logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

[2] Letta

"Letta capek!" teriak Letta mengusap keningnya yang bercucuran air keringat. Ivan, Fathan, dan Ojan menatap prihatin ke arah Letta yang tampak letih. Padahal, 'kan dia gak salah, kenapa dia ikut dihukum?
"Letta istirahat aja dulu." ujar Ojan. Letta menggeleng.
"Nanti Letta kena marah gimana?" tanya Letta.
"Kalau Letta kena marah, nanti kita yang tanggung jawab. Udah sana gih." ujar Ivan menunjuk ke arah bangku panjang yang ada di bawah sebuah pohon rindang.
"Kita? Lo aja kali." komentar Moses masih terus hormat ke tiang bendera. Ivan, Ojan, dan Fathan memandang tajam ke arah Moses.
Secara kan, Letta itu disenangi semua orang.
Letta segera memenuhi permintaan teman-temannya untuk duduk di bangku panjang itu. Setelah duduk di bangku tersebut, ia segera mengipaskan tangannya untuk menghilangkan sedikit penat dan sedikit mengobati panas terik matahari yang membakar kulit.
Ivan, Fathan, dan Ojan hanya tersenyum senang sambil saling pandang menaik-turunkan alisnya dan memandangi bidadari yang tengah mengipas wajahnya dengan telapak tangan dan jemari-jemari lentiknya tersebut. Apalagi kaki Letta disilangkan, pahanya keliatan itu, uh.
Dasar abang-abang mesum.
"Bagus. Besok ulang lagi, ya!" teriak Pak Rudi saat melewati jajaran mereka yang kini masih hormat ke tiang bendera. Spontan, Ivan, Ojan, dan Fathan segera menaikkan tangannya untuk hormat ke tiang bendera.
"Ya, Pak!" teriak Moses, Ojan, Fathan, dan Ivan bersamaan.
"Heh, kok lo bilang iya, sih?" bisik Tari. Sedangkan Pak Rudi kini sudah panas dingin.
"Kalau aja gaya hidup murid masih kayak dulu, udah saya gorok kalian satu persatu!" ujar Pak Rudi sambil mencubit perut mereka satu persatu.
Setelah adegan cubit-mencubit itu, Pak Rudi segera berjalan meninggalkan mereka.
"Heh, kok lo gak dicubit sih?" tanya Ojan sambil menggerutu ke arah Tari. Tari hanya tertawa ria sambil memeletkan lidahnya ke arah empat lelaki malang itu.
"Ya nggak dong, ntar bukan perut yang dicubit." bisik Ivan cekikikan membuat tiga orang lagi ikut cekikikan.
Tari hanya melihat empat orang tersebut dengan tatapan heran.

[ 19.38 WIB ]
"KEEEYYYYY!" teriakan Moses membahana. Mama dan papa yang sedang masak bersama di dapur pun ikut keluar dari dapur, untuk melihat apa yang terjadi.
"Abang kenapa?" teriak Mama ke arah Moses yang kini sedang menaiki anak tangga satu persatu dengan amarah menggebu-gebu.
"Ini, Ma. Masa dia jadian lagi sama cowok yang namanya Alwan?!" jawab Moses menunjukkan sesuatu di handphone-nya ke arah mama yang jauh darinya.
"Loh, kenapa emang?" tanya Papa sembari masih sibuk mengaduk adonan yang ada di mangkuk pegangannya.
"Alwan itu playboy paling gila di sekolah, Pa! Ih, masa Papa santai banget, sih?!" ujar Moses dengan emosi yang masih menguap.
"Lah, Abang sendiri gak sadar, ya?" kekeh Mama sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Moses menelan ludah.
"Tapi kan Ma, Alwan itu jelek!" kata Moses tak tanggung-tanggung.
BRAKK!
"Siapa bilang Alwan jelek? Malahan Alwan lebih ganteng ya, dari Abang!" ucap Keyla saat keluar dari kamar dengan boneka Doraemon yang di pelukannya.
Moses yang masih berdiri di anak tangga hanya melongo.
"Kamu bilang Abang jelek? Ya Allah, buka matamu, Dek! Alwan jelek begitu dibilang ganteng, emang udah kena pelet kamu, ya!" sahut Moses berusaha menyadarkan Keyla yang tampak berputar-putar dalam tipu daya orang bernama Alwan itu.
"Abang apaan, sih? Jangan ikut campur urusan Adek, ah!" bentak Keyla melempar abangnya dengan boneka Doraemon yang dipegangnya sedari tadi.
"Meleset!" kekeh Moses berlari menuruni anak tangga. Keyla mengejarnya.
"Mamaaa, tolong Abang, Maa!" teriak Moses berlindung di balik mamanya, sehingga membuat sang mama berputar-putar seperti sebuah gasing.
"Abang siniii, biar Adek gorok!" pekik Keyla berusaha menarik abangnya dari belakang punggung mamanya itu. Sungguh, ibu dari dua anak ini sudah pusing diputar-putar seperti gasing dari tadi. Nasib punya anak-anak gak waras, ckck.
"Eitt, ssst udah udah." kata Papa menengahi mereka berdua.
Jakun di leher Moses tampak naik-turun menelan ludah. Adeknya ini memang berubah menjadi Ultraman Neos kalau udah marah begini.
"Ah iya Abang, udah antar buku-buku resep tadi ke rumah—
"Astagfirullah, Abang lupa, Ma." ucap Moses memotong ucapan mama sambil menepuk jidatnya.
"Heh, kan." ujar Mama mencubit perut Moses.
Moses meringis sakit, "Aduduuuh Ma, sakit perut Abang," rintih Moses bergeser sedikit menjauhi mama. "Yaudah, sekarang Abang antarin." lanjut Moses memegangi perutnya yang terasa pedih akibat cubitan mama.
"Gitu, dong. Yaudah, gih." ucap Mama mengelus-elus rambut Moses, yang faktanya, anak lelakinya itu memang lebih tinggi dari tubuhnya.
"Tapi Ma, ini kan malem minggu. Jalanan rame, dong?" kata Moses menepuk jidatnya.
"Yaelah, liat alamatnya baik-baik, rumah Tante Clarissa deket-deket sini kok, masih sekitar kompleks ini juga. Lagian, kalau misalnya emang jauh, kenapa? Abang kan bisa sekalian aja malam mingguan di luar bareng Ojan, Ivan, Fathan. Papa suka heran deh sama kalian berdua." ucap Papa melepas celemek-nya sambil menghempaskan tubuh ke sofa yang di ruang santai. Ruang santai memang dekat dengan dapur dan meja makan.
"Heran kenapa, Pa?" tanya Keyla ikut duduk di bagian sofa yang menganggur.
"Biasanya anak SMA itu pantang dikasih malem minggu langsung keluar rumah, foya-foya bareng temen-temennya. Ini kenapa malah pada betah di rumah?" tanya Papa sambil menyalakan TV. Mama mengangguk untuk menimpali ucapan papa.
Moses pada malam Minggu biasanya hanya berdiam diri di kamar sambil bermain game di komputer.
Keyla pada malam Minggu biasanya hanya berdiam diri di kamar sambil teleponan sama cowoknya, atau mungkin nonton drakor.
Atau kalau mereka berdua sedang akur, mereka bakal buat party gila-gilaan di kamar dengan musik segede orgen, ber-disco katanya.
"Tapi, harusnya bersyukur dong, punya anak yang jinak di rumah." kekeh Mama sambil menaik-turunkan alisnya ke arah dua anaknya.
"Ya kali jinak, Ma. Hewan apa ya?" celetuk Moses mendapat kekehan dari Papa.
Tok tok tok.
Semuanya saling pandang. Siapa yang bertamu malam-malam begini? Di malam Minggu lagi. Jones kali ya, bertamu ke rumah orang pas malam Minggu. Atau mungkin, tiga anak buah Moses itu yang sengaja dateng kesini malam-malam? Au ah gelap.
"Mbok!" teriakan Mama membahana ke seluruh sudut ruangan.
"Saya, Nya!" balas si Mbok sambil berlari menuju asal suara yang memanggilnya. Badannya yang gempal dan rambutnya yang dicepol memang membuatnya seperti seorang asisten rumah tangga tulen.
"Coba liat siapa yang dateng. Kalau anak buah bapak yang dateng, bilang aja bapak lagi keluar," ujar Mama membuat Papa, Moses, dan Keyla menahan tawa.
Mama memang paling sebel kalau partner kerja papa yang datang ke rumah malam-malam. Baginya, itu mengganggu dan mengusik waktu bersama keluarganya saja.
"Iya, Nya," ujar si Mbok lalu berjalan menuju pintu depan.
"Nyari siapa ya, Buk?" suara si Mbok dapat terdengar samar-samar dari sini. Mama hanya dapat menguping dari sini, takut yang datang beneran partner kerja Papa. Eh, tapi, kok si Mbok bilangnya barusan Buk? Ibuk? Cewek, ya? Anak buah Papa 'kan, semuanya cowok.
"Pa," panggil Mama dengan tatapan mematikan yang siap untuk mencekik papa. Sedangkan papa sendiri, hanya kebingungan melihat sikap mama yang aneh begini.
"Mama kenapa, sih? Ih, suer kayak vampir," desis Keyla bergidik. Astaga, ngucap, Dek. Emak sendiri dikatain vampir, ckck.
"Papa punya partner perempuan?" tanya Mama. Papa menggeleng.
"Kenapa?" tanya Papa dengan polosnya.
"Nya, ada tamu Nyonya di luar." ujar si Mbok menengahi pembicaraan mereka. Mama mengernyitkan dahinya.
"Tamu saya? Siapa, Mbok?" tanya Mama.
"Eh itu... katanya namanya Bu Clarissa."
Clarissa? Moses mengernyitkan dahinya. Bukannya beberapa menit yang lalu, Mama memintanya untuk pergi keluar menuju rumahnya Tante Clarissa? Lalu, sekarang dia ada di sini? Bagus dong, berarti Moses gak jadi pergi ke sana.
"Eh, iya, makasih ya, Mbok." kata Mama lalu segera meraih buku-buku resep makanan yang ada di atas TV lalu berlari kecil menuju ruang tamu di depan. "Eh, Abang, sini, ikut Mama."
Moses yang baru saja ingin berjalan ke kamar, langsung menghentikan langkahnya. Ngapain dia harus ikut ke ruang tamu dengan mama?
Moses menunjuk dirinya, dan mama mengangguk. Dengan wajah bego, Moses berjalan mengikuti mama menuju ruang tamu.
"Eh, Sa. Bareng anak gadis, ya? Ih, cantiknya..." celetuk Mama seraya mencubit pipi anak perempuan Clarissa dengan gemas. Moses yang awalnya sedang sibuk dengan urusannya sendiri seperti membetulkan letak jam tangan lah, membetulkan rambutnya yang berantakan lah, akhirnya menjatuhkan pandangannya ke arah Clarissa dan anak gadisnya.
Moses membelalakkan matanya.
Letta?!
"Letta?" gumam Moses, namun masih bisa didengar oleh orang-orang yang ada di sekitarnya di sini. Clarissa yang mendengar Moses menyebutkan nama anaknya tersebut, tersenyum manis.
"Kalian udah saling kenal, ya?" tanya Clarissa seraya menjatuhkan pandangannya ke wajah Letta, anak gadis yang di sampingnya. Letta mengangguk pelan dengan lugu-lugunya yang rada gimana gitu.
Lugu-lugu yang minta ditabok.
"Ohya, nih buku-buku resep masakanmu, Sa. Duh, tadi si sulung disuruh anterin, tapi dianya malah lupa, padahal Letta satu sekolah ya, ternyata sama dia." kekeh Mama Ratna sembari menyodorkan sekitar lima buah buku-buku resep makanan. Mulai dari resep kue kering, berbagai resep kolak, berbagai resep steak, dll.
"Ralat, satu kelas tante." timpal Letta seraya mengangkat tangannya sedikit. Moses yang mendengar itu, hanya menatap sinis ke arah Letta yang tampak seperti menambah kesalahannya di mata mamanya saja.
"Jadi, apa kalian tau, kenapa kalian berdua disuruh ikut ke sini?" tanya Clarissa dengan suaranya yang lembut. Moses dan Letta menggelengkan kepalanya.
"Soalnya.." Mama menggantungkan ucapannya. Moses dan Letta memandang dengan tatapan penasaran ke arah Mama Ratna.
"Kalian harus pacaran selama empat tahun ke depan."
"HAH?"

หนังสือแสดงความคิดเห็น (95)

  • avatar
    AfaniSitimudzalifah

    sangat bagus ceritanya dan alurnya susah di tebak

    31/07

      0
  • avatar
    Kelas CKarmila

    bgus

    07/08/2023

      0
  • avatar
    prvt_araa

    best gila

    06/08/2023

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด