logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Two

Seorang prajurit kerajaan menarik dan mengangkat tubuh Xiao Chen kecil, hingga wajahnya dan wajah Xiao Chen kini sejajar. Mata Xiao Chen terbelalak melihat rupa dari prajurit tersebut.
Prajurit tersebut tidak memiliki wajah layaknya manusia pada umumnya. Dia tidak memiliki mata dan hidung, penampakan wajahnya sangat menyeramkan. Dapat dikatakan jika prajurit kerajaan tersebut mirip prajurit hantu. Tapi mengapa prajurit hantu mematuhi perintah Kaisar Ji Li?
Tiba – tiba sang prajurit mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Xiao Chen kecil. “Rupanya kau dapat melarikan diri. Hebat sekali gadis kecil!” Seringai menyeramkan tampak menghiasi senyum prajurit tersebut.
Tubuh Xiao Chen bergetar hebat. Karena sangat ketakutan Xiao Chen mulai menangis. “Ampuni aku Tuan, aku hanya kebetulan lewat. Tidak ada untungnya bagi Tuan untuk membunuhku. Aku bukan bagian dari penduduk desa ini.”
Prajurit tersebut nampak berpikir cukup lama. “Pergilah dan jangan kembali kemari!” teriak prajurit tersebut. Xiao Chen kecil lantas berlari dengan sekuat tenaga menjauhi padang rumput tersebut dan tidak berani untuk menoleh ke belakang. Xiao Chen terus berlari sambil sesekali menyeka air matanya.
Rupanya Xiao Chen kecil menjerit kencang dalam tidurnya beberapa saat yang lalu. Tiba – tiba sebuah tangan berusaha untuk membangunkannya. “Gadis kecil bangunlah ... ayo bangunlah. Hari sudah menjelang pagi?” Seorang wanita tua dengan penampilan yang cukup sederhana mencoba untuk membangunkan Xiao Chen. Suaranya sangat lembut dan begitu menenangkan hati.
Xiao Chen mulai membuka matanya, sayup – sayup tampaklah di hadapannya seorang wanita tua yang sedang berlutut. Mata Xiao Chen langsung terbelalak dan dia langsung bangkit dari tidurnya dan bergerak mundur ke arah belakang. ‘Bukankah aku hanya sendirian di dalam gubuk tua ini? Mengapa wanita tua ini muncul di sini? Apa yang sebenarnya terjadi?’ batinnya.
“Jangan takut gadis kecil. Sebenarnya aku hanya numpang lewat daerah sini tadi malam. Karena hari sudah terlalu larut, maka aku beristirahat di gubuk ini. Kulihat kau sedang tertidur lelap, maka aku pun ikut beristirahat di sampingmu.” Wanita tua itu memperkenalkan dirinya. Dia menyebut dirinya dengan sebutan Nyonya Song, lalu Xiao Chen berinisiatif memanggilnya dengan sebutan Ibu Song.
Lantas Ibu Song beranjak berdiri dan membereskan barang bawaannya. “Mengapa kau sendirian di dalam gubuk ini gadis kecil?” Xiao Chen menundukkan kepala dan air mata mulai menetes membasahi pakaiannya. Dengan suara tersendat – sendat Xiao Chen berusaha menjelaskan padanya semua yang telah terjadi pada keluarganya dan seluruh penduduk desa. Ibu Song mendengarkan dengan seksama.
“Gadis kecil, maukah kau ikut denganku? Aku pun hanya sebatang kara. Aku tinggal di ibukota. Jika kau bersedia, kau bisa ikut denganku. Kita dapat saling menjaga.” Xiao Chen kecil berpikir sejenak. Kelihatannya Ibu Song bukanlah wanita yang jahat, jika dia memang berniat tidak baik, seharusnya semalam dia sudah melakukan sesuatu pada Xiao Chen.
“Baik Ibu Song, aku bersedia ikut denganmu. Namun sebelumnya, aku ingin kembali ke desa untuk mengubur jenazah Ayah dan Ibuku terlebih dahulu.” Ibu Song setuju dengan permintaan Xiao Chen. Dengan mengendarai kereta kuda milik Ibu Song, mereka berdua kembali ke desa tempat Xiao Chen pernah tinggal.
Dari kejauhan Xiao Chen dapat melihat penampakan desanya. Hanya tinggal beberapa meter lagi mereka akan memasuki gerbang desa. Bau amis darah tercium sangat menyengat.
Hati Xiao Chen berdegup kencang. Xiao Chen berharap agar mimpinya semalam tidak terjadi, namun jika melihat keadaan di dalam desanya, besar kemungkinan mimpi Xiao Chen semalam akan terbukti kebenarannya.
Xiao Chen dan Ibu Song turun di gerbang desa. Kereta kuda yang mereka naiki ditinggal di depan gerbang desa. Mereka mulai melangkah masuk menuju ke bagian dalam desa.
Tampaklah pemandangan yang sangat mengerikan terpampang di hadapan wajah Xiao Chen dan Ibu Song. Genangan darah membanjiri seluruh desa, mayat para penduduk desa bergelimpangan baik itu tua, muda maupun anak – anak dengan kondisi yang sangat mengenaskan.
Ibu Song tidak kuat melihat keadaan tersebut, rasa mual menghampirinya, lalu Ibu Song berlari ke pinggir desa dan mulai muntah.
Xiao Chen kecil masih tetap bertahan dan terus berjalan mencari keberadaan jenazah Ayah dan Ibunya. Xiao Chen melayangkan pandang ke sekelilingnya namun tidak tampak tubuh dari kedua orang tuanya.
Pikiran Xiao Chen kecil semakin bingung, apakah mimpi semalam akan benar – benar menjadi nyata. Jika mimpinya semalam benar menjadi nyata, maka semalam dia tidaklah bermimpi melainkan mendapatkan penglihatan.
Xiao Chen kecil terus berjalan ke arah yang semakin jauh dari gerbang desa. Dia meninggalkan Ibu Song yang sedang beristirahat di pinggir desa.
Tidak berapa lama akhirnya Xiao Chen sampai di sebuah padang rumput, tepat persis seperti yang ada di mimpinya semalam. Lantas Xiao Chen segera berlari ke tengah padang rumput dan ternyata benar disana telah tergeletak sepasang tubuh wanita dan laki – laki memakai pakaian yang sama seperti yang Ayah dan Ibu Xiao Chen pakai.
Xiao Chen benar – benar ketakutan saat ini. Dia tidak ingin semua yang ada dalam mimpinya menjadi kenyataan. Perlahan – lahan Xiao Chen menjulurkan tangannya dan menyentuh salah satu dari sepasang tubuh tersebut dan mulai membalikkan tubuh tersebut ke arahnya.
Xiao Chen terperanjat, matanya terbelalak dan mulutnya menganga melihat Ayah dan Ibunya telah terbujur kaku dan dingin.
Air mata membasahi pipi Xiao Chen. Ternyata semuanya bukanlah mimpi. Ini penglihatan. Jika ini benar sebuah penglihatan, maka sekarang Xiao Chen harus bergegas sembunyi karena pasukan hantu akan segera datang menghampirinya.
Lalu Xiao Chen memberi hormat kepada kedua orang tuanya untuk yang terakhir kalinya dan beranjak berdiri mencari tempat untuk bersembunyi. Akhirnya Xiao Chen bersembunyi dibawah semak – semak yang berdaun sangat lebat, sehingga para pasukan kerajaan tersebut tidak dapat melihatnya.
Dan benar saja, tidak lama kemudian datanglah segerombol pasukan kerajaan memeriksa setiap sudut dari desa tersebut untuk memastikan tidak ada saksi mata yang hidup.
Napas Xia Chen tercekat mendengar semua pembicaraan pasukan kerajaan tersebut. Tubuh Xiao Chen gemetaran. Dia sangat ketakutan. Dia mengawasi dengan seksama setiap pergerakan dari pasukan kerajaan tersebut.
Tidak lama kemudian setelah Xiao Chen merasa bahwa keadaan cukup aman dan pasukan kerajaan telah pergi dari desanya, Xiao Chen beranjak keluar dari semak – semak tempat dia bersembunyi dan berjalan menuju ke tengah padang rumput. Namun tiba – tiba sebuah suara menahannya untuk pergi.
“Xiao Chen kecil ... Xiao Chen kecil ... akhirnya aku menemukanmu.“
Xiao Chen terperanjat mendengar seseorang memanggil namanya, lalu dia mencari asal suara tersebut dengan memandang ke sekelilingnya. Namun keadaan di sekitar Xiao Chen sangat sepi, akan tetapi sekilas nampaklah sebuah bayangan hitam yang melesat dari satu pohon ke pohon yang lainnya ....
Bayangan siapakah itu?

Komento sa Aklat (71)

  • avatar
    RidwanDeden

    good novel

    09/08

      0
  • avatar
    TonoIvan

    Ok 👍

    18/06

      0
  • avatar
    SafitriPresilia

    goodd

    06/02/2023

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata