logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Tsunami

Waktu berjalan, tak ada satu makhluk pun bisa menghentikannya. Begitu pun cintaku dan Azwar, tiada detik yang terlewatkan tanpa namanya terukir indah di sanubari.
Pada suatu ketika kami sedang makan bersama, sempat kutanyakan sesuatu yang mengganjal pikiranku sejak lamaran kejutannya tujuh bulan lalu. "Bagaimana dengan pacar Abang yang kemarin Abang bawa ke pantai itu?"
"Sudahlah Alia, tidak perlu lagi membahas masa lalu. Abang sama dia sudah selesai. 'Kan sudah Abang katakan tidak ada yang disetujui Mamak selain kamu, Alia," jawabnya tegas sambil menyunggingkan senyum khasnya yang menggoda.
"Sekarang saatnya kita memikirkan masa depan. Menyelesaikan skripsi kita berdua dan menikah," ucap Azwar lagi sambil menggenggam tanganku meyakinkan.
Kuanggukkan kepala saja. Azwar benar, untuk apa membahas masa lalu. Masa depan kami jauh lebih penting untuk direncanakan dan disiapkan bersama.
"Jadi, kita selesaikan skripsi siapa duluan ini?" tanyaku tersenyum bahagia.
"Skripsi Abang dulu, ya?! Kemampuan akademik Alia 'kan jauh di atas kemampuan Abang, jadi buat Alia menyelesaikan skripsi bukanlah perkara rumit. Sedangkan Abang pasti akan sulit menyelesaikannya tanpa bantuanmu, Alia." Argumen Azwar penuh harap.
Lagi, kuanggukkan kepala tanda setuju. "Ya sudah, setelah makan ini kita ke pustaka, ya! Setelah dapat bahan-bahan di pustaka, nanti baru kita cari bahan pelengkapnya di warung Internet," uraiku menjelaskan.
Azwar mengangguk bersemangat. Tak apalah, fokus ke skripsi dia saja dulu. Mungkin nanti kami bisa langsung menikah begitu skripsi Azwar selesai. Sedangkan skripsiku bisa nanti-nanti saja setelah Azwar atau pun setelah menikah.
***
"Alia, ini!" Azwar menyodorkan sebuah buku bersampul putih ke arahku yang sedang menelaah rak demi rak buku dengan tag nama 'hukum'.
Tawaku berderai setelah melihat buku yang disodorkan Azwar. "Sstt, jangan berisik Alia, ini pustaka," ujarnya sambil meletakkan jari telunjuk di atas bibir menyuruhku diam.
"Kamu sih, ada-ada saja. Untuk apa buku 'Pola Asuh Anak Dalam Islam' ini?" Kudelikkan mata ke arahnya.
Akhirnya ia pun ikut tergelak yang sukses mengundang banyak pasang mata menatap kami. Setengahnya kesal, setengahnya lagi ingin tahu mengapa kami tertawa, mungkin.
"Oh ya Alia, besok 'kan hari Minggu. Aku ada jadwal bimbingan ke rumah Dosen pembimbing," Kata Azwar saat kami hendak berpisah menaiki angkot yang berbeda.
"Jam berapa? Boleh aku ikut?"
Besok hari Minggu, aku juga tidak ada acara lain, sepertinya menyenangkan jika ikut Azwar ke rumah dosennya.
Terlihat Azwar berpikir sebentar. "Boleh, Jam delapan pagi. Aku tunggu di halte arah menuju ke rumah dosenku itu, ya!" jawabnya sebelum dia berlari mengejar angkutan menuju ke rumahnya.
Aku mengangguk tersenyum senang karena dibolehkan ikut, sambil melambaikan tangan ke arah Azwar yang telah menghilang di dalam angkot.
***
"Lari Alia ... Lari!" Ibu berteriak menarik tanganku sesaat setelah gempa yang sangat kencang.
"Ada apa, Bu? Apa ada bagian dari rumah kita yang runtuh?" tanyaku seraya ingin kembali masuk ke dalam rumah. Karena tadi saat gempa, kami semua keluar berkumpul di halaman.
"Jangan masuk lagi!" Kakak lelaki ketigaku mencekal pergelangan tangan dan menyeretku berlari. Sebelum sempat aku bertanya dan mencerna ada apa sebenarnya, gerombolan orang berlarian sambil berteriak mengabarkan air laut naik bermunculan setelah suara dentuman yang tadinya kupikir suara kontak senjata terdengar.
Gelombang manusia yang kacau, gelombang air berwarna pekat kecoklatan seperti mengejar. Suasana berubah mencekam. Isak tangis, teriakan nyaring dan raung ratapan memenuhi gendang telinga, bagaikan musik latar yang begitu menyayat.
Masing-masing orang berlomba menyelamatkan diri sendiri. Di depan mata aku melihat seorang ibu berpisah dengan anaknya tanpa sempat ia berkedip apalagi menolong. Longlongan kepedihan ditingkahi deruman mesin motor dan mobil berdesakan merambat ke indera pendengaran. Tidak ada lagi saling peduli, kiamatkah ini? Aku pun sama, terus berlari bersama orang-orang yang entah siapa menuju arah yang mereka tuju entah ke mana.
Di saat aku berlari gamang di ambang kesadaran yang kian menipis, aku melihat kakak-kakakku meraih tanganku dan menggenggamnya.
Menjelang sore, setelah kiamat kecil itu, Alhamdulillah kami selamat semua dan berkumpul di rumah kerabat yang tidak berdampak terlalu parah akibat terjangan gempa dan gelombang pasang laut tersebut yang kemudian kuketahui bernama tsunami dari obrolan sesama pengungsi.
***
Dua minggu sudah aku berada di rumah kakak lelaki pertamaku yang menikah di kota yang berbeda. Setelah malam penuh darah dan air mata di mana-mana itu, kakak tertuaku ini menjemput kami semua dan membawa ke rumahnya yang berjarak tiga jam perjalanan dari kota kami.
"Dek, Sudah dapat kabar dari Azwar?" Pertanyaan kakak perempuanku membuyarkan lamunan. Seperti bisa membaca pikiranku, pertanyaan tersebut tepat mengenai jantung, karena aku pun memang sedang memikirkannya. Tidak ada satu detik pun terlewatkan tanpa memikirkan Azwar yang tidak kuketahui keadaan dan keberadaannya.
Aku menggeleng menjawab pertanyaan kakakku itu. Kembali kupalingkan wajah ke arah jalanan lenggang di luar sana. Membayangkan Azwar datang sambil berlari ke arahku yang sedang menunggunya di sini.
Rumah Azwar, lebih tepatnya perkampungan tempat Azwar tinggal benar-benar sangat dekat dengan bibir pantai. Rumahku saja yang tidak sedekat rumahnya dengan pantai, cukup parah dihantam gelombang laut bernama tsunami tersebut. Apatah lagi rumah Azwar.
Mengingat itu semua, kembali air mata meluruh. Inikah akhir dari kisahku bersamanya? Lelaki yang telah berjanji akan hidup bersama hingga enam ratus tahun ke depan.
Tidak ada satu kabar pun yang bisa kujadikan alasan untuk sedikit menaruh harapan akan Azwar. Ribuan mayat bergelimpangan, dan hampir semua orang yang kudengar mengatakan bahwa daerah terparah adalah wilayah tempat tinggal Azwar.
Allah, jika memang kami berjodoh. Pertemukanlah, meski bukan di dunia ini lagi ...

Komento sa Aklat (782)

  • avatar
    Mohd AmirAhda Suhada bt Mohd amir

    I so like the story

    1d

      0
  • avatar
    TatiHartati

    bagus

    3d

      0
  • avatar
    Naufal

    semoga dapat

    5d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata