logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

File 6 : Wanara Memanggil

Aku, Irana dan penduduk disini membantu dalam memakamkan Max sekaligus membereskan rumah Artemis. Eleanor dan Atla sementara waktu aku titipkan di rumah Ketua Desa. Setelah itu, aku sibuk bersama Irana terus mengawasi bagaimana kondisi Serenada di rumah sakit. Sampai akhirnya dokter menghampiri kami berdua.
"Tuan Dova, saya tidak begitu yakin dengan kondisi Nyonya Serenada."
"Jangan katakan begitu, dokter! Sebenarnya apa yang terjadi dengannya? Tolong jawab!"
Dokter itu melepas kacamatanya sambil menggeleng pelan. Jangan katakan istri sahabatku itu tak bisa lagi diselamatkan. Semua peralatan medis sudah canggih, apa tidak ada yang mampu menangani kondisi Serenada saat ini?
"Ini aneh, kami selaku tim dokter sudah berusaha mencari apa penyebab Nyonya Serenada tak sadarkan diri. Kami malah menemukan satu zat baru dalam darahnya."
"Apa itu semacam racun?"
"Ya, bisa jadi. Dunia medis belum mengenal ini sebelumnya. Setidaknya kami harus meneliti ini dulu...."
"Itu terlalu lama, dokter! Apa tidak ada yang bisa membuatnya sadar dulu?"
Hanya gelengan kepala yang diberikannya padaku, lalu tepukan dipundakku. Badan dokter itu sedikit dicondongkan sambil berbisik :
"Penelitian ini lama, pasien akan berada dalam kondisi tertidur seperti itu terus. Tapi bisa bertahan asal berada dalam tabung Kriogenik."
Astaga! Aku tak mampu melakukan itu! Andai Artemis bisa ada lagi disini, lalu melihat istrinya sudah aku bekukan dalam tabung itu jelas dia akan marah. Belum lagi kondisi psikologis Atla dan Eleanor melihat ibunya terkurung dalam benda itu.
"Anda adalah seorang penemu, Tuan Dova. Saya yakin sekelas tabung Kriogenik mampu untuk dibuat oleh anda."
"Ya, tapi saya tidak tega melakukan itu."
Kulihat Irana terus duduk disebelah Serenada yang telah terpasang alat bantu medis lengkap. Tatapannya lekat ke arah istri Artemis itu. Aku tak tahu lagi dan hanya mampu menghela napas panjang. Saat dokter itu tak lagi berkata apapun, aku berjalan mendekati Irana.
"Aku akan berusaha apapun untuk Serenada."
"Memangnya apa kata dokter tadi?"
Sedikitnya aku tersentak, rupanya Irana tak mendengar perkataanku dengan dokter tadi. Kujelaskan lagi inti dari obrolanku dengan dokter yang menangani Serenada. Raut wajah Irana makin sedih mendengarnya.
"Ah, bagaimanapun juga dia sudah seperti keluarga bagiku."
"Ya, aku tahu itu. Saran dokter satu-satunya hanya memasukkannya ke tabung Kriogenik sampai mendapatkan solusinya."
"Paman Dexta bisa membuatnya bersamamu bukan?"
Aku mengangguk pada Irana. Memang nantinya aku akan meminta bantuan pada Dexta. Namun sebelum itu, aku ingin tahu melalui kamera CCTV sebenarnya apa yang terjadi pada Serenada hingga membuatnya seperti ini.
***
"Aku meminta bantuan orang lain termasuk pihak keamanan Nuuswantaara untuk memeriksa rekaman CCTV-nya."
"Apa anda diijinkan untuk menyimpan filenya, Ketua Desa?"
"Ya, aku akan putarkan untukmu disini."
Demi keamanan, kami menonton rekaman CCTV itu di ruang kerja Ketua Desa. Kami semua tak mau Eleanor maupun Atla tak sengaja menonton ini. Jelas itu akan membekas pada ingatan mereka.
Aku tak bisa menyertakan file CCTV itu disini. Lebih baik aku ceritakan saja pada kalian. Setiap menitnya kuperhatikan bersama Irana, semuanya masih nampak normal. Serenada juga sedang di dapur. Tiba-tiba masuk dua orang tak dikenal.
"Dova, apa dua orang itu yang dimaksud Max?"
"Ryuzen dan Vhina maksudmu?"
Sempat sedikitnya mereka berdebat sebelum akhirnya Serenada melawan mereka berdua. Kulihat kemampuan Serenada dalam menggunakan ilmu Anoman Puteh itu. Sejujurnya kekuatan dia imbang, berulang kali Ryuzen terpukul mundur.
"Sebentar, kurasa ini penyebab Serenada tak sadarkan diri."
Dalam sengitnya pertarungan itu, perempuan berbaju hitam tiba-tiba maju dengan cepat. Entah gerakan apa yang dilakukannya hingga membuat tubuh Serenada kaku tak bisa digerakkan sama sekali. Barulah ia sepertinya menyuntikkan sesuatu pada istri Artemis itu.
"Ya, aku mulai paham sekarang!"
"Perempuan berbaju hitam itu kurasa bukan orang biasa! Dia mampu melakukan totokan khusus agar tubuh manusia kaku."
"Apa ada ilmunya untuk membuat tubuh manusia menjadi kaku, Irana? Tapi tadi sepertinya Serenada masih bisa berbicara. Hanya badannya saja yang tak bisa digerakkan."
Irana menjelaskan padaku bahwa dalam dunia silat memang ada gerakan semacam itu. Totokan itu tidak dilakukan sembarangan, namun berdasarkan titik-titik syaraf tertentu sehingga mampu menghentikan pergerakan manusia. Astaga! Aku baru tahu soal itu.
"Wanara pernah cerita, tapi aku memang tak mau mempelajarinya."
"Maaf, Irana. Soal Wanara tadi dia memberiku pesan untuk kalian berdua."
Ketua Desa memotong pembicaraan kami berdua. Katanya aku dan Irana harus segera ke Hutan AlasRo. Ada hal penting yang ingin disampaikan. Aku dan Irana saling menatap kemudian kami berdua mengangguk. Sekarang juga kami akan kesana!
***
"Uu...aa...uu...aaa!"
Suara monyet yang saling bersahutan menjadi ciri khas kalau Wanara sudah hadir dihadapan kami. Ia kini nampak menua meski sikap konyolnya yang seperti hewan bernama monyet itu tetap melekat padanya.
"Ihihi...Dova dan Irana. Sudah lama aku tak bertemu kalian."
"Ketua Desa menyampaikan pesan darimu kalau kami harus kemari."
"Ya, kita harus bicarakan ini. Santai saja dulu, nah aku punya rokok kretek ini. Ambillah, Dova!"
Aku mengambil tiga batang rokok yang disodorkan oleh guru Irana itu, lalu menyalakannya. Maaf, sekarang aku memang terbiasa merokok untuk mengurangi rasa sakit di kepalaku akibat pemasangan mata siberkinetik.
"Dova! Kau ini sudah kubilang jangan merokok. Guru juga, kenapa memberi dia...."
"Aah! Memangnya kau ini siapa ku, Irana! Selalu saja melarang untuk merokok."
Rokok kretek itu kuhisap dalam dan asapnya mengepul banyak saat kuhembuskan. Setidaknya itu membuat Irana tak nyaman hingga mengibaskan satu tangannya agar asapnya menjauh dari wajahnya. Ah, ya Irana sekarang memanggil Wanara dengan sebutan "Guru" sebagai bentuk penghormatan saja. Meski ketika mengobrol denganku, dia akan menyebut namanya saja.
"Aku mendapat kabar dari sahabatku si Z itu. Kalian harus kesana setelah urusan disini selesai. Ihihi... apa yang kukatakan dulu padamu, Dova. Sekarang semuanya akan terjadi."
"Ya, ada banyak yang harus kuselesaikan disini. Jadi, kami nanti harus menemui Kakek Z di X-Marank City?"
"Persiapkan segalanya dengan baik, Dova! Irana, kau bawa kedua anak Artemis kemari. Aku akan menurunkan ilmu Anoman Puteh pada Eleanor."
"Bukankah Guru sudah mengajarinya selama ini?"
"Ya, tapi ilmu itu belum kuberikan seutuhnya. Aku memang menunggu saat yang tepat. Eleanor bisa menerima dengan sempurna karena dia berhasil menjalani semua ritual yang kuberikan. Ingat ya, termasuk Atla!"
"Aah! Anak itu lembut seperti Artemis. Mana mau dia belajar ilmu beladiri seperti adiknya?"
Wanara hanya mengeluarkan tawa khasnya sambil menggaruk rambutnya. Urusan itu biar dia saja yang menanganinya. Itu sih kata dia! Ya, baiklah semoga saja dia bisa membuat Atla mau belajar ilmu beladiri seperti ayahnya.
"Sebenarnya aku ingin menekankan pengendalian kekuatan EARTHSEED miliknya. Bukan semata melatihnya agar bisa beladiri."
"Rupanya kau sudah tahu kekuatan EARTHSEED Atla telah bangkit, Wanara?"
"Ihihihi... aku hidup di Hutan AlasRo ini puluhan tahun lamanya. Masa' tanda-tanda alam saat kekuatan EARTHSEED seseorang bangkit aku tak tahu?"
"Alam akan memberikan tandanya ya saat kekuatan EARTHSEED kami bangkit."
"Itu benar muridku yang cantik. Nah, mulai besok mereka berdua sudah harus ada disini. Aku tunggu ihihihi...!"
Suara monyet saling bersahutan diikuti hilangnya Wanara entah kemana. Akhirnya aku dan Irana kembali ke desa tempat tinggal kami lagi.

Komento sa Aklat (226)

  • avatar
    O Ye Soes

    simpan.. baca nanti yg lin blim kelar bacanya

    5d

      0
  • avatar
    RamadaniIzza

    kisah moderen dan bagus👍

    10d

      0
  • avatar
    AyundaNovita

    Cerita ny sangat menarik sekali

    11d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata