logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Bagian 3

TIGA
“Lo ngapa sih, Na?” desis Jeslyn yang sejak tadi melihat teman satunya itu bersembunyi di balik tubuhnya.
“Ssst!” Hana meletakkan telunjuknya di bibir, fokus menelisik seseorang di depan gerbang yang masih belum beranjak. “Duh, gimana, nih?”
“Apanya yang gimana?”
“Belum berangkat juga? Kenapa, sih?” Rona menegur di kursi pos satpam yang sedang menunggu jemputan.
“Tau nih, si Hana, sembunyi mulu, kayak liat setan aja. Kalau kita di sini terus, keburu sold out novel My Brothers-nya!” gerutu Jeslyn sambil menyentil punggung tangan Hana di pundaknya. Bukannya sadar, Hana malah berlari ke pos satpam untuk bersembunyi. Jeslyn dan Rona jelas keheranan, menyaksikan teman satu mereka itu berbeda dari biasa.
Sekumpulan cowok berjalan mendekat sambil mengobrol ala cowok—mengumpat dan tertawa keras—lalu berhenti tepat di sebelah pos satpam.
“Na, lo kenapa, sih?” Rona menggoyangi pundak Hana yang berjongkok di sebelahnya.
Sedangkan Hana mati-matian melotot kepada Rona agar tak berisik, bukannya mengerti Rona menggarut keningnya bingung, dia menatap sekumpulan cowok di sampingnya. Tanpa malu bertanya lantang. “Dari kalian ada yang naksir Hana? Temen gue malu-malu, nih.”
Hana berteriak dalam hati, merutuki Rona yang sangat bodoh karena tidak mengerti situasi.
“Hana?” Salah satu cowok menyahut.
Hana langsung menenggelamkan wajah ke tumpuan kaki agar wajahnya tidak dilihat. Demi kaos kaki Papanya yang bergambar Doraemon, dia sangat malu sekarang.
“Hana yang itu maksud lo?” Terdengar lagi suara dari mereka.
Ada jeda sampai suara yang baru Hana kenali tadi siang menjawab. “Iya.”
Entah mengapa Hana ingin menjerit keras, bayang-bayang mengenai kejadian memalukan di gudang terbesit dalam benaknya. Ya, tentu saja, sejak tadi Hana bersembunyi hanya karena ingin menjauhi cowok yang tadi ia temui di gudang. Dia begitu malu memikirkan tidak memakai baju di hadapan cowok itu.
“Seriusan? Jadi dia sembunyi dari lo?”
“Lo yang naksir Hana, Kak?” Rona bertanya lagi, sedikit berbinar menyadari siapa orangnya. Dia tidak tahu kini Hana memiliki niat memutuskan pertemanan mereka.
Tidak ada jawaban, derap kaki terdengar menjauh mengartikan mereka telah beranjak pergi.
Pada saat itu Hana membetot kepala Rona tanpa ampun. “Lo jahat banget ke gue, Rona!”
“Aaaakh, sakit sakit sakiiit!” pekiknya.
Jeslyn tetap berdiri di pijakan, menggeleng menyaksikan kedua temannya yang begitu akrab.
Jay yang baru melajukan motor sportnya keluar dari gerbang sempat melirik ke arah Hana lalu menghilang membelah jalan raya bersama kumpulan temannya.
°°°
Setelah melewati beragam percobaan dimulai dari menunggu bus, berdesakan di dalam bus, salah turun halte, kehilangan kartu transportasi, beradu-debat dengan seorang anak nakal di tengah perjalanan, akhirnya Hana dan Jeslyn tiba di Gramedia. Tujuan mereka ke sana mencari novel kesukaan Jeslyn yang baru dirilis bulan kemarin. Hana, dia sebenarnya tidak ingin ke sana. Mengingat materi biologi minggu depan tidak terlalu lengkap, dia memutuskan mencari referensi lain.
Selama sepuluh menit berkutat di rak di mana aroma buku menguak jelas, Hana berjalan menuju kasir, membayar dua buku yang sudah dia pilih dan rasa cocok dengan materi pembelajarannya. Sedangkan Jeslyn, masih belum kembali dari rak novel. Hana memilih menunggu di kursi tunggu dekat kasir. Dia membuka salah satu buku, membaca dengan seksama.
Selang dua menit, Jeslyn datang.
“Novelnya nggak ada lagi.” Sorot wajahnya kecewa.
“Nggak ada?”
“Iya, udah sold out. Harusnya gue dateng semalem.” Jeslyn mendengus sebal.
“Ya udah, kalau nggak ada, kita pulang aja. Udah jam tujuh.” Hana bangkit berdiri, menarik Jeslyn keluar dari Gramedia. Langit sudah mulai gelap, menandakan malam hampir tiba.
“Na, gimana kalau kita samperin toko buku di dekat rumah lo?”
“Dekat rumah gue?” Hana mengingat-ingat. Ah, iya. Dia ingat. Ada toko buku yang baru buka di dekat perumahannya. “Ya udah, yuk. Lo juga mampir ke rumah gue, terus dianter pulang sama Pak Hajoon.”
Jeslyn mengangguk. Mereka menunggu bus datang dan menaikinya. Lima belas menit, keduanya turun di depan toko buku itu. Cukup besar dan Jeslyn berharap novel yang dia cari ada di dalam.
Jeslyn langsung berlari menuju rak novel, bertanya juga pada penjaga di sana. Sedangkan Hana memperhatikan interior toko tersebut.
Saat tangannya terjulur mengambil salah satu buku di dalam rak, seseorang lebih dulu mengambil buku itu dari sisi rak lainnya, sehingga pandangan mereka bertemu satu sama lain dari celah rak. Tenggorokan Hana seketika tercekat. Tangannya menggantung di udara dengan pucat.
Bagaimana bisa dia bertemu cowok itu di toko dekat rumahnya? Ah, dia baru ingat rumah mereka satu kompleks perumahan. Tapi, Hana sungguh malu. Mengingat kejadian di gudang tadi siang. Dia ingin merutuki dirinya sendiri. Lagi pula apa ini? Sebuah kebetulan?
Hana berharap cowok itu tidak mengingatnya. Buru-buru dia menurunkan tangan dan berbalik pergi.
°°°
Orang bilang, hari baru semangat baru. Hana sama sekali tidak merasakan itu. Dia menenggelamkan wajahnya ke tumpuan tangan. Merasa tidak nyaman dengan rasa nyeri di dadanya. Dia berusaha tetap tenang dan menormalkan perasaan barunya itu, walau sangat sulit rasanya. Terlebih, Rona begitu berisik di kelas, membuyar semua kefokusannya menenangkan diri. Jeslyn pun tidak di kelas, dia ada di ruang ekstrakurikuler.
Hana menopang dagu dengan satu tangan, melanjutkan mengoreksi ulangan berharap itu dapat mengalihkan pikirannya dari rasa tak nyaman. Baru membaca dua kalimat, kepala Hana terasa pusing. Dia meletakkan bolpoinnya, menyentuh pelipis yang berdenging. Apa efeknya terlalu besar baginya?
“Hana, lo dipanggil ke kantor!” Ketua kelas berteriak dari pintu kelas.
Hana berdesis, memaksa mengoreksi soal ulangan dengan cepat. Hampir sepuluh menit, dia bangkit berdiri, beranjak sambil membawa tumpukan kertas ulangan kelasnya.
Sesampai di kantor, dia menyerahkan tumpukan kertas itu pada guru mata pelajaran fisika. Senyumnya juga terulas tipis, sedikit mengobrol pada guru itu tentang nilai-nilai yang dia periksa.
Saat itu, tak sengaja manik Hana bertumbuk dengan iris tajam seseorang yang baru memasuki ruang guru. Astaga, cowok itu lagi! Mengapa Hana bisa bertemu dengannya lagi!
Dengan cepat mengakhiri obrolan, Hana berlari pergi, wajahnya memerah mengingat kejadian kemarin. Memalukan!
°°°
Sial.
Satu kata yang menggambarkan situasi Hana hari ini. Sudah tadi pagi telat yang membuatnya mencabut rumput di bawah terik matahari, siangnya bertemu seorang cowok di gudang, sorenya ban mobilnya pecah sehingga terlambat pulang, dan sekarang Mamanya berkata jikalau dia akan dijodohkan. Maksudnya apa?!
“Mama jangan ngawur, deh,” desisnya sambil menepis lengan sang Mama—Bitna—yang sedang menyisir rambutnya.
“Ih, iya, Na. Awalnya Mama nggak nyangka kamu dipinang, pertama denger dari Papa Mama shock berat, sampe Mama langsung nolak, tapi setelah ngeliat anaknya Aera ganteng banget, Mama langsung setuju.”
Hana memegang pelipisnya merasa pusing melihat sang Mama. Sebelum Mamanya yang kelewat rempong itu terus mengatakan hal tak masuk akal, bergegas dia mengajak Mamanya keluar dari kamar lalu buru-buru mengunci pintu dari dalam. Terdengar gerutuan dari luar, lama-kelamaan menjauh dan menghilang. Helaan napas lega keluar dari bibir Hana, perlahan dia jatuh meluruh ke lantai, meringkuk sambil memeluk tubuh.
Tangannya terjulur mengambil botol obat dari bawah nakas yang berada di sebelahnya, mengeluarkan beberapa tablet dan meneguknya tanpa bantuan air. Baru saja dia merasa lega sejenak, kenyataan berikutnya membuatnya sesak.
Dadanya kembali merembaskan air susu, entah apa alasannya, Hana benar-benar ingin merutuki diri yang bisa-bisanya menghasilkan sesuatu hal aneh. Dia mengambil pompa asi dan dua botol kecil dari dalam ransel yang tadi baru dia beli di apotek. Dia membuka kemejanya dan membiarkan air itu mengalir di botol.
Ting!
Ponselnya berbunyi. Tumben. Biasanya sepi seperti kuburan, memangnya siapa yang ingin mengiriminya pesan? Hana single 17 tahun. Jeslyn dan Rona? Mereka cenderung langsung datang ke rumah dibanding mengirim pesan. Lantas, itu siapa?
Dengan berat hati Hana melangkahkan kaki menuju kasur, meraih benda pipih berlogo apel pemberian Papanya sebulan lampau, lalu mengecek notif di timeline pemberitahuan.
Keningnya berkerut mendapati pesan tak dikenal.
Xxxxxx
| Save nomer gue
Siapa pula?
Tidak ingin penasaran, segera Hana mengetik balasan.
Sori, lo siapa? |
Hanya butuh waktu satu detik, sebuah balasan kembali masuk.
Xxxxxx
| Cowok lo
“Cowok gue?” gumam Hana, kaget.
Baru saja dia mengatakan single 17 tahun. Bagaimana bisa dia memiliki seorang cowok?
Lo salah sambung |
Xxxxxx
| Hana Arcelia kan?
Hana kaget membaca namanya sendiri di pesan yang dikirim orang tak dikenal itu. Apa jangan-jangan orang iseng?
Bukan, lo salah sambung |
Xxxxxx
| Gitu ya? Tante Bitna ngerjain gue?
Apa ini? Sekarang dia tau nama Mamanya? Stalker?
Daripada membalasnya, Hana langsung menekan tombol blokir. Dia menghela napas jengah, semoga orang itu mendapat karmanya karena telah membuatnya takut.
Dadanya sudah berhenti meneteskan air, dia menatap dua botol yang diisi penuh oleh asinya. Itu mau dia kemanakan? Berpikirnya nanti saja. Segera dia menyimpan pompa asi dan dua botol asi itu ke dalam laci, lantas bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri, membuang segala pikiran berat yang melayang-layang dalam benak.
Tak sampai sepuluh menit dia sudah selesai, mengenakan piyama hitam dengan handuk yang melilit di kepala.
“Sayang, makan malem udah siap!” teriak Bitna dari lantai bawah.
Setelah mengeringkan rambut menggunakan hair dryer, Hana berniat keluar dari kamar, namun ponselnya kembali berbunyi.
Nomor tak dikenal lagi.
Xxxxxx
| Jangan blokir
| Gue calon suami lo
“Apaan, sih.” Kening Hana berkerut tak suka. Orang iseng bisa berbuat kurang ajar juga.
Baru saja Hana ingin menekan tombol blokir lagi, pesan berikutnya membuat napasnya tertahan dengan pupil membesar.
Xxxxxx
| Lo belum punya anak, terus kenapa itu bisa keluar?
°°°

หนังสือแสดงความคิดเห็น (208)

  • avatar
    Herman

    memang terbaik

    7d

      0
  • avatar
    PaysaIbrahim

    mantap

    12d

      0
  • avatar
    MuchayyaKinasti

    bagus banget ceritanya

    23/08

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด