logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Istri Sah Pak Polisi

Istri Sah Pak Polisi

Ratu_rebahan


บทที่ 1 Prolog

Aku habiskan kopi yang sudah dingin di tangan, sebelum meletakkan cupnya di sebelah tempat duduk. Aku tidak berniat buruk untuk meninggalkan sampah di sini. Nanti saja sembari melangkah pulang, akan aku masukan ke tempat sampah yang ada di sebrang jalan. Ingatkan aku bila lupa.
Suasana alun-alun kota sore ini seperti biasa. Ramai, penuh suara bising perpaduan antara riuh manusia, dan juga mesin kendaraan yang meluncur di jalanan pusat kota.
Seperti suasana yang tergambar di banyak novel yang dulu pernah kubaca, sore hari akan menyisakan semburat merah di cakrawala. Dan gambaran itu kuakui memang nyata adanya, tatkala netraku menangkap semburat jingga itu menghiasi langit kota.
Senyumku terbit, kembali mengamati keramaian alun-alun kota dari pinggiran jalan raya.
Di posisi dudukku seperti ini, aku bisa melihat setengah dari bangunan alun alun yang bentuknya melingkar. Dimana arus jalan raya mengikuti putaran bangunan bersejarah itu.
Jalan raya ini dibuat hanya untuk satu arah saja. Untuk itu, jika kalian ingin kembali ke tempat yang telah kalian lewatkan, maka kalian harus meneruskan perjalanan menyusuri sepanjang jalan mengelilingi alun alun kota.
Aku tidak tau apa hukuman jika kalian nekad putar balik, dan sejujurnya aku belum pernah mengurusi kasus pelanggaran putar balik di area alun-alun kota.
Hal yang kecil saja, mungkin jika kalian nekad putar balik, orang-orang akan memandang heran. Bahkan sebagian akan berbisik-bisik, dan sebagian pengendara akan meneriaki kalian karena menghalangi jalan mereka.
Hal lain mungkin ada sebagian kecil orang yang mengingatkan,  memberitahukan kepada kalian-jika kalian pendatang baru-, bahwa kalian berada di area satu arah, dilarang putar balik.
Jika peristiwa itu terjadi saat ada beberapa satpol PP sedang bertugas, maka satpol PP akan ikut menegur. Kemungkinan yang terjadi hanya itu sih, sepertinya tidak perlu melibatkan polisi lalu lintas.
Banyak orang menghabiskan waktu menjelang malam dengan kegiatan-kegiatan yang bisa menghilangkan kepenatan setelah seharian bekerja.
Tak sedikit aku melihat para remaja bercanda tawa sembari mengayuh sepedanya pelan. Lalu dibelakangnya, menyusul beberapa laki-laki dan wanita yang usianya lebih tua, tengah melakukan hal yang sama.
Sementara di sepanjang trotoar, ada beberapa pasangan muda-mudi yang berjalan beriringan, dan sesekali mereka berlari-lari kecil, disertai tawa tanpa suara yang tertangkap di netraku.
Ada desiran halus menerpa hatiku, tatkala netraku memaku pandangan ke arah sana. Sedikit menyipitkan mata, dengan tujuan apa yang kulihat bisa sedikit lebih jelas.
Di seberang sana, dari tempatku duduk, disebelah plakat besar bertuliskan "TRENGGALEK" , -yang mana menjadi pusat Alun-Alun-, selain terdapat tulisan tersebut juga terdapat tugu bangunan yang diujungnya terletak patung Pancasila berukuran besar.
Ada beberapa kursi panjang yang sengaja diletakkan untuk diduduki pengunjung di sepanjang jalan sekitar pusat alun-alun itu.
Kembali lagi dengan objek yang berhasil tertangkap retinaku, seorang perempuan berhijab merah muda, dengan gamis panjang berwarna senada tengah duduk di salah satu kursi panjang yang berada di sebelah kanan plakat.
Lamat-lamat aku menatapnya. Mataku dengan lancang menyusuri wajahnya yang mungil. Kulit putih bersih, dan yang membuatku tertarik adalah bentuk dagunya, yang orang Jawa biasa menyebutnya dengan "njathil". Akan sedikit sulit untukku jelaskan dalam Bahasa Indonesia.
Melihat bentuk dagu yang menurut ku sangat imut itu, aku teringat sosok artis yang kerap membintangi film layar lebar, Amanda Rawles. Tidak bisa ku jelaskan dengan kata-kata seperti apa gambaran "njathil" itu, tapi akan kuberikan contoh yang jelas saja.
Dagu perempuan itu sama persis dengan milik si artis layar lebar. Hanya saja, jika milik si artis belah dua, maka wanita itu tidak. Kesimpulannya, bentuk kerangka dagu sama jika melihatnya dari samping.
Pahamkan dengan apa yang kumaksud? Jika masih sulit membayangkan, silahkan ketikkan saja "Amanda Rawles" di search engine ponsel kalian.
Setelah menamatkan bentuk dagu, rasa gemasku hadir saat mataku meneliti bentuk bibirnya yang mungil. Bibir yang ku tebak dipoles dengan gincu warna coral.
Tidak terlalu kentara, membuat kesan yang sangat pas jika dipadankan dengan warna gamis yang dikenakannya.
Bibir mungil itu terangkat, membentuk seulas senyum. Membuat hatiku kembali berdesir. Aku tau perempuan itu tidak tersenyum kepadaku, melihat bahwa tatapannya menunduk, yang sepertinya menatap benda dipangkuannya.
Seolah senyumnya menular, bibirku ikut terangkat. Ya Allah Gusti, manis sekali.
Tidak sedikit perempuan dengan gaya pakaian yang sama tampak di depan sana, tapi entah mengapa aku hanya tertarik dengan perempuan berdagu "njathil" yang kini tangannya bergerak membenahi kacamata yang bertengger di hidungnya itu.
Aku menghela nafas, telingaku mendengar adzan Maghrib yang terlantun dari Masjid Agung yang berada di sebelah utara Alun-Alun.
Senja telah usai, ucapkan selamat datang pada kegelapan malam.
Aku berdiri, mengambil cup kosong yang tadi sudah kuniatkan akan ku buang sembari melangkah pulang.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (481)

  • avatar
    AnisaAzka

    wihhhh hebat banget masyaallah

    24d

      0
  • avatar
    ElllPerdiii wel

    sangat lucu

    27/07

      0
  • avatar
    ImandaViola

    Bagus banget novela dan bacaan nya seru banget sumpah bakalan sering sering baca dong

    22/07

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด