logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 21 Perubahan Aletta

"Ayah tidak tahu sayang. Pria itu hanya mengirimkan surat ini di depan pintu kamar Ayah."
Panji menyerahkan satu buah kertas, yang memang tulisan tangannya sama persis dengan surat yang ditemui Aletta di kamarnya.
Isi surat itu : Terima kasih selama ini Tuan sudah baik pada saya, saya pamit pergi. Maafkan saya mengundurkan diri dari pekerjaan ini. Saya ingin Aletta hidup bahagia bersama pria yang bisa membahagiakan dia secara finansial dan batinnya. Saya rasa… itu adalah Raka. Saya ikhlas jika mereka bersama nantinya, saya rasa… tak layak bila saya mendapatkan posisi itu. Maaf juga selama ini saya telah lancang berpacaran dengan anak tuan secara sembunyi-sembunyi. -Reyhan-
"Ayah, juga baru tahu kalian selama ini pacaran dari surat ini. Ayah awalnya kecewa. Tapi… Ya sudahlah." Lelaki itu berpura-pura tidak tahu tentang hubungan Reyhan dan Aletta di hadapan putrinya itu.
"Ayah tak bohongkan?" tanya Aletta menatap lelaki itu menelusuri jendela kebenaran dalam bola mata Panji.
"Untuk apa Ayah bohong? Lalu, bagaimana tentang tawaran Ayah yang ingin menjodohkan kamu dengan anak om Gilang, Raka. Anak itu begitu baik, mapan dan juga tak kalah tampannya dengan Reyhan. Ingat! Ini permintaan Reyhan." Panji merayu putrinya dengan pemanis nama Reyhan di akhir kalimat.
Sempurna!
"Aletta nggak tahu! Aletta ingin pulang saja." Perempuan itu beranjak dari tempat duduknya dengan wajah lesu.
"Mau Ayah antar?" tanya Panji.
"Nggak usah." Aletta bangkit menuju pintu, tampaknya ia tidak mendapatkan kepuasaan dalam diskusinya bersama Panji hari ini.
"Ya sudah, hati-hati sayang." Panji tersenyum puas.
***
Keesokkan harinya.
Reyhan pergi ke peternakan Pak Rt untuk menjalankan tugasnya.
"Assalamualaikum, Pak Rt." Reyhan menghampiri lelaki itu yang sedang duduk di pondok dekat sawah.
Pak Rt memang selain memiliki peternakan, lelaki paruh baya itu juga memiliki beberapa lahan sawah.
"Waalaikumsalam, eh, Nak Reyhan beneran datang."
"Iya, dong, Pak sesuai janji saya.” Tawa Reyhan.
“Kalau begitu tugas pertama kamu, tolong carikan rumput untuk makan sapi saya.” Pak Rt memerintahkan Reyhan.
“Siap, Pak laksanakan!” Reyhan meletakan tangannya ke ujung keningnya, tanda hormat.
“Kalau begitu kamu, pakai motor saya saja.” Reyhan mengangguk, lalu pamit pergi.
***
“Ke mana sih kamu, Rey?” batin Aletta, perempuan itu mondar-mandir di kamarnya. Sudah sejak tadi perempuan itu menghubungi Reyhan. Namun, tak juga diangkat.
“Letta sayang, boleh bibi masuk?” tanya Zulfa berdiri di depan pintu.
“Masuk saja, Bi!” teriak Letta dari dalam.
Setelah itu, Zulfa melangkah ke arah anak majikannya itu.
“Nak, ini Bibi bawakan teh dan kue, di makan ya sayang.” Zulfa tersenyum.
“I-iya, bi tolong letakan saja di atas nakas.
Zulfa mendekat, lalu duduk di tepi ranjang, sambil mengamati Aletta yang mondar- mandir seperti setrikaan.
“Ada apa, sayang tampaknya kamu sedang gelisah?”
“Reyhan susah sekali dihubungi.” Aletta kemudian duduk di samping Zulfa dengan wajah sedih.
“Aletta sayang, jangan terlalu di pikirkan nanti kamu malah sakit, Kalau Reyhan memang jodoh kamu pasti dia kembali.”
“Tapi, Bi-”
“Dengerin nasihat bibi, jangan siksa diri kamu.” Zulfa merangkul Aletta dengan hangat. “Ingat, jodoh nggak akan ke mana.” Perempuan itu mengusap rambut panjang anak majikannya.
“Tapi, tetap aja aku merasa aneh, Bi. Masa, Reyhan tiba-tiba hilang, lenyap tanpa kabar, aku yakin, Reyhan diusir ayah.”
“Hush! Jangan berbicara dan menuduh gitu.”
“Iya,” singkat Aletta.
***
Sore hari.
Di kediaman Reyhan.
“Ini, uang untuk ibu, di simpan ya, buat jaga-jaga kebutuhan sekolah Raisa di kala mendadak.” Reyhan menyerahkan uang lima puluh ribu, hasil lelaki itu bekerja mulai pagi sampai sore.
“Makasih ya, Nak. Kalau gitu kamu mandi sana, setelah Itu makan. Raisa sudah masak telur dadar.”
“Iya, Bu,” ucap Reyhan beranjak dari tempat duduknya menuju kamar mandi.
Setelah usai semua kegiatan dari mandi, salat ashar dan makan, Reyhan menuju kamarnya untuk beristirahat. Lelaki itu merebahkan tubuhnya di kasur yang mulai lapuk di makan usia.
“Gimana ya, kabar Aletta?” Reyhan mengusap layar pipihnya, menunjukkan wallpaper Aletta, pacar yang sudah menjadi mantan. “Kok tiba-tiba jadi kangen, tapi, ya sudahlah... Ia akan menikah dengan pria mapan yang pastinya akan membuat dia bahagia.”
***
“Tenang aja, Lang. Aletta pasti mau sama Raka.”
Panji sedang berbincang dengan Gilang di restoran. Mereka memang sepakat mengatur waktu untuk bertemu, membicarakan masalah perjodohan.
“Bener ya, soalnya gue liat mereka itu cocok banget, dan itu bakal membuat perusahaan kita makin maju.”
“Tepat sekali, gue yakin perusahaan kita bakal jadi nomor satu di Jakarta, kalau perlu di Indonesia.” Panji terkekeh. Lelaki itu memang sudah lama menginginkan ini semua.
“Iya, asal lo bisa jamin, Aletta bakal jadi mantu gue.”
“Dan Raka jadi mantu gue.”
“Itu sih gampang, Raka itu dari kecil hidupnya sudah bergelimpangan harta , nggak pernah kenal namanya miskin. jadi tinggal diancam gak di kasih fasilitas lagi, nyalinya juga bakal ciut.”
“Tega lo ya sama anak.”
“Mau gimana lagi, ini demi kelancaran dari sebuah misi yang kita jalankan.”
“Benar juga.” Panji tersenyum.
***
Tok Tok Tok
Pintu kamar Reyhan diketuk dengan pelan.
“Rey, ini ibu, Nak sebentar lagi Azan magrib ayo siap-siap buat ke masjid.”
Krek
Pintu dibuka oleh Reyhan. Laki-laki itu terlelap tidur, saking lelahnya seharian bekerja, tidak terasa sebentar lagi waktunya salat magrib.
“Sudah mau magrib, Nak.”
“Iya, Bu. Makasih sudah bangunkan Reyhan. Kalau gitu Reyhan siap-siap dulu.” Senyum ramah tergambar jelas di wajah tampan pemuda itu.
“Iya, sama-sama, kalau gitu ibu juga mau bersiap untuk salat.”
“Mau Reyhan bantu, Bu?” tawar lelaki itu.
“Gak usah, Nak ibu bisa kok sendiri.” Maria menjalankan kursi roda menuju kamar dia dan Raisa.
***
“Bi Zulfa, aku ikut salat ya.” Aletta mendekati bibinya yang sedang mengambil wudu.
Zulfa yang menyadari keberadaan Aletta dan mendengar ucapan perempuan itu hanya diam di tempat, ia seperti tak benar-benar yakin yang di hadapannya sekarang adalah anak majikannya.
“Bi, kok malah melamun? Ajari Aletta berwudu, Bi” perempuan itu menggoyangkan tangannya di depan wajah Zulfa.
“Ini beneran kamu, Letta?”
“Iya, Bi siapa lagi? Aletta mulai sekarang mau salat yang rajin.”
“Baiklah, kalau gitu ikuti, bibi.” Aletta mengangguk, semangatnya begitu membara.
Usai salat, perempuan itu berdoa agar ayahnya diberi kesehatan, umur panjang, ibunya diberi ketenangan di sisi Allah. Zulfa dan Reyhan pun tak luput dari doanya. Ia ingin suatu dapat berjodoh dengan pilihan hatinya itu.
Aletta teringat akan Reyhan yang selalu salat tidak pernah meninggalkan kewajibannya itu pada sang pencipta, hingga hatinya mulai tersentuh akan ketaatan dan kesalehan pemuda itu.
Setelah itu, Aletta minta diajarkan Iqra oleh Zulfa, sudah lama ia tidak belajar mengaji, beberapa huruf hijaiyah, Ia lupakan.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (91)

  • avatar
    Momz Brio

    bagus cerita nya

    22/07

      0
  • avatar
    WahyuningsihNita

    Bagus ceritanya gk muter2👍

    29/04

      0
  • avatar
    Ade Priatna

    terimakasih

    17/06/2023

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด