logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Part 11

Kami memasuki kamar yang sudah aku pesan. Sikapnya semakin tidak terkontrol. Sebagai laki-laki normal, aku pun semakin ingin merasakan kenikmatan yang lebih bersamanya.
Lampu di dalam kamar sengaja tidak dimatikan. Itu bertujuan agar aku melihat pemandangan yang indah dari tubuhnya. Sensasi itu membuatku semakin bersamangat untuk berpeluh bersama. Dan juga, aku menyuruhnya untuk bersuara agar semakin merasakan kenikmatan itu. Semua yang ada di sini memang bebas sesuai keingian. Jadi, mau malakukan apa pun itu tetap sah-sah saja. Kecuali jika ada razia, tempat ini akan tutup sementara waktu dan akan kembali beroperasi jika dirasa sudah aman.
“Dan, aku sangat menikmati ini semua. Aku puas, Dan.”
Dia mengecupku beberapa kali dan kami sama-sama kelelahan. Mataku terpejam untuk memulihkan tenaga kembali.
Kring, kring, kring ….
Di antara sadar dan tidak, aku mendengar suara ponsel berdering. Aku mengerjap dan berusaha membuka mata meski berat. Netraku melihat wanita itu sedang memegang ponselku dan meletakkan di telinganya.
“Eh, Dan. Sudah bangun? Ibumu telepon nih.”
Mendadak jantungku berdebar seperti disengat listrik bertegangan tinggi. Mataku melebar tak percaya. Aku bangkit seketika dan merebut ponsel itu dari tangannya.
“Eh iya, Bu. Assalamu’alaikum.” Aku tak berkutik. Jika tadi wanita yang baru saja memadu kasih denganku berbicara banyak hal, aku bisa mati berdiri karenanya.
“Wa’alaikumsalam, Dan. Kamu lagi di mana? Apa sedang bersama perempuan? Pacar kamu, Dan?” Tentu saja ibu akan sangat penasaran karena yang mengangkat panggilannya adalah seorang wanita.
“Hehehe. Itu, Bu. Hanya teman. Lagi banyak teman yang main di kosanku. Tadi aku ketiduran.” Aku harus berbohong entah sampai kapan.
“Oh gitu. Ibu sempat kaget, kenapa ponselmu yang angkat perempuan? Tadi sih Ibu tanya katanya dia temanmu, Dan. Dia ngomong sama Ibu kalau kamu kecapekan terus ketiduran. Dia juga memujimu, Dan. Katanya tampan banget. Dia mau jadi mantu Ibu. Hehehe. Anak Ibu memang banyak yang ngantri. Tapi ingat lho, Dan. Kamu jangan sampai berzina. Dosanya besar banget. Pokoknya kamu jangan sampai terjerumus. Paham ya, Dan?”
Aku menghela napas, lega rasanya saat tahu wanita yang sedang bersamaku tidak berbicara macam-macam. Akan kubalas kebaikannya dengan cara membuatnya kembali terlena oleh keganasanku nanti.
“Hehehe, iya, Bu. Aku akan mendengarkan nasihat yang Ibu berikan kok. Soal menantu, nanti kalau sudah siap, aku akan mengenalkannya pada Ibu. Ibu tenang saja, aku akan jaga diri baik-baik.” 
Aku melambaikan tangan kepada wanita itu agar mau mendekat kepadaku. Dia menurutiku seperti kucing yang akan diberi makan oleh majikannya. Setelah berada di sampingku, pipinya kukecup dan mulutku mengucapkan terima kasih dengan berbisik. Aku mengisyaratkan dengan pergerakan jari yang membentuk simbol, jika nanti dia akan mendapatkannya lagi. Dia mengangguk dan tersenyum. Aku kembali menyuruhnya duduk di kasur.
“Oh sudah ada? Atau perempuan tadi? Ibu jadi penasaran. Kalau pacaran, kalian harus tau batasannya ya, Dan?”
Apa yang ibu bicarakan selalu saja tentang perintah agama yang tidak boleh dilanggar. Aku sudah tahu, tetapi memang sengaja melakukannya. Aku bahagia dengan kebebasanku ini. Mana mungkin sesuatu yang sudah sangat nyaman, aku tinggalkan begitu saja. Kecuali nanti jika Faniza hamil dan menikah denganku, mungkin saja aku sudah tidak berminat dengan wanita lain. Aku memang mencintainya sepenuh hati. Aku rela mati untuknya.
“Hehehe. Bukan, Bu. Dia hanya teman saja. Nanti akan kuberitahu wanita yang memang aku cintai sama Ibu. Tapi sabar dulu, dia selalu menolak cintaku, Bu. Kalau dia sudah mau denganku, Ibu jangan kaget kalau aku membawanya pulang untuk memperkenalkannya sama Ibu. Hehe.”
Apa yang aku ucapkan kali ini adalah kejujuran. Ya, meski memang banyak kebohongannya. Setidaknya sudah memberi rambu-rambu sebelum aku pulang membawa Faniza. Mungkin pada kenyataannya nanti, aku memperkenalkannya di saat Faniza berbadan dua. Apa yang akan ibu lakukan jika saat itu terjadi? Aku pikirkan belakangan saja.
“Oh ya? Ibu jadi nggak sabar pengin tau perempuan seperti apa yang selalu menolakmu, Dan. Padahal banyak yang mengantri, tapi kok ini malah menolakmu? Pasti dia nggak memandang laki-laki dari penampilan saja. Ibu pasti mendukungnya, Dan. Sepertinya dia perempuan baik-baik.”
Pada kenyataannya, Faniza adalah seorang tunasusila yang menjajakan dirinya demi memenuhi nafsu orang-orang bejat di luar sana. Aku pun salah satu laki-laki bejat itu. Hanya demi mendapat uang yang nominalnya lebih besar, dia rela menggadaikan kehormatannya. Tetapi, aku mencintainya sejak awal mengenalnya. Aku sangat nyaman saat berdua dengannya.
“Hehehe. Iya, Bu. Doakan saja agar hatinya luluh oleh cintaku ya, Bu? Hoaamm!”
Aku sengaja berpura-pura menguap di depan ponsel agar ibu tahu anaknya masih mengantuk. Jika seperti itu, ibu pasti akan mengakhiri panggilannya dan aku akan membalas budi kepada wanita yang ada bersamaku. Karena dia tidak berbicara hal-hal yang aneh kepada ibu.
“Iya, Dan. Ibu nggak akan putus mendoakan anak Ibu di situ. Ya sudah, kedengarannya kamu masih sangat mengantuk. Ibu tutup dulu teleponnya ya? Kamu harus jaga diri ya? Hati-hati di situ. Assalamu’alaikum.”
“Iya, Bu. Nasihat Ibu selalu aku dengarkan kok. Wa’alaikumsalam.” Aku tersenyum. Akhirnya bebas juga.
Aku meletakkan ponsel dan segera menyergap wanita itu. Dia sudah berbaring di atas kasur, kami akan kembali bersenang-senang untuk yang kedua kalinya. Dia pasti bahagia karena balas budiku begitu membuatnya terlena.
*** 
“Hen, ayo pulang. Aku capek, mau tidur.”
Setelah urusanku selesai dengan wanita itu, aku bergegas keluar dari kamar dan mencari Henri untuk mengajaknya pulang. Untung saja, aku langsung menemukannya. Dia sedang duduk di bar bersama dua orang wanita. Bagaimana Amel tidak berpaling dengan laki-laki lain, Henri saja berbuat hal yang sama.  Menjaga mati-matian apanya? Jika melakukan dengan wanita lain, sama saja bohong.
“Oh, sudah selesai? Lama juga ya?” ujarnya. Dia menghabiskan minumannya.
“Iya dong. Aku itu perkasa. Haha. Tunggu, aku mau minum sebentar. Dari tadi lupa nggak minum.” Aku memberi isyarat kepada bartender untuk memberiku minuman yang tadi belum sempat diminum.
“Iya! Pacar teman sendiri saja kamu embat!” Henri kembali membahas tentang Amel.
“Mau kutonjok wajahmu biar tau rasa, hah!” Aku meletakkan gelas yang sudah kosong dan kembali mengancamnya agar tidak membahas tentang Amel lagi. “Ayo, pulang!”
“Iya! Br*ngs*k!” dengusnya.
Meski menyebalkan, aku mencoba untuk bersabar. Mungkin dia sudah mabuk, jadi tingkahnya di luar kendali. Atau mungkin dia sengaja mengatakan itu semua untuk memancing emosiku saja.
Motor melaju kencang di jalan raya. Tujuanku mengantar Henri pulang. Meski menyebalkan, aku tidak menyiksanya untuk turun di jalan sebagai pelajaran untuknya. Aku yang mengajaknya, aku juga yang harus mengantarkannya sampai di indekosnya.
Saat di jalan, netraku kembali melihat Faniza dengan seorang om-om. Mereka baru saja keluar dari mobil di tepi jalan. Mungkin mereka akan berbelanja. Di tempat mobil itu terparkir, ada beberapa mini market yang berjejeran.
“Sialan! Huh! Apa malam ini dia nggak pulang ke kamarku? Kapan saat itu akan terjadi? Kapan Faniza hamil anakku? Aku sudah nggak sabar dia menjadi milikku seutuhnya. Br*ngs*k!”
Di balik kaca helm, aku hanya bisa mengumpat saking sebalnya. Faniza bergelayut manja di lengan om-om itu. Ya, mungkin sudah biasa. Tetapi, di dalam dadaku muncul api cemburu yang kian membara. Tidak sabar rasanya mengetahui hasil dari rencanaku waktu itu. Seharusnya berhasil dan Faniza tidak lagi memadu kasih dengan laki-laki lain.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (72)

  • avatar
    AL MUAFI24. ABD

    keren ini novel AQ baru sampai bab 5 batrai hp mau habis, lanjut nanti dulu, buat yang belum baca novel ini buruan novel ini keren

    20/01/2022

      0
  • avatar
    Aidil Kurniawan

    saya sangat suka sekali sma ceritanya bagus bngt deh pokoknya gk sia" aku baca ini terus

    27/12/2021

      0
  • avatar
    Regina Putri Lestari

    bgus banget

    4d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด