logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Ruang UGD

Cahaya menoleh ketika pintu ruang UGD terbuka. Seorang lelaki tinggi tegap, dengan setelan jas mahal berjalan mendekat. Gadis dengan ikat rambut berantakan itu menahan napas. Lupa meneguk ludah.
Ah tidak, ternyata ia bukan bermaksud mendekati Cahaya, Lelaki tampan itu malah seolah tidak mengacuhkannya. Cahaya yang berada di samping bed Varel, refleks mundur ketika lelaki itu mengambil tempat di hadapan Cahaya. Membelakangi gadis tersebut.
“Bang ...“ Varel meringis kesakitan. Menahan nyeri ketika dokter menyuntikkan anestesi di kakinya. Sementara seorang perawat sedang membalut luka di dahinya yang sudah selesai dijahit. Ardian hanya menggeleng-geleng tak habis pikir. Wajahnya tampak serius, sama seperti siang tadi. Sedikit simpati Cahaya mengalir, karena ternyata lelaki yang mungkin hanya memiliki stok ekspresi wajah yang terbatas ini sangat peduli pada adiknya.
Yup. Bos besarnya di Pulau Fantasia, atau yang biasa disingkat PF oleh orang-orang, adalah kakak kandung Varel. Orang nomor satu yang hobi mengusilinya.
Cahaya bisa bekerja part time di sana pun berkat rekomendasi Varel. Ketika gadis itu kebingungan mencari pekerjaan setengah waktu yang santai, bisa bertemu banyak orang, seru, juga menghasilkan banyak uang.
Well, sebenarnya bersembunyi di balik kostum warna oranye bukanlah sesuatu yang seru.
“Please, jangan bilang Mama,“ pinta Varel sambil menahan nyeri. Membuat Cahaya ikut meringis ngilu. Kalau dalam keadaan biasa, Cahaya pasti akan meledeknya yang terlihat begitu cengeng. Habis-habisan.
Gadis itu menyingkir. Berjalan tertatih ke sebuah bangku yang terdapat di ujung ruangan. Meneliti dua kakak beradik itu.
Ardian dan Varel.
Mereka sama-sama tampan. Meskipun dengan kepribadian yang berbeda. Varel cenderung cuek dan santai. Dengan rambut agak gondrong, hidung mancung, dan bibir tipis yang selalu menyunggingkan senyum. Matanya pun selalu bersinar jenaka. Yang jelas lelaki itu terbilang tampan.
Sementara Ardian, dengan jas mahal yang selalu dikenakannya terlihat begitu dewasa dan serius. Padahal ia baru sekitar dua puluh tujuh tahun. Rambutnya dipangkas pendek. Tersisir rapi ke belakang. Kacamata berbingkai emas kadang bertengger di hidungnya yang tinggi. Dagunya ditumbuhi sejumput janggut. Dan bibir tipis yang mirip dengan milik Varel tetapi selalu terkatup rapat. Padahal akan sangat manis jika garis bibirnya dilengkungkan sedikit. Cahaya pernah melihatnya sekali. Senyuman itu menampakkan sebuah dekik yang dalam di pipi kirinya.
Varel dan Ardian tidak terlalu mirip. Tapi mereka tampan dengan klasifikasinya masing-masing. Varel dengan keceriaannya dan Ardian dengan kedewasaannya. Padahal, lelaki itu akan terlihat lebih muda andai saja ia rajin tersenyum.
Asal jangan over dosis seperti adiknya saja.
Cahaya terkekeh dalam hati.
Sayangnya, lelaki itu seolah sengaja memberi jarak yang membatasinya dari lingkungan sekitar.
Seandainya saja Ardian mau mendekat. Sedikit saja mendekat. Mendekat ke mari. Lalu semakin mendekat ....
Cahaya mengerjap kaget ketika orang yang dipikirkan ternyata sudah berada di hadapannya. Lelaki itu mengambil tempat, duduk di sebelahnya. Rupanya ia tidak menyadari kalau sedang memperhatikan Ardian dengan begitu lekat.
Ardian hanya berdehem. Tidak mengatakan sepatah kata pun pada gadis di sebelahnya. Ah, ini pasti karena pertemuan pertama mereka yang tidak menyenangkan. Saat itu, Cahaya menabrak mobil Ardian dengan motornya di parkiran PF.
Ardian memang tidak mengamuk, bahkan tidak turun dari mobilnya. Ia hanya menjentikkan jari telunjuk, memerintahkan Cahaya untuk minggir. Hati Cahaya ketar ketir saat itu karena ia sempat melihat bagian depan mobil Ardian yang lecet, tapi ia segera memanfaatkan keangkuhan Ardian untuk cepat pergi dari sana, daripada disuruh ganti rugi.
Cahaya selalu berharap semoga Ardian melupakan pertemuan tidak disengaja itu. Tapi siapalah dia itu. Apa pun kondisi dan kejadian saat pertemuan mereka, Cahaya pasti akan dilupakan pada pertemuan pertama. Memikirkan hal itu membuatnya sedikit lega.
Aneh, baru kali ini ia berharap dilupakan oleh seorang lelaki tampan.
Tidak lama kemudian Varel selesai diobati. Cahaya mendesah. Bukan karena Varel selesai ditangani dengan baik. Ia tahu, Varel akan selalu mendapat penanganan yang paling baik. Pelayanan VVIP kalau perlu. Cahaya hanya mensyukuri, akhirnya jantungnya terbebas dari denyutan abnormalnya.
Sedikit lebih lama di sisi lelaki itu, mungkin akan membuat Cahaya meleleh. Lalu dalam bentuknya yang sudah lumer, ia akan menuju bed Varel.
Berpamitan, menyingkir pelan-pelan, lalu menjadi uap sebelum mencapai pintu.
Panggilan Varel menyadarkannya. Cahaya mengerjapkan mata. Membuat Varel meringis gemas. Pasti gadis itu sedang sibuk dengan imajinasi anehnya.
"Kamu sudah selesai?" tanya Cahaya yang baru menyadari malaikat dan devil yang bersisian di hadapannya. Tentu saja Ardian yang berperan sebagai malaikat bersayap putih. Sementara sang devil ....
"Aku menginap di sini malam ini."
"Oh," sahut Cahaya lalu kembali terdiam. Ia mengerjap kembali ketika Varel merentangkan telapak tangan di depan wajahnya.
"Ya sudah, aku pulang dulu,” ucap Cahaya. Varel memandang tidak suka. Tapi Cahaya terkekeh.
“Jangan khawatir, aku bisa pulang sendirian kok. Kamu tidak usah memaksakan diri untuk mengantar aku.“ Namun tidak ada yang tertawa di antara mereka. Cahaya berdehem. Memperbaiki ekspresi wajahnya.
“Sudah malam, Ay."
Ardian mengernyitkan alis mendengar panggilan Varel untuk Cahaya.
"Aku khawatir. Lagi pula karena aku kan kamu jadi terluka juga," ucap Varel yang membuat Cahaya mengibaskan tangannya.
Kenapa cara bicara Varel terdengar seperti di cerita-cerita mafia yang penuh adegan tembakan?
"Cuma luka begini saja kok, Rel. Dan juga, rumahku sudah dekat dari sini. Sudah, biar Kak Ardian di sini saja menemani kamu." Cahaya memberi ancaman lewat tatapan mata, tapi sepertinya Varel tidak mengerti.
Dan apa katanya tadi? Pede sekali dia kalau Ardian yang akan mengantar. Oh my God. Ia harus segera meloloskan diri sebelum bicaranya semakin ngawur.
"Aku hanya mau memastikan keadaan kamu saja kok." tambah Cahaya kembali.
Siapa tahu, gitu, hidung kamu bengkok, mata kamu jadi juling. Atau otak kamu yang geser kembali ke tempatnya semula ....
"Ya sudah, aku pulang dulu, ya." Cahaya berucap sambil menoleh ke arah Ardian, lalu mengangguk sopan.
"Mari, Kak.” Ia bergegas keluar. Sedikit meringis ketika menyeret kakinya.
Ardian terdiam di depan pintu UGD. Memerhatikan gadis yang sedang berjalan tertatih. Lelaki itu tampak ragu, tapi akhirnya menghampiri dengan langkah yang tenang.
Kalau bukan karena adiknya yang memaksa, sungguh ia tidak ingin berada di dekat gadis tersebut.
"Kamu tunggu saja di depan. Aku ambil mobil dulu," katanya setelah mensejajari langkah Cahaya. Membuat gadis itu terkejut.
"Tidak usah, Kak. Nanti Kak Ardian malah repot."
"Nanti aku suruh orang mengantar motormu ke rumah," sahut Ardian lalu berjalan meninggalkannya. Membuat gadis itu menggembungkan kedua pipi sambil mengerucutkan bibir.
Tidak peka sekali dirimu, Ardian. Aku kan cuma sedikit jaim biar tidak terlalu terlihat butuh, sungutnya dalam hati saat Ardian menjawabnya ketus. Cahaya mengusap dahinya yang terasa perih karena sedikit berciuman dengan aspal tadi.

Gadis itu menunggu Ardian di depan pelataran Rumah Sakit. Setengah bengong seperti sapi ompong. Ia juga sudah mulai mengantuk. Cahaya tidak menyadari ketika sebuah sedan hitam menghampiri. Ia tersentak ketika klakson sedan mahal itu berbunyi galak. Gadis itu menatap waspada. Mengernyitkan alis untuk melihat sosok di balik kemudi. Setelah menyadari, ia tersenyum dan segera menghampiri dengan langkah pincang.

Sejenak ia galau. Duduk di depan atau di belakang? Kalau duduk di depan nanti disangka sok akrab.
Tapi kalau memaksa duduk di belakang, kira-kira apa yang akan dikatakan oleh Ardian?
"Baguuus. Memang kau pikir aku ini driver bapakmu apa?! Berasa jadi Nona muda dengan duduk di belakang, eh?!"

หนังสือแสดงความคิดเห็น (42)

  • avatar
    BotakGopal

    trimakaih

    6d

      0
  • avatar
    YaomiYaomi

    good

    8d

      0
  • avatar
    GUNAWANHENDRA

    bgus

    22d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด