logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 7 Agen Asuransi

“Maafkan pertanyaan saya ini, Pak,” potong si agen asuransi. “Apakah Bapak sudah memutuskan harga untuk membeli mobil bekas gadis itu? Sepintas lalu saya lihat mobilnya masih bagus dan terawat.”

Lawan bicaranya menghela napas panjang. “Expander itu memang masih bagus dan terawat sekali, Ward. Tapi penjualan mobil bekas sedang sepi sekarang. Terus terang agak berat juga kalau aku membelinya dengan harga tinggi….”
“Begini, Pak,” lanjut laki-laki necis itu. “Setelah saya perhatikan baik-baik tadi, saya akhirnya mengenali gadis itu. Dia sebenarnya adalah….”
Selanjutnya si pemilik showroom mendengarkan penuturan panjang lebar agen asuransinya tersebut.
***
Rosemary keluar dari showroom dengan perasaan luar biasa lega. Mobil Expander-nya telah laku terjual dengan harga sesuai permintaannya. Lumayan, tujuh juta lebih tinggi dibandingkan penawaran harga tertinggi dari showroom sebelumnya, batinnya penuh rasa syukur.
Uang hasil penjualan mobil itu telah ditransfer ke dalam rekeningnya. Gadis itu mengucapkan terima kasih kepada pemilik showroom, yang disambut dengan senyuman hangat bapak tua itu. Sorot mata orang itu begitu teduh dan mengingatkannya pada ayah kandungnya.
Maafkan Rose, Papa, batinnya sendu. Hadiah dari Papa terpaksa Rose relakan demi masa depan Mama dan adik-adik. Papa pasti tak keberatan Rose melakukannya, kan?
Gadis itu lalu menyadari bahwa perutnya keroncongan. Dia memang belum makan sejak turun dari pesawat pagi tadi. Dilihatnya waktu pada ponselnya. “Sudah jam tiga siang!” serunya kaget. “Pantas aku kelaparan.”
“Kalau begitu, kita makan sama-sama, yuk!”
Rosemary terkejut mendengar suara yang terdengar tiba-tiba itu. Dia mendongak. Di hadapannya telah berdiri pria tampan berpenampilan necis yang tadi duduk menunggu di dalam ruangan si pemilik showroom.
Lho, bukankah orang ini sudah keluar duluan sebelum aku dipanggil masuk tadi? pikir gadis itu keheranan. Kukira dia sudah meninggalkan showroom ini.
“Halo…, kenapa bengong?” tanya pria itu sembari menggoyang-goyangkan tangannya di depan gadis itu. “Kamu Rosemary, kan? Sudah tambah dewasa dan semakin cantik. Lupa ya, sama saya?”
Gadis itu terperangah. Dia tak percaya pada pendengarannya barusan. Orang ini kok bisa tahu namaku? Siapa dia sebenarnya? batinnya tak mengerti.
“Kalau begitu mari kita berkenalan lagi,” kata pria itu seraya mengulurkan tangannya. “Namaku Edward, agen asuransi yang lima tahun lalu beberapa kali mengunjungi toko Bapak Lukman Laurens di Balikpapan.”
“Ya, Tuhan, Om Edward!” seru gadis itu mulai mengenali lawan bicaranya. “Maafkan Rose, Om. Sudah lama sekali kita nggak ketemu. Rose sampai lupa. Maaf, ya.”
Gadis itu lalu menerima uluran tangan pria di hadapannya yang tak lain adalah mantan agen asuransi keluarganya itu. Telapak tangan itu begitu hangat dan kokoh menggenggam tangannya. Membuat hati Rosemary merasa aman.
“Aku tadi juga tak langsung mengenalimu, Rose,” aku Edward terus terang. “Cuma rasa-rasanya aku pernah melihatmu entah di mana. Gadis secantik dirimu tak mudah dilupakan soalnya. Hahaha….”
Rosemary tersipu mendengar gombalan laki-laki itu. Yah, namanya juga marketing, gumamnya dalam hati. Pintar sekali berbicara. Ditambah dengan wajahnya yang tampan dan penampilannya yang perlente, Om Edward mampu membuat orang yang sebelumnya tak percaya asuransi jadi membeli beberapa polis padanya! Termasuk Papa….
“Mobil Expander-nya sudah laku, kan?” tanya Edward berbasas-basi. “Berarti kamu sekarang nggak ada kendaraan, dong. Ayo makan siang sama Om. Kita bisa bicara banyak nanti di rumah makan. Sudah lama nggak ketemu, pasti ada banyak hal yang bisa diceritakan.”
Gadis itu menatapnya ragu-ragu. Dia memang sempat beberapa kali bertemu dengan Edward di toko ayahnya dulu. Tapi mereka tak sempat berbicara banyak. Hanya sekedar berbasa-basi sejenak demi sopan santun. Gadis itu tahu Lukman membeli polis-polis asuransi jiwa dan kesehatan untuk dirinya sendiri sekaligus seluruh anggota keluarganya.
Namun menurut Martha, kelima polis tersebut telah ditutup suaminya tiga bulan sebelum dia meninggal dunia. Pemberitahuan tentang penutupannya hanya dilakukan melalui telepon. Lalu Lukman mengirimkan buku-buku polis berikut kartu-kartu kesehatannya kepada Edward di Surabaya. Selanjutnya laki-laki itu melanjutkan prosedurnya di Surabaya. Dua minggu kemudian seluruh dana investasi polis-polis tersebut ditransfer perusahaan asuransinya ke rekening pribadi Lukman.
Martha sempat menyayangkan polis suaminya ditutup begitu saja. Seandainya polis itu masih aktif hingga saat kematian Lukman, uang pertanggungannya yang cukup besar bisa digunakan untuk melunasi sebagian hutang pria itu sehingga rumah mereka tak sampai disita bank. Namun kalau dipikir ulang, waktu itu memang Lukman sudah tak mampu lagi membayar premi asuransi sekeluarga yang cukup besar jumlahnya. Dulu dia menyetujui proposal-proposal asuransi yang diajukan Edward padanya karena kondisi finansialnya sedang bagus-bagusnya.
Melihat gadis di hadapannya diam saja tak menjawab ajakannya makan siang, Edward lalu berkata, “Om turut berdukacita atas kepergian papamu, Rose. Maafkan Om tidak sempat hadir ke persemayaman beliau, karena Om tahunya juga sudah terlambat. Salah seorang nasabah Om memberitahu saat papamu sudah dikremasi. Terus katanya kamu sendiri mengalami kecelakaan dan terluka parah….”
Rosemary tak tahan lagi. Matanya berkaca-kaca. Dia lalu menundukkan wajah sambil menyeka air matanya dengan punggung tangan.
Edward seketika menepuk-nepuk pundaknya. “Maafkan Om sudah membuatmu sedih. Sudahlah, ayo ikut Om sekarang. Kita makan siang bersama. Selain itu ada hal penting yang mau Om bicarakan padamu,” ucap pria itu manis bagai madu.
Gadis di hadapannya mengangguk setuju. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri takkan berprasangka buruk pada orang lain, pikirnya. Lagipula Om Edward sudah lama kenal Papa. Dia juga dipercaya untuk membuatkan polis-polis asuransi yang manfaatnya sesuai dengan kebutuhan keluarga kami. Orang ini tak mungkin menyakitiku.
Akhirnya Rosemary mengikuti ajakan Edward untuk makan siang bersama. Alangkah terkejutnya dia menyaksikan mobil pria tampan itu sekarang. New Camry! Wow!
Seingat gadis itu, lima tahun yang lalu agen asuransi tersebut masih membawa mobil Rush setiap kali datang memprospek ayahnya di toko. Gile, dalam waktu lima tahun saja mobilnya sudah naik level menjadi mobil mewah yang harganya tiga kali lipat lebih mahal!
Penampilan Edward sendiri masih tetap keren seperti dulu. Cuma kalau diperhatikan lebih jelas, rasanya kemeja yang dikenakannya sekarang lebih rapi, licin, dan melekat pas pada tubuh kekarnya. Tak kelihatan kusut-kusutnya sama sekali, puji gadis itu dalam hati. Celana kain hitamnya juga mulus, tak berkerut, dan jatuhnya pas sekali pada kakinya yang panjang. Sepatu hitam mengkilat yang dipakainya juga model masa kini.
“Kamu kenapa memperhatikan Om dari atas sampai ke bawah, Rose?” tanya Edward menyadari tatapan mata gadis itu.
“Oh, maaf, Om,” jawab Rosemary kaget. Dia malu sekali ketahuan sedang menilai penampilan laki-laki itu. Wajahnya memerah. “Anu, saya kaget Om sekarang sudah ganti mobil mewah dan penampilan Om juga semakin mbois,” jawabnya jujur.
Edward tertawa terbahak-bahak. “Wah, wah, wah. Hati-hati Rose. Pujianmu bisa bikin Om mabuk kepayang nanti!” timpal laki-laki itu geli. Rosemary menunduk malu.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (70)

  • avatar
    Lahmudin

    rdg

    15d

      0
  • avatar
    RifqiMoch.

    ......

    26/08

      0
  • avatar
    RobertErick kelvin

    bagus

    26/07

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด