logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Kepergian Aulia

“Kak maaf ya kita putus.”
“Apa salahku Aulia, kenapa kamu tiba-tiba memutuskan hubungan kita?” Dzaki tidak terima dengan keputusan Aulia.
“Kita salah kak, tak ada pacaran yang Islami. Ingatlah semua hal yang kita lakukan adalah dosa. Haram hukumnya seorang wanita bersentuhan dengan laki-laki yang bukan mahromnya. Jika kakak benar-benar mencintaiku tentu kakak tidak mau bukan jika aku masuk neraka karena kakak?,”
“Biar aku yang menanggung semua dosanya Aulia, aku benar-benar tidak bisa hidup tanpamu,”
Bagi Dzaki mendapatkan Aulia adalah sebuah anugrah, ia tidak rela kehilangan wanita sebaik dan sesoleha Aulia. Jika ia putus dengan Aulia akan ada kesempatan bagi laki-laki lain untuk mendapatkan gadis itu. Gadis seperti sosok Aulia yang masih terjaga masa remajanya sangat sulit untuk didapatkan.
“Dosa kita akan kita tanggung masing-masing kak, aku mohon dengan sangat, kita akhiri hubungan ini demi mendapat ridho Ilahi. Cobalah kak dekatkan dirimu pada sang Pencipta agar hatimu tenang, dan jika kita berjodoh agar kita dipersatukan dalam ikatan yang suci.”
“Aulia aku benar-benar sangat mencintaimu, aku tidak pernah berniat meninggalkanmu. Setelah selesai SMA aku berencana kerja agar dapat membantu biaya kuliahmu dan setelah cita-citamu tercapai aku akan melamarmu,”
“Itu rencana kakak, yakinlah kak rencana Allah itu lebih indah, keputusanku sudah bulat. Kakak juga sudah mau lulus, kejarlah cita-cita kakak dan terus perbaiki iman, semoga kakak mendapatkan yang lebih baik dariku.”
“Tidak Aulia, aku tidak bisa hidup tanpamu.”
Aulia pun pergi meninggalkan Dzaki yang masih tidak terima dengan keputusannya.
Setelah kejadian itu, Dzaki terus bertingkah, bolos, merokok, cabut, tidak mengerjakan tugas bahkan balapan liar pun ia lakukan. Pada akhirnya Dzaki kecelakaan, meskipun kecelakaannya tidak terlalu parah namun berhasil membuat seluruh sekolah gempar dan langsung menyalahkan Aulia.
“Kamu sih Aulia sok alim, padahal kamu itu dzalim. Lihat gara-gara kamu Dzaki sampai kecelakaan,” ucap salah satu teman sekelas Dzaki.
Aulia bingung, Dzaki yang tidak bersikap dewasa tapi malah dirinya yang dipersalahkan. Selain itu, Aulia mencoba untuk menjadi muslimah seutuhnya, apa salahnya jika ingin dekat dengan Rabbnya?. Tapi inilah hidup, meski kita mencoba untuk hidup lebih baik, untuk memperbaiki diri, akan ada orang yang menilai kita salah atau mencari-cari kesalahan kita, dan itulah yang dirasakan Aulia sekarang.
Saat Dzaki sudah sembuh ia menemui Aulia dan mencoba meraih simpati gadis itu lagi.
“Aulia, aku mohon jangan akhiri hubungan kita, aku sangat mencintaimu, aku tidak bisa hidup tanpamu,” ucap Dzakir berharap agar gadis itu luluh kembali padanya.
Aulia memandang Dzaki dengan tatapan amarahnya.
“Aku tidak akan mengulangi kesalahanku untuk kedua kalinya kak, aku tidak akan lebih mementingkanmu daripada Rabbku, jika kamu memang ingin bersamaku, pantaskan dirimu dihadapan-Nya. Berhentilah bertingkah, perbaiki dirimu, akan ku tunggu lamaranmu bila kamu memang jodohku.”
Setelah mengatakan hal itu, Aulia pun pergi meninggalkan Dzaki. Aulia berharap Dzaki akan berubah, memperbaiki dirinya agar semakin dekat dengan sang Pencipta.
Namun, bukannya berubah, Dzaki malah semakin berulah. Ia gonta ganti pasangan, seolah menunjukkan bahwa Aulia bukanlah satu-satunya gadis di dunia ini.
“Lihatlah Aulia, bahkan gadis yang lebih cantik darimu dengan mudah bisa ku dapatkan,” ucap Dzaki dengan sombong ketika bertemu dengan Aulia.
“Apa kakak tidak malu, dengan bangga kakak memperlihatkan dosa-dosa kakak. Aku yakin suatu hari kakak akan sadar, bahwa mencintai sang Pencipta itu lebih indah dari mencintai apapun di dunia ini
Karena amarah Dzaki menghancurkan semua barang-barangnya yang berhubungan dengan Aulia, termasuk hanphone pemberian ibunya. Dzaki telah lulus SMA, dengan amarah ia berusaha melupakan Aulia.
Hari-hari yang dilalui Dzaki pun semakin tak bermakna, ia tetap melakukan kebiasaan-kebiasaan buruknya. Hati Dzaki semakin tak tenang, namun bayang-bayang Aulia pun tak pernah luput dari ingatannya.
Dzaki pulang kampung dan tak berniat untuk melanjutkan pendidikannya.
“Jadi kamu tidak mau kuliah lagi?,” ucap pak Ahmad.
“Gak pak, Dzaki capek belajar terus.”
“Capek atau gara-gara gak bisa fokus karena mikirin mbak Aulia?,” ejek Amanda. Ya Amda dan Dzaki sangat dekat jadi semua masalah pribadi Dzaki selalu ia ceritakan pada adiknya itu.
“Jadi gara-gara perempuan?,” goda pak Ahmad pada putranya.
“Iya pak, kata bang Dzaki mereka putus karena kak Aulia tidak mau pacaran, dari cerita bang Dzaki Amanda yakin kalau mbak Aulia itu gadis yang soleha dan baik. Bang Dzakinya saja yang salah, bukannya memperbaiki diri untuk mendapatkan mbak Aulia, eh malah sebaliknya. Ya mbak Aulianya makin jauh deh. ”
Dzaki hanya menunduduk karena malu pada ayahnya.
“Jika kamu memang mencintai gadis itu, kejarlah impianmu, pantaskan dirimu untuknya. Tidak ada wanita yang menginginkan laki-laki gagal dan pendosa menjadi teman hidupnya.” Ucap pak Ahmad memberikan semangat untuk putranya.
“Keluarga kita sangat berharap, agar kamu sukses dan dapat mengangkat derajat keluarga. Jika bukan untuk gadis itu tidakkah kamu ingin membahagiakan keluargamu?, apakah hanya gadis itu tujuanmu satu-satunya di dunia ini?.”
“Kamu masih muda nak, jika kamu berhasil dan mengubah dirimu menjadi lebih baik lagi, maka akan ada gadis baik yang Allah sediakan untukmu, ingat perempuan baik akan mendapatkan laki-laki baik dan begitupun sebaliknya. Jadikanlah ini cambuk untuk memperbaiki diri.”
“Amanda juga setuju dengan bapak, bukannya bang Dzaki bilang mbak Aulia semakin menjauh setelah mengetahui sifat buruk abang?, Aulia wanita baik tentu ia menginginkan laki-laki yang baik menjadi pasangan hidupnya,” ucap Amanda menambahi perkataan bapaknya.
Perkataan pak Ahmad dan adiknya Amanda benar-benar menyentuh hati Dzaki, kini ia bertekad untuk melanjutkan kuliahnya lagi dan meraih cita-citanya menjadi seorang pendidik.
“Aku akan memperbaiki diri, demi keluargaku dan kamu Aulia. Setelah impianku tercapai aku akan mencari dan melamarmu.” Batin Dzaki.
Semenjak saat itu Dzaki berubah, ia belajar dengan giat. Berbagai beasiswa pun ia dapatkan sehingga ia memperoleh gelar S1 nya tanpa hambatan. Selain itu juga ia memperbaiki ibadahnya, mengikuti beberapa kajian Islami dan membimbing para remaja agar tidak terjerat pergaulan bebas.
Meski banyak aktifitas yang dilakukannya, namun ingatannya tetap pada Aulia. Ternyata apa yang dikatakan gadis itu benar bahwa mendekatkan diri kepada sang pencipta adalah jalan keluar dari segala masalah.
Dengan melihat hasil bimbingannya terhadap perubahan tingkah laku remaja, Dzaki merasa bahagia dan ia selalu berharap bahwa Aulia akan ada di sampingnya, membantu dan membimbingnya untuk membina generasi Islami. Generasi yang sadar dan menjalankan ajaran-ajaran Islam.
Namun Dzaki tidak menemukan keberadaan Aulia, informasi tentang Aulia seperti hilang ditelan bumi. Dzaki sudah mencoba mencari di dunia nyata dan media sosial, namun nihil, ia tidak menemukan keberadaan gadis itu. Hingga akhirnya Dzaki memutuskan pulang kampung dan membimbing para remaja di kampungnya.
===

Komento sa Aklat (150)

  • avatar
    hahamganteng

    mantap

    6d

      0
  • avatar
    Devi Framsisca

    👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼

    16d

      0
  • avatar
    Ata

    bagus

    20d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata