logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Makan Malam Dengan Pembunuh Ibu

Viona sudah rapi menggunakan gaun panjang berwarna biru dengan sedikit polesan make-up di wajahnya. Kini dia tengah berdiri di depan gerbang rumahnya, menunggu Noah menjemputnya untuk makan malam.
Selang beberapa waktu, sebuah mobil ferrari berwarna merah berhenti di depan Viona. Sang pemilik mobil mahal tersebut kemudian keluar dari mobilnya dan menghampiri Viona yang tengah berdiri mematung.
“Apa kau menunggu lama?” tanya Noah yang baru saja turun dari mobil.
“Tidak, aku baru saja keluar dari rumah,” jawab Viona.
Noah membukakan pintu mobil untuk Viona layaknya seorang kekasih sebenarnya. Ya, pria itu memang terlalu perhatian hingga bisa membuat Viona jatuh hati padanya. Penampilannya juga sempurna meskipun memakai tuksedo berwarna biru muda yang senada dengan gaun Viona.
Ya, gaun yang dipakai Viona dan tuksedo Noah adalah sepasang. Setelah sampai rumah tadi siang, Noah tiba-tiba menghubungi Viona dan meminta alamat rumahnya. Dia tak menyangka jika Noah akan membelikannya gaun untuk acara makan malam dan menyuruh seseorang untuk mengantarkannya ke alamat rumah Viona.
“Apa kau gugup?” tanya Noah yang masih fokus menyetir.
“Sedikit.”
Mana mungkin Viona tidak gugup. Dia akan berhadapan dengan Daniel, orang yang telah membunuh ibunya. Viona bahkan minum pil penenang sebelum menunggu Noah menjemputnya.
“Kita sudah sampai,” jelas Noah. Sebelum turun, dia memegang tangan Viona yang tampak gemetar. Gadis berani itu ternyata bisa terlihat gugup dan takut.
Viona memejamkan matanya ketika Noah memegang tangannya yang gemetar. Tangan besar dan hangat milik Noah sungguh membuat hatinya tenang. Dia bahkan tidak ingin melepaskannya.
Ketika sudah merasa lebih tenang, Viona keluar dari mobil setelah Noah. Kaki jenjangnya kemudian melangkah memasuki rumah megah bak istana itu.
“Kalian sudah datang rupanya?”
Daniel tersenyum hangat ketika melihat Noah membawa seorang gadis cantik ke hadapannya. Tampaknya anak laki-lakinya itu tidak hanya membual untuk membatalkan pernikahannya dengan Karin.
‘Dia mirip seperti Sylvia,’ pikir Daniel ketika melihat Viona.
Berbicara mengenai Karin, gadis itu ternyata ikut serta dalam acara makan malam hari ini. Dia duduk di kursi dekat Daniel dan tersenyum manis ke arah Viona. Ya, meskipun Viona tahu bahwa senyuman itu palsu.
“Aku tidak ingat kalau kita mengundang satu orang lagi ke sini?” sindir Noah yang ditujukan kepada Karin.
“Ayah yang mengundangnya. Ayah rasa, Karin berhak mengetahui siapa kekasihmu karena ini menyangkut pernikahan kalian.”
Noah mendelik kesal. Padahal Karin sudah bertemu Viona tadi siang, mengapa gadis itu harus menampakkan wajahnya lagi di sini?
“Ah, siapa nama gadis cantik di sampingmu? Dia terlihat sangat anggun,” tanya Daniel seraya memuji penampilan Viona.
Biasanya Viona merasa senang jika ada seseorang yang memujinya, namun jika pujian itu keluar dari mulut Daniel, kata-kata pujian itu terasa sangat menjijikkan. Meskipun begitu, Viona berusaha untuk tersenyum dan menanggapi pria paruh baya itu dengan ramah.
“Terima kasih atas pujian Anda. Nama saya Viona, kekasih Noah.”
Deg!
Daniel tertegun ketika mendengar nama Viona. Nama itu terdengar tidak asing di telinganya. Nama yang sama seperti gadis kecil yang dia kenal dua belas tahun yang lalu. Namun, gadis kecil yang dia kenal dinyatakan meninggal karena hilang dalam waktu yang sangat lama.
“Viona. Nama yang cantik. Apa kau benar-benar kekasih Noah?” tanya Daniel memastikan kembali.
“Ayah!” sentak Noah. Viona yang tidak ingin ada keributan sontak mencubit lengan Noah sembari menggelengkan kepala.
“Saya tidak peduli meskipun Anda mempercayainya atau tidak, tapi saya benar-benar kekasih Noah dan sangat menyayanginya.”
Daniel mengangkat sebelah alisnya. “Menyayangi? Bukan mencintai?”
Mungkin orang lain tidak memahami Viona. Namun bagi Viona, cinta dan sayang itu adalah sesuatu yang berbeda.
“Bagi saya, cinta hanya ada pada sepasang suami-istri. Saya hanyalah kekasih Noah yang belum tentu menjadi pendamping hidupnya nanti. Meskipun begitu, saya sangat menyukai dan menyayanginya sepenuh hati. Noah adalah pria yang selalu membuat saya jatuh hati setiap kali melihatnya. Dia selalu memerhatikan saya yang hanya gadis biasa ini.”
Ah, betapa lancarnya Viona berbohong. Dia bahkan bisa membuat semua orang bungkam dengan perkataannya.
Noah berdeham kecil dan kemudian merangkul bahu Viona. “Apa Ayah masih meragukan kami? Aku dan Viona saling menyayangi. Jadi ... aku harap Ayah membatalkan pernikahanku dengan Karin dan tidak pernah mengungkitnya lagi.”
“Baiklah,” jawab Daniel pada akhirnya. “Apa kau ingin mengatakan sesuatu, Karin?” tanyanya pada Karin yang belum mengatakan apa-apa sejak kedatangan Viona.
Memang benar jika Karin hanya diam saja sejak tadi, namun dia tidak benar-benar diam. Dia benci melihat wajah Viona dan melampiaskannya pada makanan. Dia mengiris kecil-kecil sepiring steik dan mengunyahnya dengan kasar.
Karin menaruh pisau dan garpu, lalu mengelap mulutnya dengan tisu.
“Jika Noah memang sudah memiliki kekasih, aku tidak akan memaksanya untuk menikah denganku, Paman. Noah berhak bahagia,” jawab Karin.
“Kau memang baik, Karin. Paman harap, kau masih bisa berhubungan baik dengan kami meskipun kau tidak jadi menikah dengan Noah.” Daniel mengalihkan pandangannya kepada Viona. “Viona ... mulai hari ini kau bisa berbicara santai padaku. Berhentilah memakai bahasa formal.”
“Baik, saya– ah tidak!” Viona menggelengkan kepala. “Aku mengerti, Paman.”
Ah, perut Viona terasa digelitiki. Sudah lama sekali dia tidak menyebut Daniel dengan sebutan paman. Dahulu, dia kerap kali menyebut kata itu tatkala Daniel berkunjung ke rumahnya setiap sabtu dan membawa banyak hadiah untuknya.
Setelah dipikir-pikir, Viona tidak tahu alasan sebenarnya Daniel selalu mengunjungi rumahnya setiap seminggu sekali. Sylvia – ibu Viona – berkata kalau Daniel adalah teman dekatnya, namun mengapa seorang teman dekat justru membunuhnya? Sungguh tidak masuk akal!
Druk!
Suara kursi terdorong ke belakang terdengar begitu Karin berdiri secara tiba-tiba. Kedua tangan Karin memegang sisi meja dan wajahnya menunduk.
“Maaf, sepertinya aku tidak bisa berlama-lama di sini. Permisi!” ucap Karin dan berlalu begitu saja.
Karin memang mengatakan kalau dia akan menyerah pada pernikahannya dengan Noah. Namun, itu semua hanya sementara. Dia akan mencari cara agar Noah mau menikahinya meskipun dengan terpaksa!
Setelah kepergian Karin, Viona melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Jarum pendek sudah menunjuk ke angka sembilan, itu artinya sudah satu jam dia berada di rumah Noah.
“Ayah, sepertinya aku juga harus mengantar Viona pulang. Kekasihku ini terlihat sangat lelah,” tutur Noah.
Viona terkejut dengan perkataan Noah. Padahal dia tidak mengatakan apa pun, namun pria itu bisa mengetahui isi hatinya yang ingin segera pulang.
“Baiklah. Cukup antarkan Viona dengan selamat, jangan mampir ke tempat lain!”
“Tentu saja.”
Noah beranjak dari kursinya dan membantu Viona berdiri. Mereka berjalan secara beriringan sembari bergandengan tangan hingga masuk ke dalam mobil. Sejurus kemudian Noah langsung mengemudikan mobilnya dan mengantar Viona pulang.
“Aku akan pergi setelah melihatmu masuk ke dalam rumah,” ucap Noah ketika sudah sampai di depan rumah Viona.
Viona turun dari mobil setelah Noah membukakan pintu untuknya. Dengan berjalan gontai gadis itu meraih pintu gerbang dan hendak membukanya, namun dia mengurungkan niatnya dan berbalik menghadap Noah.
“Aku ingin memastikan sesuatu,” ucap Viona.
Noah mengerutkan dahinya. “Memastikan apa?”
Bukan menjawab, Viona justru meletakkan kedua tangannya di bahu lebar Noah dan menatap mata pria itu. Dia kemudian berjinjit kecil dan memejamkan mata.
Satu detik ... dua detik ... Viona semakin mendekatkan wajahnya dengan Noah hingga bisa merasakan hembusan napas pria itu. Bibir mungilnya kemudian meraih bibir Noah, mengecupnya perlahan-lahan dan dengan lembut.
Seketika, Noah tertegun. Jantungnya berdegup kencang dan wajahnya memanas. Seharusnya dia marah karena seorang gadis tiba-tiba menciumnya tanpa izin, namun entah mengapa Noah justru tidak bisa menolaknya. Dia sudah terjerat pesona Viona yang memabukkan.
Viona menjauhkan wajahnya dan berjalan meninggalkan Noah yang masih tertegun. Dia tersenyum tipis ketika menyadari bahwa jantungnya tidak berdebar kencang meskipun sudah mencium Noah. ‘Syukurlah karena aku tidak jatuh cinta pada Noah,’ batinnya.

Komento sa Aklat (19)

  • avatar
    SafiraYulia

    siip

    21/06

      0
  • avatar
    Abill

    Keren bgt bjirrr

    26/02

      0
  • avatar
    ARDIANSYAHRUDYARDIANSYAH

    sangat cocok digunakan

    14/02

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata