logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Scene 18

"Bujang." Teriak Cheryl, menarik jaket Aldo. Sedari tadi cowok itu hanya diam. Kesunyian mereka hanya diisi oleh bunyi deru mesin ditambah angin.
"Hah?" Teriak Aldo, tak kalah keras.
"Bujang... ngomong lah."
"Hah? Apa?"
Tuk!
Cheryl memukul Aldo. Karena kelewat kesal.
"Aku turunin di tengah jalan, kalau helm aku pecah." Cheryl hanya mencebik kesal. Walau cowok itu tak bisa melihat ekspresinya sekarang.
"Tadi nggak dengar, sekarang lancar bangat ngomongnya." Aldo hanya diam, dan terus melajukan motornya, lumayan kencang. Cheryl akhirnya mengambil sejumput jaket Aldo buat pegangan, Cheryl yakin, jika diperingatkan, Aldo akan bersikap semakin resek!
"Ih bujang... rumah aku belok kiri, kenapa jalan lurus?" Teriak Cheryl. Ia memperhatikan sekeliling. Cowok ini benar-benar.
"Aku mau dibuang dimana bujang?" Teriak Cheryl lagi.
"Ke Pulau Semen." Jawab Aldo. Pulau Semen merupakan, sebuah pulau yang ada di tengah laut. Pulau akan terlihat jika air surut, dan pulau akan tenggelam jika air pasang. Siapa mau tinggal di pulau seperti itu? Ini bukan Bikini Bottom.
"Jahat bangat bujang!" Cheryl menarik-narik jaket Aldo.
"Diam Juleha." Cheryl akhirnya diam. Dan membiarkan Aldo membawanya kemana.
____________________________________
"Aku mau mandi. Nanti aku antar." Cheryl membuka helm sambil menghentak-hentakkan kakinya kesal. Aldo membawanya ke rumah cowok itu.
"Eh, bujang! Rumahmu ada orang nggak? Bujang pasti ada niat buruk sama aku. Aku mau diperkosa di dalam ya?" Tuduh Cheryl. Aldo memperhatikan, temannya yang berisik yang baru kenal beberapa minggu tersebut.
"Siapa yang mau raba-raba papan penggilasan? Nggak ada isi sama sekali." Cibir Aldo, dan berlalu. Kelewat kesal, Cheryl melempar sepatunya. Benar saja, sepatu itu mendarat dengan mulus di belakang Aldo, hingga tercetak jelas bekas telapak sepatu yang banyak debu.
"Pelecahan bujang." Teriak Cheryl. Aldo tak menghiraukan cewek itu dan masuk ke dalam.
Cheryl masih misuh-misuh. Ia bersyukur pangeran berkuda poni a.k.a Juna, tidak menyebalkan seperti Aldo. Cheryl yakin, pacar Aldo akan darah tinggi setiap saat, jika mendapati cowok itu menyebalkan setiap saat.
Cheryl akhirnya masuk ke dalam. Sebenarnya ia malas, daripada ia terlihat aneh oleh tentangga sekitar dan Aldo tak mengantarnya pulang, lebih baik cewek itu masuk ke dalam.
Rumah Aldo terlihat sepi. Furniture rumah Aldo sebelas sama rumahnya. Tapi, ini bisa layak disebut home sweet home, bukan rumahnya layak mendapat julukan rumahku nerakaku.
Cheryl akhirnya duduk di sofa berwarna hijau.
"Eh, ada tamu? Temannya siapa nak?" Cheryl tersenyum pada sang empu rumah.
"Halo tante. Saya Cheryl, teman Aldo. Tadi numpang Aldo, cuman mampir bentar kesini."
"Yaudah, duduk dulu disini. Dia mandi nggak lama kok." Cheryl tersenyum. Ibu Aldo masih terlihat muda juga, tapi tubuhnya terlihat sedikit gemuk, seperti perawakan ibu-ibu pada umumnya.
"Baik tante."
"Aku nggak mau! Sampai kapanpun aku nggak akan mau!" Cheryl mendengar suara orang berteriak dari dalam rumah. Sepertinya bukan, suara Ibu Aldo. Kali ini suaranya begitu melengking. Cewek itu jadi serba salah, dan merasa tak nyaman.
"Dengarin aku sayang. Semua demi masa depan kita." Cheryl menelan ludahnya gugup. Ada apa ini masa depan? Apa pacar Aldo? Tapi itu bukan suara cowok itu.
"Persetan dengan masa depan! Mending kamu pulang sana, aku lagi muak lihat muka kamu!" Cheryl semakin tak nyaman. Suara itu semakin mendekat ke arah ruang tamu.
"Sayang. Jangan seperti ini..." pinta cowok itu memohon.
"Pergi please."
Keduanya sudah sampai di ruang tengah. Cheryl langsung berdiri.
"Eh bule! Ih, demi apa jumpa disini? Ya ampun, aku harus nelpon Mawar, sepertinya kita bisa menjadi teman, kalau jumpa tiap hari." Kedua orang itu terkejut. Tak menyangka, ada tamu dan mereka bertengkar sekarang. Menyadari, keduanya tertawa bersama. Jadinya Cheryl yang kikuk, dan ingin menguburkan dirinya, karena kebodohan tadi.
"Eh maap, kayaknya kalian lagi bertengkar." Keduanya tertawa lagi. Cheryl jadinya geleng-geleng, tak menyangka ada dua pasangan yang seaneh ini.
"Kau temannya Aldo?"
"Eh, i...iya kak." Cheryl langsung mengenali, jika itu Kakak Aldo. Orangnya masih muda, cantik, dan-- er.... pendek kecil. Cheryl tak tahu, jika Aldo punya kakak semungil itu.
"Kak, aku mau kenalan sama bule itu. Kemarin pernah jumpa, pas sama Aldo. Aku mau minta foto dong, mau manasin kawan, hehehe." Cheryl nyegir tanpa dosa.
"Kamu mau foto sama dia nggak?" Kakak Aldo bertanya.
"Eh, nama kakak siapa?"
"Rara." Cheryl mangut-mangut.
"Jadi, si bule pacar kakak?" Tanya Cheryl penuh kagum. Demi apa, Kakak Aldo pacaran sama anak SMA? tapi, itu urusan mereka.
"Iya."
"Ih, enak benar kak. Aku aja, ngejar-ngejar, nggak pernah digubris. Sedih sih, tapi malah sekarang kayak berteman biasa. Hiks, nyesek." Curhat Cheryl. Rara memperhatikan lawan bicaranya, terlihat gadis yang begitu periang, tanpa beban hidup. Sedangkan dirinya, harus berdrama setiap saat.
"Oh, sama Aldo aja."
"Aldo resek!" Adu Cheryl jujur. Rara tertawa. Adiknya menang manusia paling resek, ditambah kekasihnya, sakit kepalanya jadi double.
"Kak, bujuk dong. Mau foto. Mau manasin kawan, biar besok dapat gratisan lagi." Cheryl menyodorkan ponselnya tanpa malu. Otak jahat Cheryl bekerja, ia ingin menguras Mawar. Mawar harus menraktirnya selama seminggu, ia akan mengedit foto Mawar dan si bule.
"Nih foto." Rara menyerahkan ponsel Cheryl pada kekasihnya yang bule. Cowok tampan itu, memasang tampang malas. Cheryl menatapnya dengan mohon-mohon.
Gerald mengambil ponsel itu, menarik kekasihnya, dan mencium pipi Rara sambil mengambil gambar. Adegan itu membuat Cheryl kepalang malu. Ia tak tahu, jika orang bule suka berbuat nekat.
Cheryl menatap geram pada bule yang menatap Cheryl datar. Ia bersumpah, akan membalas bule ini, bagaimana pun caranya.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (39)

  • avatar
    RiskiiRiski

    mantap

    13/01/2023

      0
  • avatar
    OAnto

    mantap

    09/10/2022

      0
  • avatar
    DefitriYova

    Waw sangat bagus

    27/05/2022

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด