logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 6 Pasutri Kocak

"Baru tau gue kalo lo punya sepupu cantik gini, Vin," mata Wulan melotot menatap Valen yang kini cengengesan.
"Gue juga," balas Gavin santai, mereka kini sedang berada diruang tengah, berbincang santai sambil menonton TV.
"Aku juga gak tau kalo punya sepupu aneh kayak dia, aku ketemu Bibi aja terakhir kali pas usia enam tahun," ucap Aileen sambil mengunyah cemilan dengan lahap.
"Lo hati-hati sama dia, Ay, dia suka nerkam asal," ujar Valen melirik Gavin yang merebahkan tubuhnya di sofa panjang.
"Gue gak nerkam sepupu, tenang aja," balas Gavin dengan mata tetap fokus kearah TV.
"Emang Aileen sepupu-"
"Qinan, ambilin bantal, gue haus," ucapan Valen terpotong saat Gavin dengan cepat melontarkan kata-kata abstrak.
"Tuh kan, aneh banget jadi cowok!" ketus Aileen namun tetap berdiri.
"Jaga omongan lo," Valen cengar-cengir kuda disamping Wulan, tidak menghiraukan tatapan membunuh dari Gavin.
"Ay benar, kalian aneh!" tutur Wulan berdiri menyusul Aileen sambil menggendong tubuh bayi mungil.
"Ay, ini buat apa?" tanya Wulan heran saat melihat Aileen menenteng bantal dan gelas.
"Buat Gavin," balas Aileen santai melewati Wulan yang kini melongo ditempatnya berdiri.
"Gue tunggu dikamar Gavin, ada yang mau gue ceritain," ujar Wulan sedikit berteriak.
"Iya."
"Hahaha, Aileen lemotnya natural belom terkontaminasi!" dari kamar, Wulan dapat mendengar suara tawa Valen yang terlalu heboh.
"DIEM GAK!" hening, Wulan memijat pangkal hidungnya dan segera beranjak dari kasur setelah meletakkan tubuh bayi yang sedari tadi ia gendong.
"Ay kita di kamar aja, yuk," ajak Wulan membuat Aileen sedikit tenang, sedangkan Valen dan Gavin kini diam membisu.
"Untung ganteng!" desis Aileen menyorot Valen dengan kaki yang terus mengayun langkah mengikuti Wulan.
"Kamu mau cerita apa, Lan?" tanya Aileen begitu tiba didalam kamar, keduanya duduk saling berhadapan diatas kasur milik Gavin.
"Gue sama Valen udah nikah sejak dua tahun lalu." mata Aileen membola mendengar ucapan Wulan.
"Kamu gak pernah cerita-"
"Ay, gue udah sering ngasih tau tapi gak secara langsung, lo sering pake Hp gue tapi gak terusik sama wallpaper gue," Wulan menghidupkan ponselnya, memperlihatkan foto yang tertera dilayar benda pipih itu, foto Wulan dan Valen bersama bayi yang kini tertidur pulas disamping mereka. "Niken, anak gue sama Valen, usianya dua tahun enam bulan, gue udah ngandung Niken baru nikah sama bajingan itu," lanjut Wulan.
"Gue pacaran sama Valen dari kelas satu SMA, nikah setelah lulus sekolah, dia seumuran sama Gavin, satu tahun lebih tua dari gue berarti tiga tahun lebih tua dari lo, Valen jadi manager di hotel Papinya, sekarang kita tinggal di greenplace residance." jelas Wulan.
"Nikensa Zedrak, nama anak kamu?" tanya Aileen, Wulan mengerutkan kening bingung. "Aku baca tato tulisan ditangan Valen," lanjut Aileen membuat Wulan manggut-manggut.
"Gue gak ngerahasiain ini di kampus, tapi males aja buat cerita," ucap Wulan merebahkan tubuhnya.
"Emang kalian gak kesulitan? Maksud aku, kalian kemana-mana harus ngurus Niken," tanya Aileen.
"Valen anak tunggal, siapa lagi yang bakal jadi penerus Papinya? Gue gak bisa ngelepas impian gue buat jadi pengacara karena ini, tapi gue udah ngebahas semua sama keluarga kita dan mereka setuju, Niken juga kadang dijaga orang tua Valen kadang sama orang tua gue." Aileen mendengar penjelasan sahabatnya dengan seksama.
"Kamu bahagia?" Wulan menatap nanar kearah Aileen, berusaha membendung air matanya. Selama ini tidak pernah yang menanyakan pertanyaan itu padanya, hanya Aileen.
"Iya, sangat bahagia," Aileen langsung memeluk sayang tubuh Wulan.
"Semoga rumah tangga kalian selalu harmonis, ya,"
"Amin."
Wulan merasa jadi orang paling beruntung, dia berpikir berulang kali niatnya tadi untuk menceritakan semua pada Aileen, takut sahabatnya itu membencinya.
*****
"Ay, pak Erlan ngirim pesan," Wulan menyerahkan ponsel Aileen yang ia gunakan untuk mengerjakan tugas.
"Isinya apa?" tanya Aileen dengan mulut yang terus mengunyah sandwich buatan Valen.
"Dia ngajak kamu ketemuan, di cafe deket kampus," mata Aileen membola dengan pipi mengembang.
"A-aku gak bawa baju, gimana dong?" Aileen terlihat sedikit gusar.
"Pake baju gue aja," Valen, Wulan, dan Aileen menoleh ke pintu kamar, disana Gavin berdiri hanya mengenakan handuk sambil mengeringkan rambutnya yang basah.
"GAVIN! DASAR MESUM!" Gavin menatap heran Aileen yang menenggelamkan wajah dipelukan Wulan. "Pake baju dulu baru keluar, sialan!" rahang Gavin jatuh kebawah mendengar ucapan Aileen.
"Mending lo pake baju sana, Aileen kayaknya takut diterkam sama lo," tutur Valen yang sedari tadi menjadi suami ternistakan, Wulan terlalu sibuk dengan tugas.
"Qinan, gue nawarin baju bukan ranjang!" desis Gavin sebelum pintu tertutup sempurna.
Sekitar sepuluh menit berlalu, Gavin keluar dengan celana training dan kaos oblong berwarna hitam.
"Coba dulu sana, celana itu kecil di gue, hoodie yang itu juga bisa dipake cewek," ucap Gavin membuat Aileen langsung berdiri, celana training hitam yang sama dengan yang dipakai Gavin dan hoodie putih oversize.
"Ay, lo yakin mau kesana? Jauh loh, butuh sejam pake motor baru sampe, disini juga susah angkot," Wulan khawatir, masalahnya ini sudah hampir malam.
"Emang gak dijemput?" tanya Valen heran, sewaktu berpacaran dengan Wulan, jika ada rencana untuk jalan-jalan, dia selalu menjemput Wulan sampai didepan pintu kamar, catat, pintu kamar.
"Enggak, gue bisa pesan taxi online kok," jawab Aileen santai, tampilannya kini terlihat sedikit aneh, tubuhnya tenggelam dalam balutan pakaian yang sedikit kebesaran ditubuhnya.
"Suruh dia kesini aja," timpal Gavin sambil bermain rubik.
"Asal aja kalo ngomong, apa kata pak Erlan nanti kalo ngeliat kita pasang-pasangan gini diapartemen," balas Aileen sinis.
"Gue sama Valen mau keluar bentar, kalian bisa ketemuan disini, jangan keluar atau gue aduin lo," ancam Gavin segera meraih kunci mobil dan berlalu.
"Terus Niken?" tanya Aileen dan Wulan bersamaan.
"Len, bawa anak lo," titah Gavin diambang pintu.
"Beby bentar, ya," Valen mengambil alih tubuh mungil Niken yang sedari tadi tertidur, mencium pipi Wulan dan langsung menyusul Gavin.
"Telpon pak Erlan gih, gue beresin ini dulu," titah Wulan memindahkan barang-barang Gavin kedalam kamar.
"Lan, aku udah cantik gak?" Wulan menghembuskan napas panjang melihat wajah Aileen, tidak dipoles saja gadis itu sudah sangat cantik, mau di percantik bagaimana lagi coba?
"Cantik kok, gue aja cewek demen apalagi cowok," balas Wulan terlalu jujur.
"Halo?" sapa Aileen begitu sambungan terhubung. "Pak, Aileen gak diizinin Gavin kesana, soalnya jauh banget, bapak kesini aja giamana? Lokasinya-"
"Kirim lokasinya, saya segera kesana," potong Erlan langsung mematikan sambungan teleponnya.
"Arghh, suara calon suami aku merdu banget gila!" Aileen menjerit kesetanan sambil berguling diatas kasur membuat Wulan terheran-heran.
"Bener kata Valen, lo tololnya naturan belum terkontaminasi," ujar Wulan, susah-susah Gavin dan Valen keluar, Aileen malah memperjelas situasi mereka, mau bagaimana lagi? Dosa juga menyuruh Aileen berbohong, yang terpenting, dosen muda itu tidak mendapati mereka bersama laki-laki ditempat ini.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (50)

  • avatar
    9235Strawberry

    best

    2h

      0
  • avatar
    Ferry Kurni Awan

    oke baik

    22d

      0
  • avatar
    AinulSiti

    i like it

    16/08

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด