logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bab 6

(Pov Randi)
Ya Allah apa salahku sampai mertuaku sampai menghinaku seperti itu, bahkan sampai menghina orang tuaku.
Bila hanya aku yang dihina, aku masih sabar. Tapi bila sudah menghina orang tuaku, aku tidak bisa memaafkanya dengan mudah.
Bisa-bisanya Bapak mertuaku menghina keluargaku hanya karena aku membawa kentang kerumah dan sedikit mengotori rumahnya.
Aku sudah tidak bisa mentolerirnya, akupun hanya diam saat Bapak menghinaku. Setelah kubawa keluar kentangnya dan kubersihkan rumah Mertuaku itu, aku akan langsung berpamitan dengan Jihan, jika Jihan mau dia boleh ikut denganku, tapi jika tak mau, aku juga tidak akan memaksanya.
Ceklek, kubuka pintu kamarku. Terlihat Jihan sedang diam, sepertinya sedang melamun, karena tidak mendengar saat aku masuk kamar.
"Jihan,.??" ku panggil istriku dan sepertinya dia kaget melihatku sudah di depanya.
"Ah Mas Randi,. sudah selesai dengan Bapak Mas,.??" Jihan menjawab dan langsung bertanya perihal Bapaknya, aku bisa tahu kalau dia sedikit khawatir, tapi mencoba setenang mungkin.
"Aku mau bicara tapi ku harap kamu jangan marah ya Han,.??" ku beranikan bertanya padanya, kerena aku sudah tidak tahan lagi.
"Iya Mas, bicara saja,.!!" Jihan menjawab dengan antusias dan terlihat seperti penasaran.
"Mas pengen balik ke rumah orang tua, sepertinya Mas sudah tidak di inginkan lagi di rumah ini,.!!" aku mencoba bicara seramah mungkin, takut istriku sakit hati.
"Mas, jangan kembali ya,!! ku mohon jangan tinggalin aku,.??" Jihan memohon padaku seraya menyatukan kedua telapak tangannya, bahkan saat ini dia menangis. Aku paling tidak bisa melihat Jihan menangis, karena aku sangat menyayanginya.
"Jangan menangis sayang, siapa bilang aku meninggalkanmu,.?? Aku hanya ingin kembali kerumah orang tuaku, kamu juga boleh ikut,." aku berusaha menenangkanya dengan menjawab jujur. Terlihat Jihan tidak senang, karena dulu dia tidak mau bila sampai hidup dengan mertua. Aku mengikutinya, tapi ternyata begitu sulit untuk hidup bersama mertua, aku sendiri yang merasakanya.
"Ah Mas, maaf Jihan lupa, sebenarnya Jihan sudah dapat kontrakan baru saja ini,. apakah Mas Randi bersedia ikut Jihan tinggal di kontrakan,.??" seperti biasanya, Jihan sangat cepat tanggap, dan sepertinya dia tidak berbohong bahwa sudah dapat kontrakan.
Aku hanya diam dan berfikir sebentar, kalau ngontrak akan ada tambahan biaya, sekarang saja aku masih belum dapat pekerjaan yang tepat. Bagaimana bisa membayar kontrakan??, walaupun aku sadar Jihan punya uang dan mampu membayarnya, tapi arhhhhh gak mungkin kan aku selalu memberatkan istriku??
"Mas Randi,.??" panggilan Jihan mengagetkanku dari lamunan.
"A-ah iya sayang,.." jawabku gagab karena salah tingkah.
"Apakah Mas Randi keberatan tinggal di kontrakan bersama Jihan,.??" tanyanya dengan mata berkaca, ini membuatku tak tega.
"Baiklah tidak apa, Mas ikut Jihan saja, tapiiii bagaimana kita akan membayar Kontrakan, Mas tidak ingin selalu memberatkanmu Han,.??
"Pokoknya Mas Randi tenang saja ya, Jihan gak merasa di beratkan kok, lagian kita ini kan suami istri, Mas. Uang istri adalah uang suami juga,." jawabnya dengan ringan, aku malah menjadi semakin tidak enak hati. 'Aku pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk mencukupi kita nantinya,.' batinku merasa bersemangat.
"Maafin Mas ya Han,.??" aku masih mencoba meminta maaf ke Istriku yang sunggung pengertian dan baik hati.
"Mas jangan gitu, seharunya Jihan yang minta maaf,." ucapnya seraya memeluku.
Aku sendiri tidak bisa banyak bicara, takut membuat Jihan nangis lagi.
Jihan terlihat menghubungi temanya lewat telefon.
"Oh iya halo....
"Aku akan langsung ke kontrakan dan tinggal disana, tolong persiapkan segalanya ya,!! aku akan bayar penuh biayasewa selama satu tahun penuh dulu,.
"Oh iyaiya, terimakasih...
"Bay....
Setelah panggilan selesai, Jihan menatapku dengan pandangan yang sulit di artikan.
"Kenapa Han,.??" tanyaku yang penasaran.
"Kita bisa langsung pindah hari ini Mas, seluruh perabotan rumah lengkap sudah tersedia di Kontrakan, jadi kita tidak perlu repot membeli perabotan.," jawab Jihan merasa sangat senang, terlihat dari sorot matanya.
"Baiklah, kalau gitu kita bersiap-siap dulu Han, aku akan meminta temanku untuk membawa barang kita,.!!"
'untuk uangnya tidak ku habiskan tadi, jadi bisa buat beliin bensin untuk temanku nanti,.' batinku merasa lega.
Jihan dengan cepat membereskan seluruh pakaian dan memasukanya ke dalam 3 koper besar. Aku sendiri memanggil temanku tanpa sepengetahuan Jihan.
"Halo iya,."
"Dika, aku minta tolong bisa,.?? bawa mobil pic'up kamu ya, aku mau pindahan ke Kontrakan, nanti paling cuma bisa isiin bensin saja, ngerti lah saat ini aku masih belum bekerja,."
"Hahaha santai saja Ran, oke lah mumpung aku lagi di rumah, aku langsung kerumah mertuamu yang galak itu,."
"Eh gak usah di tambah-tambah galaknya,.!!
"Hahaha iyaiya, oke bay.,"
Akupun mematikan panggilan sepihak, takut nanti tambah nerocos saja bicara sama Dika.
"Siapa yang galak Ran,.??"
Deg??
'Haduh kenapa seperti suara bapak di bepakangku,' batinku merasa khawatir.
Akupun menoleh dan ternyata benar, Bapak sudah di belakangku dan sepertinya mendengar saat aku telfon Dika tadi.
Haduhhhh, mati aku...
"Ehhh Bapak,.?? sudah tadi Pak,.??" ucapku mengalihkan pembicaraan.
"Aku tanya,??" tambah Bapak melototi aku.
"Maaf Pak, temanku tadi yang galak,." jawabku bohong seraya mengelus dada.
"Oh, aku kira siapa..." ucap Bapak dingin sebelum bersiap pergi lagi.
"Semua sudah selesai Mas, kita bisa berangkat secepatnya,." haduhhhh, kenapa sih Jihan pake muncul, bagaimana kalau sampai Bapak tahu. Tapi.... ada benarnya juga sih, sekalian kita pamitan. Lagian tak sopan juga pergi dari rumah orang tanpa pamit.
"Berangkat kemana Han,.??" tanya bapak pada Jihan, aku hanya diam takut salah lagi.
"Ahhhhh Bapak...." terlihat Jihan salah tingkah.
"Iya Bapak kenapa lagi Han,.??" tanya Bapak ramah, sangat berbeda sekali saat berhadapan denganku tadi, Bapak sangat galak dan bicara seenaknya sendiri.
"Iya Pak,... jadi Jihan dan Mas Randi berencana pindah ke Kontrakan hari ini, kita mau belajar mandiri dan tidak bergantung pada orang tua terus,." mendengar jawaban Jihan yang cerdas, akupun hanya mengeluarkan nafas kasar karena merasa lega.
"Apa?? apakah kamu sudah tidak betah hidup sama Bapak,.?? sampai-sampai tega ninggalin Bapak,.??"
terlihat Bapak sepertinya kaget dan tidak suka di tinggal anaknya.
"Bukan seperti itu Pak, kita mau belajar mandiri, lagian kalau kita saling kangen kan masih bisa saling ketemu Pak,." Jihan terlihat sudah siap dengan semua penjelasanya.
"Ada apa ini, kenapa kamu membawa begitu banyak koper Han,.?? dan di luar juga ada mobil pic'up?? apakah kamu berencana meninggalkan kami demi pria ini,.??" sunggung kata-kata Ibu mertuaku yang berterus terang di depan semuanya membuat hatiku sakit.
"Ibuuuu.... Diam!!!" Ibu pun langsung terdiam mendengar teriakan Bapak.
"Maaf Pak, Bu, kita akan pergi dulu,. kita masih bisa saling ketemu kok,." ucap Jihan menenangkan, tapi aku tahu bahwa Jihan sebenarnya mencoba tidak marah dengan kata-kata ibu mertua. Padahal tanganya tadi mengepal.
"Jangan pergi Han,.!!" ucap Bapak sebelum menyatukan kedua telapak tanganya. Ini sungguh memalukan, bagaimana seorang ayah memohon kepada anaknya.
"Maaf Pak, Jihan tetap dengan pendirian Jihan,.!!"
"Bapak ngerti Han, pasti soal kentang kan,.?? iya maafin Bapak tadi, sekarang Randi boleh kok bawa kentangnya ke rumah kita, asal kamu jangan pergi ya Han,.??"
Jihan hanya menatapku, sepertinya dia bingung, setelah menatapku, dia kembali menatap Bapak.
"Maaf Pak, Jihan sudah terlanjur bayar kontrakanya, jadi terpaksa tetap harus tinggal di kontrakan, bapak bisa berkunjung kalau rindu sama Jihan kok,."
Aku hanya mengawati, dan tidak berani bicara, Jihan mendekatiku "Ayo Mas kita berangkat," ucapnya seraya menggandeng tanganku.
"Hati-hati nak,." ucap Bapak lemas.
"Iya Pak," jawabku dan Jihan bersamaan.
Akupun keluar membawa koper besar bersama Jihan, di luar sudah ada mobil pic'up yang mengendarai adalah Dika.
Bapak dan Ibu mengikuti di belakang, Bapak seperti menyesali tindakanya, tapi Ibu menatap tajam padaku. Aku hanya berani mengalihkan pandanganku dari Ibu. Akhirnya Aku dan Jihan keluar dari rumah, semua barang di naikan ke atas mobil. Sedangkan Aku dan Jihan naik motorku menuju Kontrakan yang sudah di boking Jihan.

Komento sa Aklat (244)

  • avatar
    ZafranHariz

    good

    29d

      0
  • avatar
    Kazzim Kazzim

    good

    16/08

      0
  • avatar
    GohanAmo abu

    mantap

    11/08

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata