logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Stay With Me

Stay With Me

Hestia Beng


Bab 1

Seorang cowok dengan wajah-wajah khas Asia Timur itu berjalan dengan santai di koridor jurusan bahasa. Sesekali ia bersenandung sambil mendengarkan lagu di earphone-nya, berhasil membuat dunianya sendiri.
Kulitnya putih, matanya sipit-sipit manja. Nadhif, anak kelas XI Bahasa 2 yang terpilih menjadi ketua kelas karena wajah gantengnya. Padahal kerjaannya setiap malam adalah duduk di depan komputer dan bermain game online. Tapi setiap ada ujian ia inshaf dan belajar sampai larut. Karena itu nilainya tidak seanjlok Ryan. Tapi selesai ujian, dia khilaf lagi.
"Pagi, Dif." Cewek bermata gelap muncul di depan kelas XI Bahasa 2, tersenyum memamerkan deretan giginya. Rambutnya hitam lurus, kulitnya bersih, dan matanya seolah berkilau terkena cahaya lampu. Ia sama sekali tidak menggunakan make up ataupun aksesoris. Meski begitu, kecantikannya seolah seperti kabut di pagi hari yang menyegarkan. "Udah ngerjain PR Antropologi?" tanyanya.
Nadhif melepaskan sebelah earphone-nya, sebelah tangannya lagi memegang tali ransel. "Belumlah, 'kan semalem gue tanding game online." jawabnya sambil menggedikan bahu.
Cengiran cewek itu semakin lebar, ia menyodorkan buku tulis bersampul cokelat pada Nadhif. "Nih, gue kasih contekan lagi."
Nadhif menerimanya dengan senang hati seraya berjalan menuju bangkunya. "Lo gak punya tujuan sekolah, ya, Key? Tapi bodo amat, deh, yang penting gue dapet contekan terus."
Keyla hanya memiringkan kepalanya. "Lagian 'kan kalo ulangan, lo gak nyontek dan nilai lo lumayan bagus. Jadi gapapalah."
"Lo udah sarapan belum? Gue beliin mau gak?" Keyla bertanya lagi dan diangguki oleh Nadhif. Cewek itupun melenggang pergi ke kantin.
Keyla, wakil ketua kelas XI Bahasa 2. Kenapa wakil? Karena ketua kelasnya adalah Nadhif sendiri. Teman setia Nadhif sejak kelas sepuluh. Dan berharap pangkatnya naik dari teman jadi gebetan, dari gebetan jadi pacar, dari pacar jadi istri, ya, bukan jadi mantan.
Nadhif masih mendengarkan musik sambil menyalin soal latihan Key.
Sepuluh menit berikutnya, pintu kelas diketuk, disusul suara Key yang ceria. "Gue kembali! Kangen, gak?" Kepala Keyla muncul dari balik pintu, ia berjalan menghampiri Nadhif sambil menenteng kantung plastik bening.
Namun cowok yang diajak bicara hanya melirik sekilas. "Gak kangen, tapi gue mau rotinya."
"Giliran roti diambil." Key mencibir sambil memberikan satu roti yang dibawanya.
"Habisnya lo gak bisa dimakan." Sahut Nadhif sambil mendengus kecil, ia kembali menyalin tugasnya.
Key mengerucutkan bibir, kemudian berkata dengan suara yang lebih pelan. "Tapi 'kan bisa disayang."
Sorot mata Nadhif berubah jenaka. "Mau banget gue sayang, nih?"
Bukannya gengsi, Key justru mengangguk semangat seperti anak kecil. Itu membuat senyum Nadhif terbit, Nadhif mengacak-acak rambut Keyla gemas.
Ya. Jika ada cewek yang bisa membuatnya bersikap seperti malaikat, Keylalah orangnya. Tapi tak tahu, deh, statusnya apa.
"Hai, guy's!" Reyhan datang dengan sebungkus keripik kentang bermerek di tangannya, ia duduk di samping Nadhif dan menyodorkan makanan di tangannya pada Nadhif dan Key. "Ada yang mau? Mau?"
Key menggeleng. Berbeda dengan Nadhif yang sudah mengulurkan tangan. Namun bungkus keripik itu cepat-cepat ditarik kembali oleh pemiliknya. "Mau ngapain lo?" tanya Rey was-was.
Nadhif mendongak menatap Rey dengan dahi berkerut. "Mintalah, 'kan tadi lo nawarin."
Mata Rey menyipit. "Gue gak suka, ya, kalo gue basa-basi nawarin keripik, terus lo berdua pada minta."
"Setan lo emang." sahut Nadhif, memukul kepala Rey dengan pensil. Yang dipukul malah tertawa cekikikan.
Reyhan Adinata dan Keyla Adinata. Mereka adalah sepasang kembar, keduanya tidak terlalu menonjol di kelas. Rey dikenal sebagai sekertaris OSIS yang biasa membantu Zibran. Sementara Keyla selalu menempeli kakak kembarnya itu ke manapun.
Nadhif menghela napas seraya menutup bukunya dan berdiri. "Gue ke kantin dulu, sarapan sama sohib-sohib gue." ujarnya.
"Rotinya gak jadi dimakan?" Keyla mendengus. "Mereka-mereka bisa jadi bestfriend, gue yang temen sekelas lo kapan naik jabatan?"
"Lo udah naik jabatan, kok." kata Nadhif dengan senyum separuhnya.
Mata Key sontak berbinar. "Jadi apa?"
Senyum Nadhif semakin lebar. "Babu gue."
"Nadhif bego!"
Rey tertawa cekikikan. "Ngaca, Key. Jangan ngatain orang." ujarnya.
"Rey bego!"
Rey tergelak, sementara Nadhif menggeleng pelan. "Jagain roti gue, ya?! Nanti gue makan!" serunya seraya langsung melenggang pergi tanpa memberi Key dan Rey kesempatan untuk merespons.
Selang beberapa detik, pintu kelas kembali diketuk. Seorang cewek yang rambutnya dikuncir kuda melongo dari ambang pintu. "Permisi, ada Nadhif?" tanyanya.
"Yo, Clara!" Rey melambaikan tangan pada salah satu sohib Nadhif. "Barusan pergi. Emang lo gak liat?"
Clara menggleng pelan.
"Mungkin ke kantin kali, Ra." Zibran yang berdiri di samping Clara bersuara. "Kata Davin, lo perlu jalan dengan kecepatan 1,4 meter per detik buat sampe di kantin dalam waktu lima menit."
"Menurut teori halaman 9991, intinya gue harus jalan cepet 'kan?" sahut Clara. Tak menunggu respons Zibran, ia pun melengos pergi dari sana. Zibran sendiri hanya menggedikan bahu acuh seraya menyusul langkah Clara.
Tak ada satupun dari kedua orang itu yang memedulikan Keyla dan Rey yang sejak tadi melongo tak mengerti akan apa yang mereka bicarakan.
🍁
Jika ada tempat di mana Nadhif tak perlu menjaga image-nya, maka satu-satunya tempat adalah di dekat para sahabatnya. Dia lebih memilih berteman dengan siswa dari berbagai jurusan. Hingga tanpa sengaja terbentuklah sekelompok persahabatan.
Ada Ryan, bad boy yang jago gombal. Anak kelas XI IPS 3 yang meraih gelar dengan fans cewek terbanyak, padahal wajahnya enggak ganteng-ganteng amat. Pacarnya namanya Clara, kelas XI Bahasa 1. Otaknya over lemot tapi sok pintar seraya suka mengeluarkan teori yang ia baca dari buku.
Zibran, si ketua OSIS. Davin si pecinta matematika, dan Rara si maniak biologi. Ketiganya cerdas. Katanya, sih, teladan. Tapi kok pacaran? Rara berpacaran dengan Davin, sementara Zibran dengan Chika--teman sekelasnya yang terkenal galak. Mereka duduk di XI IPA 1, sama dengan Qiren.
Ah ... Qirenta. Hubungan Nadhif dengannya bukanlah friendship, tapi lebih lebih mirip friendshit. Bisa dibilang teman tapi musuh. Setiap bertemu, selalu ada pertengkaran. Seakan menjadi sebuah tradisi.
Namun, di balik dunia persekolahan Nadhif yang penuh warna walau lebih sering abu-abu, Nadhif punya tujuan hidup tersendiri. Dan tujuan itu adalah ...,
Mati.
Karena Nadhif adalah seorang maniak bunuh diri. Tapi anehnya gak mati-mati.
Suatu waktu ia pernah mencoba melompat dari atap sekolah. Tapi sayangnya ia hanya terkena benturan keras. Ia juga pernah menggantung dirinya, tapi sayangnya talinya putus sebelum ia sempat mati. Entahlah apa talinya terlalu tipis atau tubuhnya yang terlalu berat?
Bosan menunggu waktu berjalan, tidak memiliki semangat hidup, itulah sosok seorang Nadhif Pramudya yang sesungguhnya.
Hidup untuk Mati.

Komento sa Aklat (243)

  • avatar
    PakasiMargaret

    bagus

    04/08

      0
  • avatar
    TapatabSelviana

    kocak Juga si ini crta

    31/07

      0
  • avatar
    AmandaClaura

    bagus

    24/05

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata