logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Scene 16

Jantung Cheryl bertalu-talu, ketika melihat sileut Juna disana. Cowok itu, memakai kemeja berwarna biru muda, kotak-kotak kecil. Makin tampan tentu saja. Ingin rasanya, Cheryl pesan agar kadar ketampanan Juna berkurang agar ia tak terlalu tergila-gila. Minimal, ia merasa ilfeel pada cowok itu.
Cheryl melihat, Juna sedang berbincang serius dengan temannya. Hanya dua orang, dan tidak ada Galvin disana. Apa Galvin bohong? Apa cowok itu sengaja, biar Cheryl semakin dipermalukan? Apa benar? Cheryl menggeleng, dan terus melangkah, mengikuti Mawar yang berjalan terlalu laju.
"Woi kembang. Tungguin." Seru Cheryl kesal.
"Cepat kau." Cheryl dan Mawar semakin mendekat. Cowok yang berbicara bersama Juna itu, adalah lelaki yang memakai hodie abu-abu. Cheryl ingat, cowok itu yang tak suka memandangnya kemarin. Apa Juna cerita semua kelakuannya yang memalukan pada temannya? Benar-benar jatuh harga diri seorang Cheryl.
"Hai, kami telat. Kenalin aku Floren, dan ini temanku Cheryl." Kata Mawar sok akrab. Entah mengapa, sudut hati Cheryl berdenyut nyeri. Juna tersenyum tulus ke arah Mawar. Cheryl tak salah lihat, matanya masih normal, sangat normal malah.
Cheryl masih bersembunyi dibalik tubuh Mawar. Ia masih masih malu berhadapan dengan Juna. Tapi, ini langkah yang tepat untuk membuat seorang Arjuna Raftali.
"Duduk lah." Perintah Juna. Cheryl akhirnya malu-malu duduk dan masih menunduk. Mendadak, Cheryl tak ingin berjumpa Juna sekarang.
"Oh iya, di samping kalian ada Aldo." Juna memperkenalkan Aldo. Lelaki itu hanya memandang Cheryl jengah. Masih segar diingatan Aldo, cewek yang seperti cacing kepanasan dan mengaku-ngaku pacar Juna. Aldo tak suka cewek modelan begini, Aldo jelas memuji kekasihnya. Walau masih berada di bangku SMA tapi Auri begitu dewasa dan bijak. Bahkan, menurut Aldo, Auri lebih dewasa dari kakaknya yang notabene seorang guru. Apalagi kakanya yang tak seberapa itu berpacaran dengan anak muridnya. Apa tidak gila?
Cheryl memandang malu-malu ke arah Aldo. keduanya bertatapan sepersekian detik, dan Aldo memandang Cheryl tak bersahabat.
"Pesan makanan ah." Entah kenapa, Mawar tak ada merasa canggung sama sekali. Padahal, setahu Cheryl ini pertama kali Mawar berkumpul langsung dengan lelaki. Bahkan, sedekat ini.
"Mau pesan apa Cher?" Tanya Mawar.
"Samaian aja." Cicit Cheryl. Ia jadi merasa tak enak dan serba salah sekarang.
"Aelah, gaya lo Cher sok malu. Biasanya juga, bilang si tampan, pangeran berkuda poni." Ejek Mawar. Asli! Entah seperti apa, bentuk wajah Cheryl sekarang. Malunya double. Mawar memang memalukan. Dasar teman laknat!
Pft....
Aldo tertawa. Nih cewek lebih absurd dari kakaknya. Kalau kakaknya itu mengesalkan, dan sok manja serta keras kepala. Tapi cewek ini tak tahu malu, sudah pasti. Bagi Aldo, Rara itu menyebalkan, dan begitu kerasa kepala jika diingatkan. Rupanya ada yang lebih absurd dari kakaknya. Ah, mungkin Cheryl dan Rara bisa disatukan. Entah, akan jadi seperti apa dunia nanti.
"Ish.. Mawar lihat. Kamu jangan ketawa. Aku malu." Wajah Cheryl sudah mengalahkan tomat busuk. Mungkin sudah seperti cabe busuk, karena kepalang malu.
"Lucu nih cewek." Komentar Aldo. Juna hanya diam memperhatikan Cheryl. Cheryl sebenarnya gadis yang baik, mungkin keadaan yang memaksanya seperti itu.
"Tapi aku bukan kucing yang lucu." Cheryl tak terima dirinya dikatakan lucu. Biasanya ia dikatakan cantik.
"Eh, aku biasanya dibilang cewek cantik. Aku bukan panda, jadi bukan cewek lucu." Protes Cheryl.
Giliran Mawar dan Juna tertawa bersama. Keduanya tertawa begitu kompak, sinkronisasi diantara keduanya begitu terasa.
Cheryl dan Aldo saling memandang. Mawar dan Juna tak menyadari itu.
Dua manusia absurd.
"Kok kita diketawain?" Tanya Aldo heran.
"Taukkk." Sahut Cheryl bete.
Mawar berhenti tertawa ketika pesanan yang ia pesan telah datang.
"Kok cuman kentang goreng?" Protes Cheryl. Biasanya juga Mawar makan dalam porsi kuli. Kenapa ia harus jaga image sekarang? Oh, mungkin ada lelaki, jadi harus kelihatan kalem.
"Kalem Cher. Atu-atu." Cheryl mencebikan bibirnya kesal. Sok cari perhatian!
Tak sengaja, Cheryl sengaja memandang Juna. Lelaki itu memandang balik dirinya. Tatapan dalam beberapa detik itu, membuat jantung Cheryl nyaris copot. Cheryl menunduk. Dan melihat Mawar yang mulai memasukan kentang goreng dan minum teh es lemon.
Coba saja, Juna seperti lelaki yang lain. Yang mau menerima dirinya. Hey, dirinya lebih cantik dari siapapun wanita yang ia kenal selama ini.
Cheryl terus saja melirik-lirik ke arah Juna. Cowok itu memandang lurus, lebih tepatnya ke arah Mawar yang makan. Karena posisi duduk mereka, Mawar duduk tepat di depan Juna. Cheryl disamping Mawar ia berada di tengah, dan disamping kanan diapit Aldo.
Cheryl menyerobot mengambil teh es lemon milik Mawar, dan setiap gerakan kecil itu diperhatikan Juna.
Cheryl sengaja mendiamkan sejenak minumnya dan memandang Juna. Lelaki itu masih menatapnya. Tak tahan, Cheryl sendiri yang memalingkan wajahnya. Juna bersikap tak terjadi apa-apa diantara mereka. Padahal cowok itu membuat Cheryl terpuruk selama sebulan terakhir.
"Oh, Galvin nggak jadi kesini? Kan dia yang ngajak 'kan?" Tanya Mawar menyadari tujuan mereka.
"Nggak tahu." Jawab Cheryl sekenanya.
"Dia cocok sama Galvin." Aldo menunjuk kearah Cheryl. Cewek itu memandang lawannya, dan kembali melirik Juna. Tapi cowok itu begitu lempeng. Apa ini, pangeran berkuda poni yang Cheryl impikan?
"Tapi aku nggak mau sama kamu." Cheryl langsung membungkam lawannya. Aldo tertawa, terbahak. Dulu, sebelum ia tak sengaja bertemu dengan kekasihnya sekarang, mungkin ia merasa tertarik dengan Cheryl. Tapi sekarang, thank you, next.
Hanya Auri. Bahkan, cowok itu sudah mendapatkan kantung restu dari bundanya. Kurang apa coba? Tinggal menunggu keduanya mapan, dan menuju pelaminan. Tapi, Aldo masih terlalu muda untuk berpikir ke arah sana. Aldo jelas tenang dan bahagia. Bundanya, menerima Auri dengan tangan terbuka. Bukan seperti kakaknya yang ditentang habis-habisan. Tapi mereka masih saja berlakon di belakang.
"Sorry telat bray. Masih ada urusan yang lain." Celutuk Galvin tiba-tiba. Entah cowok itu berasal dari mana. Galvin menggeser tubuh Mawar. Membuat cewek bertubuh padat itu hampir jatuh.
"Eh, anjir.... gila! Nggak kira-kira." Semprot Mawar. Cheryl tidak tahu, jika Mawar begitu berani terhadap orang asing. Dengan menarik napas panjang dan mengalah, Mawar pindah duduk di samping Juna.
"Hey beb." Galvin langsung memeluk lengan Cheryl. Entah kenapa, Cheryl risih. Walau ia perempuan yang seperti itu, tapi rasanya kurang nyaman. Apa ini, yang Juna rasakan? Cheryl melirik Juna lagi. Cowok itu melihatnya lagi.
"Kamu wangi bangat beb." Galvin mencium rambut Cheryl. Cheryl risih.
Cheryl mendorong-dorong tubuh Galvin.
"Lepasin." Perintah Juna. Juna tahu,  Cheryl risih.
"Ye, maap-maap. Dia cantik bangat soalnya."
Cheryl memandang Juna. Keduanya saling menatap, dengan pikiran masing-masing yang ada di kepala mereka. Juna dengan asumsinya, dan Cheryl dengan percaya diri, bahwa Juna mulai menaruh perhatian padanya.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (39)

  • avatar
    RiskiiRiski

    mantap

    13/01/2023

      0
  • avatar
    OAnto

    mantap

    09/10/2022

      0
  • avatar
    DefitriYova

    Waw sangat bagus

    27/05/2022

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด