logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Aku Tidak Mau Menikah

Noah memarkirkan mobilnya di halaman depan dan bergegas masuk ke dalam rumah. Di sana, di sofa ruang tengah, seseorang yang disebut tamu penting oleh ayahnya tengah duduk dengan anggun. Meskipun ayahnya menyebut orang itu tamu penting, namun bagi Noah, orang itu sangat menganggu.
“Kau sudah datang?” ucap Daniel yang menyadari kehadiran Noah. “Duduklah!”
Tanpa mengatakan apa pun, Noah duduk di samping seorang gadis yang sedang bertamu tersebut. Gadis itu adalah putri dari kolega ayahnya sekaligus teman masa kecilnya dulu. Gadis manja yang selalu mengikutinya ke mana pun dan mengganggu ketenangannya.
“Noah, kau sudah mengenal Karin sejak lama, bukan?”
Pertanyaan konyol. Tanpa menjawab pun bukankah ayahnya sudah tahu? Namun, Noah tetap mengangguk sebagai jawaban. Karin – gadis di samping Noah – hanya diam mendengarkan, tidak seperti dirinya yang biasanya cerewet.
“Tidak perlu berbelit-belit, katakan saja inti pembicaraan ini!” tegas Noah. Dia tidak berniat meninggikan suaranya kepada ayahnya, namun keberadaan Karin membuatnya naik darah.
Daniel tersenyum. Sifat Noah yang tidak suka berbasa-basi memang sama dengan dirinya. “Ayah berniat menikahkanmu dengan Karin.”
Menikah?!
Bak disambar petir, Noah nyaris tidak bisa berkata-kata. Dia kemudian menoleh pada Karin yang tersenyum tipis. Dari senyuman itu, Noah tahu bahwa semua ini adalah ulah Karin. Gadis itu memang selalu meminta Noah untuk menjadi pasangan menikahnya sejak kecil, tak disangka jika keinginannya saat itu masih berlanjut hingga kini.
“Aku keberatan! Mengapa Ayah tiba-tiba ingin aku menikah dengan Karin?” tolak Noah. Apa pun akan dia lakukan untuk ayahnya dan perusahaan, namun untuk pernikahan, dia akan memilih pasangannya sendiri.
“Bukankah jika kita menikah akan memperkuat RF Group?” Karin tersenyum sembari menyilangkan kakinya. “Perusahaan ayahku ada di urutan nomor dua setelah RF Group. Jika kita menikah, RF Group akan menjadi perusahaan yang tidak terkalahkan.”
Lucu sekali! Tampaknya Karin menggunakan perusahaan sebagai alasan untuk bisa menikahinya. Noah tak habis pikir, dahulu ayahnya pernah menyuruhnya untuk menikah dengan orang yang dicintainya. Namun, mengapa sekarang dia justru terbujuk dengan siasat Karin?
Noah menghela napas panjang dan memijit dahinya. Dia sedang berpikir, bagaimana caranya agar pembicaraan ini selesai dan tidak akan pernah diungkit lagi.
“Ayah ... aku tidak bisa menikah dengan Karin. Aku sudah memiliki kekasih,” dusta Noah. Hanya itu satu-satunya cara yang terlintas di pikirannya yang sedang buntu.
Daniel dan Karin tertegun, tak menyangka dengan jawaban Noah yang menurut mereka mustahil.
Sebagai ayah, Daniel tidak pernah melihat Noah berkencan dengan satu gadis pun. Sedangkan Karin, dia sudah menyingkirkan semua gadis yang mencoba mendekati Noah sejak dulu. Asistennya pun berkata, kalau Noah tidak dekat dengan gadis mana pun. Namun, mengapa Noah mengatakan kalau dia memiliki seorang kekasih?
“Apa kau sedang membohongi Ayah?”
Noah memasang wajah serius. Jika perkataannya kurang meyakinkan maka dia akan membuat ayahnya yakin dan mempercayainya.
“Aku serius, Ayah. Jika Ayah tidak percaya, aku akan memperkenalkannya lain kali.”
“Besok! Bawa kekasihmu ke hadapan Ayah saat makan malam.”
Besok? Tampaknya ayahnya belum mempercayai Noah sebelum melihat buktinya secara langsung. Namun, besok adalah waktu yang terlalu cepat. Bagaimana cara Noah mencari seorang gadis yang bisa diajak bersandiwara dalam waktu sesingkat itu? Ya, Noah benar-benar terjebak dalam permainannya sendiri.
“Baiklah! Aku akan membawanya besok ke hadapan Ayah. Tapi ....” Noah mengalihkan pandangannya pada Karin. “Ayah harus berjanji untuk tidak membahas pernikahanku lagi dengan Karin.”
“Baiklah. Ayah berjanji!”
Noah berdiri dan langsung pergi ke kamarnya. Dia harus berpikir dan mencari cara untuk menemukan seorang gadis untuk diperkenalkan pada ayahnya besok. Bukan gadis sembarangan, gadis itu harus cantik dan memiliki otak yang cerdas.
Sementara itu, Karin yang merasa kesal dengan perkataan dan perlakuan Noah, dengan sopan meminta ijin kepada Daniel untuk pulang. Mendapatkan hati Noah memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Meskipun dia sudah menyingkirnya semua gadis yang menempel pada Noah, pria itu tetap tidak pernah melihatnya.
Karin masuk mobil dan berteriak dengan lantang. Dia menggigit bibirnya, suatu kebiasaan yang dia lakukan saat marah.
“Kau berkata padaku, kalau Noah tidak berkencan dengan siapa pun! Lalu, mengapa dia mengatakan hal yang sebaliknya?!” geram Karin pada asistennya yang sedang menyetir.
“Maaf, Nona. Mungkin ada yang salah dengan penyelidikan saya.”
“Cari tahu siapa wanita itu! Aku akan menyingkirkannya!”
***
Di kamarnya, Noah tengah berbaring di ranjang sembari memejamkan mata. Tidak tidur, dia melakukan itu karena otaknya sedang berpikir keras. Bagaimana caranya menemukan seorang gadis untuk dijadikan kekasih palsunya? Oh, berapa kali pun dia berpikir, otak cerdasnya tidak bisa menemukan jawaban.
Helaan napas keluar dari mulut Noah. Dia mengalihkan kepalanya ke arah samping, ke sebuah sofa panjang yang selalu dia gunakan untuk membaca buku. Netranya kemudian terpaku melihat sebuah buku yang ada di atas sofa. Buku milik seseorang yang beberapa menit lalu dia temui di bar.
“Bar!”
Noah beranjak dari ranjangnya dan bergegas keluar dari kamar. Setelah melihat buku itu, bayang-bayang wajah seorang gadis yang belum dia ketahui namanya muncul seketika. Gadis yang cocok untuk menjadi kekasihnya. Ah, kekasih palsu lebih tepatnya.
Dengan kecepatan tinggi, Noah membawa pergi mobilnya ke sebuah bar yang sebelumnya dia datangi. Dia berharap jika gadis itu masih ada di sana. Namun ...
Terlambat! Tempat duduk gadis itu kosong. Noah mencari keberadaannya ke setiap sudut, namun tampaknya gadis itu sudah pergi sejak tadi.
“Apa ada yang bisa aku bantu, Tuan? Kau terlihat sedang mencari seseorang,” tanya Bartender.
Sial! Mengapa Noah tidak terpikirkan untuk menanyakannya kepada bartender? Mungkin saya bartender itu mengetahui sesuatu tentang gadis itu.
“Apa kau melihat gadis yang duduk di sini sebelumnya? Dia memakai gaun hitam selutut dan rambutnya di urai,” jelas Noah.
“Maksudmu Viona? Dia sudah pergi sejak tadi.”
Viona, nama yang bagus. Baru sekarang Noah mengetahui namanya, itu pun dari mulut orang lain.
“Apa kau memiliki kontaknya? Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengannya.”
Bartender itu tampak berpikir sebentar. Dia terlihat ragu.
“Aku tidak bisa memberikan kontaknya ke sembarang orang. Tapi, aku bisa meneleponnya sekarang agar kau bisa berbicara dengannya.”
Noah mengangguk. Sesuai perkataannya, bartender itu pun menghubungi nomor Viona dan memberikan ponselnya kepada Noah. Tampaknya Viona belum tidur, gadis itu langsung mengangkatnya dalam waktu beberapa detik.
[Halo? Ada apa menelponku?] tanya Viona di seberang telepon. Dia tidak tahu jika yang meneleponnya bukan temannya sang bartender, melainkan Noah.
Noah tampak bergeming sejenak. Padahal tadi dia sangat bersemangat untuk mengajak Viona menjadi kekasih palsunya, namun saat dia diberi kesempatan untuk berbicara, dia menjadi ragu.
“Maaf karena mengganggumu. Namaku Noah. Tadi kita sempat bertemu di bar dan hari sebelumnya kita bertemu di kafe. Ada hal penting yang ingin aku bicarakan denganmu, bisakah kau datang ke RF Group besok? Aku akan menyampaikannya di sana.”
Noah tidak bisa mengatakan hal penting itu melalui telepon. Dia harus mengatakannya secara langsung di hadapan Viona. Namun, apakah Viona akan datang?

Komento sa Aklat (19)

  • avatar
    SafiraYulia

    siip

    21/06

      0
  • avatar
    Abill

    Keren bgt bjirrr

    26/02

      0
  • avatar
    ARDIANSYAHRUDYARDIANSYAH

    sangat cocok digunakan

    14/02

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata