kalea melipat tangannya di atas meja. Dia juga memandang serius Alvino. “Maaf Vin, kalau pun selama ini aku memang tahu tentang Rara dan, kalau pun selama ini aku membohongimu ... aku rasa kamu nggak punya hak untuk menilai tindakan kami sebagai tindakan yang mempermainkan hidup seseorang. Terkadang, banyak hal yang nggak perlu dibeberkan ataupun untuk kamu ketahui.”
Alvino membisu. Sudah cukup baginya penjelasan setengah hati itu. Dari kalimat Kalea, dia bisa tahu kalau selama ini wanita itu benar-benar tahu tentang Kirara.
Hanya saja, apa yang menyebabkan Kalea membantu Kirara untuk bersembunyi seperti tikus yang membenamkan keberadaannya di dalam lumpur itu? Begitu rapi dan tidak terduga. Sampai dirinya dengan mudah terkecoh selama bertahun-tahun.
Jika hanya karena ajakan menikah dari dirinya yang kala itu masih memiliki cinta pada Kalea, rasanya terlalu berlebihan dan tidak sesuai dengan sifat Kirara. Bersembunyi setelah dirinya melakukan kesalahan ... baginya itu sangat kejam. Kirara sungguh berniat menghukum dengan cara menyiksanya seperti ini.
“Berhentilah mengganggu Rara. Dia sudah bahagia sekarang. Kamu juga harus menemukan kebahagiaanmu,” lanjut Kalea tulus.
Alvino menghempaskan punggungnya, dia bersandar sembari menunduk. “Aku tahu. Kemarin aku juga melihat, sebahagia apa wanita itu dengan suaminya. Haah ... sialan, dia memeluk suaminya begitu erat, seolah sudah tidak bertemu lama, bahkan itu dilakukan di depan kantor. Apa mereka mau pamer?" dumelnya, meski kemarin dirinya terus menampik dengan segala spekulasi egoisnya, tetapi tetap saja pelukan mereka terbayang mesra di kepalanya.
Baik Kalea dan Bobby serentak saling melempar pandang. Suami? Mereka bingung.
Apa yang dimaksud Alvino adalah Davin? Kalea pun kembali menatap Alvino yang masih menunduk. Kirara tidak membicarakan hal ini kemarin, apa sahabatnya itu membohongi Alvino? Atau ini hanya spekulasi dari mantannya saja?
“Suami, maksud kamu, Davin ‘kan?” tanya Kalea memperjelas.
Alvino meluruskan kembali lehernya, keningnya mengerut heran. Rasanya ada yang aneh dengan pertanyaan Kalea itu. “Apa maksudmu? Memang ada suami lain, selain Davin?”
Sial. Kalea baru sadar kalau dirinya telah melakukan kesalahan. Dia pun tertawa canggung. “Ah, tentu hanya Davin suami Rara. Maksudku, aku terkejut saat kamu bilang mereka berpelukan mes--”
“Apa hubungan mereka nggak baik, sampai kamu terkejut mendengar kalau mereka berpelukan?” potong Alvino, punggungnya sontak menjauh dari sandaran kursi. Dia cukup tertarik dengan kabar ini. Jika itu benar, tujuannya akan lebih mudah, bukan?
“Hei, jangan asal bicara! Apa kamu nggak pernah dengar pepatah, kalau omongan itu adalah doa? Jadi tolong, jangan bicara sembarangan tentang hubungan mereka!” omel Kalea, dia melirik ke arah Bobby untuk meminta bantuan. Namun, Bobby malah membuang muka dan menyembunyikan senyum simpulnya.
Kerutan dahi Alvino kian jelas. “Lea, aku hanya bertanya, kenapa kamu jadi semarah ini?”
“Sudahlah. Biar aku perjelas, mereka itu nggak pernah bermesraan di depan publik, tapi kamu bilang mereka berpelukan di depan kantor Keast? Wajar saja kalau aku terkejut, bukan? Ini berita bagus. Berarti cinta mereka semakin dalam. Jadi berhenti mengganggu sahabatku, mengerti?!” Kalea bangkit dari kursi. “Aku ke toilet dulu,” lanjutnya.
Seperti orang bodoh. Alvino bergeming memandang punggung Kalea yang kian menjauh, lalu berpaling saat mendengar Bobby tertawa geli. Entah apa yang di tertawakan, Alvino tidak paham bagian mana yang lucu dari perdebatan dirinya dengan Kalea hingga membuat Bobby terpingkal seperti itu.
“Haah ... Ya Tuhan, bukankah istriku itu sangat menggemaskan?” ujar Bobby, satu tangan memegang perut, sedang satu tangan lagi menghapus jejak air mata yang keluar akibat terlalu geli dirinya tertawa. Bahkan rahangnya sampai sakit.
“Yakin mau mendengar jawaban dari mantannya?” cibir Alvino. Dia kesal.
Bobby menyusutkan senyum, wajahnya berganti serius, meski posisi tubuhnya masih terlihat bersandar santai.
“Biar aku tanya sekali lagi, kamu masih menyukai Kalea?”
“Aku menyukai Rara. Apa kamu puas dengan jawabanku?” timpal serius Alvino.
Bobby berdecak. Meski sejak dulu dia sudah menduga hal itu, tetapi mendengarnya langsung membuat dia kesal juga. Ini masalah serius. Lebih serius saat Alvino menyukai istrinya. Dia cukup mengenal Davin juga Alvino. Pun cukup mengenal sahabat istrinya.
Jika keduanya memperebutkan sahabat Kalea, tentu Alvino yang mungkin akan memenangkan hati Kirara. Davin memiliki sikap yang tegas, hanya saja karyawannya itu memiliki hati yang terlalu baik.
“Seperti katamu, dia sudah punya suami. Apa hobimu itu mengganggu wanita yang sudah bersuami?” sarkas Bobby, kemudian menyesap kopi hitamnya.
Alvino menarik sudut bibirnya. Dia melempar pandang ke sekeliling restoran dengan cepat. “Aku belajar darimu yang merebut tunangan orang.”
Bobby menurunkan bibirnya, jelas sekali kalau pria itu sedang meremehkan ucapan Alvino. “Hampir bertunangan,” ralatnya.
Lelah. Mendebatkan hal ini, Alvino menghela napas sambil menurunkan hoodienya. Rambut hitam pendek yang sedikit ikal itu nampak sedikit berantakan.
“Bagaimana kabar Aidan dan Ariella? Apa si kembar juga berteman baik dengan Cherry seperti Alea dan Rara?” tanya Alvino, basa-basi menanyakan anak kembar Bobby dan Kalea.
“Kenal Cherry juga?”
“Apa kamu yang membantu Rara, menyembunyikan dirinya dariku?”
Bobby tertawa kecil. Ternyata ini yang ingin Alvino tanyakan. “Dengar. Terlalu percaya diri itu juga nggak baik. Bagaimana mungkin kamu berpikir hilangnya Rara karena bersembunyi darimu?”
“Kalau bukan dariku, lantas dari siapa?”
“Entahlah, masalah itu aku nggak ikut campur,” ucap Bobby santai seraya mengangkat spontan dua bahunya.
“Bob, tolong katakan apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Rara bersembunyi dariku? Kenapa sekarang Rara begitu membenciku? Dia sudah mengatakan alasannya, hanya saja buatku itu ... nggak masuk akal. Tolong katakan sedikit saja kebenarannya, kamu pasti juga mengerti, kalau perasaan seperti ini cukup menyiksa.”
“Kalau cukup menyiksa, lebih baik lepaskan. Seperti yang dikatakan istriku, berhenti mengganggunya dan carilah kebahagiaanmu sendiri.”
Alvino mengusap kasar wajahnya, tidak lama kemudian dia pun beranjak dari kursi. Cara ini juga tidak berhasil. Semua memilih bungkam.
“Dulu, aku sudah melepaskan cintaku. Sekarang, aku nggak mau mengulangi kebodohan itu. Kamu mengerti maksudku, bukan? Terima kasih untuk waktunya, sampaikan salamku untuk Alea,” balas Alvino, kemudian pergi dari sana.
Bobby pun bersandar seraya menatap gelas kopinya. Ini juga yang menjadi pertimbangannya tadi. Alvino pasti akan memenangkan hati Kirara, karena pria itu pernah melepaskan wanita yang begitu dicintai. Yah ... semoga Davin bisa memenangkan hati Kirara.
Tidak seperti istrinya, Kalea. Bobby tahu semuanya. Sejak Kirara meminta tolong padanya untuk melaporkan semua gerak-gerik Alvino ... diam-diam, tanpa sepengetahuan Kalea dan Kirara, dirinya sudah menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi antara Kirara dan Alvino. Bobby juga tidak memihak siapa pun. Entah Alvino atau Davin, siapa pun itu yang akan mendapatkan hati Kirara ... dia tulus menginginkan sahabat istrinya itu bisa bahagia.

Komento sa Aklat (328)

  • avatar
    GustiRaden

    terbaik

    2d

      0
  • avatar
    312Nurisah

    seruuu

    28d

      0
  • avatar
    KurniadiAbsallom

    terbaik

    18/08

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata