logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Frekuensi yang Hilang (Bab 6)

Peristiwa yang dimaksud adalah demo tentang pemaksaan agar stasiun radio itu ditutup. Sebab acara horror yang mereka buat justru memakan korban yaitu para pendengarnya. Si Pemilik angkringan juga sering melihat kejanggalan seperti masih ada orang didalam ruko itu. 
"Padahal sudah dikunci lho, mas! Tapi saya beberapa kali denger ada suara berisik didalam. Ya, saya kan tahu masih ada orang didalam apa nggak."
"Bapaknya nggak salah lihat kan?"
"Nggak mas! Wong saya sering ngambil air dari keran depan radio Gardan. Kelihatan lah kalau sudah kosong sama masih ada orangnya. Itu juga nggak ditutup pakai rolling door. Kadang saya intip lewat kaca buremnya itu."
"Terus bapak pernah lihat sesuatu?"
"Ya kayak masih ada orangnya gitu, mas!"
Asik saja Irul meladeni cerita dari pemilik angkringan. Dayun yang penasaran mencoba mendekati stasiun radio itu. Sementara Irul dan si pemilik angkringan tak sadar bila ada salah satu orang disini yang pergi diam-diam. Saat telapak tangan Dayun menyentuh pintu, terasa ada energi buruk yang melingkupi tempat itu. Segera ia lepas karena rasanya seperti tersetrum kecil. 
"Ada yang tak beres didalam sini. Tapi apa ya?"
"Jangan campuri urusan kami!"
Suara itu membuat Dayun mundur beberapa langkah. Dia merasakan hawa buruk seolah menusuk jantungnya. Pertanda kalau kehadirannya tak diinginkan. Seharusnya diaktifkan dulu shield atau pelindung dirinya sebelum mendekat kemari.
"Mas Dayun ngapain disana woiiii!"
Teriakan Irul membuatnya kembali ke angkringan. Dia duduk dengan tangan yang masih gemetar. Tubuhnya belum siap menerima hantaman energi buruk yang terpancar dari sana.
"Masnya lihat penampakan atau gimana? Sampai tangannya gemetar gitu."
"Nggak apa-apa, pak! Saya cuma merasakan ada sesuatu yang aneh. Tapi maaf nggak bisa 
dijelaskan disini!"
Makin penasaran saja Irul dibuatnya kalau sudah begini. Setelah pulang lagi ke tempat cucian motor, laki-laki itu ingin tahu apa yang terjadi pada teman semasa sekolahnya dulu.
"Tolong cerita mas sama aku. Tadi Mas Dayun kenapa sampai gemetaran begitu?"
"Energi negatifnya besar juga, Rul! Eh, ini udah jam berapa?"
"Jam dua belas malam, mas."
"Berarti program Cerita Horror Tengah Malam ada kan?"
"Ini hari apa dulu, mas?"
"Selasa. Memangnya nggak setiap hari ya?"
"Kalau selasa ada tuh acaranya mas! Coba nyalakan radionya dulu."
Dayun bergegas masuk ke dalam dan menyalakan radionya. Memang sempat terdengar Gending Jawa sebagai musik intronya. Barulah ada suara Rita Mintarsih menyapa para pendengarnya. 
"Selamat malam semuanya. Kembali lagi bersama Rita Mintarsih dalam acara Cerita Horror Tengah Malam. Seperti biasa nanti Rita bacakan cerita horror, kiriman para pendengar yang sudah masuk ke akun media sosial Radio Gardan ya!"
Seketika jantung Dayun sudah berdegup kencang. Dalam batinnya muncul peringatan untuk segera mematikan radionya. Tangannya sudah menyentuh tombol power. Tapi dicegah oleh Irul. 
"Dengerin dulu mas sampai selesai!"
"Rul, kamu tadi tahu sendiri. Stasiun radionya sudah tutup. Mana mungkin ada siaran 
yang...."
"Untuk sekedar informasi, siaran ini tidak dilakukan secara resmi ya. Tetapi kami 
bekerjasama dengan radio Gardan untuk memakai frekuensinya."
Makin curiga saja Dayun mendengar itu. Sebab menggunakan frekuensi radio lain tidak bisa dilakukan sembarangan. Apalagi bila stasiun radio itu sudah terdaftar resmi. Jelas itu bisa dilaporkan karena dianggap tindakan ilegal.
"Baiklah, cerita pertama kita datang dari...."
Segera Dayun mematikan radionya. Dia makin tak kuat menahan sesuatu yang berusaha menekannya di bagian dada. Seperti orang tertindih. Dugaan dia berasal dari program cerita horror tadi. 
Tapi Irul malah menyalakannya lagi. Terdengar suara Rita yang sedang membacakan cerita horror kiriman pendengar.
"Rul, kok malah dinyalakan lagi?"
"Bagus kok mas acaranya! Jangan dimatikan ya! Ini...bagus...bagus...."
"Rul, hei sadar dong! Aduh, Iki ngopo meneh sih?"
Tahu kalau Irul dalam kondisi tak biasanya. Ia seperti dikendalikan oleh sesuatu. Segera Dayun ambil bantal dari kamarnya. Lalu dihantamkan keras ke muka temannya itu hingga terjatuh ke lantai dan sadar lagi. 
"Eh, mas aku kenapa ya?"
"Kamu itu kayak orang habis kena hipnotis aja! Untung sadar tak tepok pake bantal."
"Duh, jahatnya Mas Dayun ini nepok pake bantal."
"Jadi mau pakai ini?"
"Aduh, jangan mas! Iya, wes bener pake bantal wae!"
Irul langsung minta ampun saat Dayun angkat sandalnya. Berasa lebih pedes kena tepokan sandal temannya itu daripada bantal tadi. 
"Akibat orang itu terlalu ingin tahu. Dia jadi diburu sama penunggu di...."
"Eh, aneh sekali! Kenapa radio ini tidak mau mati ya?"
"Ruko kosong tadi lalu dia ditemukan tak sadarkan diri oleh warga. Hm...jadi berdasarkan cerita tadi. Rita cuma bisa simpulkan ya kalau kita jangan coba cari tahu apa yang bukan 
urusan kita."
"Ayo, mati dong radionya!"
"Rita belum selesai ceritanya. Jadi jangan pindah apalagi matikan radionya ya!"
"Mas radio mu kok jadi aneh nggak mau mati? Padahal sudah dicabut colokan listriknya!"
"Siaran ini tidak berpengaruh sama listrik ya. Tetap akan mengudara sekalipun ada yang 
berusaha menghentikannya."
"Irul, ini nggak beres! Cepet kamu lari, Rul!"
"T-tapi nanti Mas Dayun...."
"Wes penting awakmu slamet sek! Aku mbok pikir keri wae!"
Irul kasihan melihat Dayun yang nampaknya sudah berbeda. Tapi dia percaya dengan kata-kata temannya itu. Laki-laki ini akhirnya berlari pulang ke rumahnya. Sementara Dayun masih bertahan disini. Tekanan energi negatif masih terus saja ada hingga terpaksa dia panggil salah satu khodam dari kain ikat kepalanya.
"Keluarlah...ugh...Jatayu!"
Seketika kain ikat kepalanya itu bercahaya dan mengeluarkan siluet burung hitam yang teramat besarnya. Ukurannya pun mulai menyesuaikan dalam ruangan ini dan terbang mengarah ke radio milik Dayun. Tapi menembus begitu saja hingga terdengar teriakan Rita sang penyiar. Barulah disusul dengan dipanggilnya sosok ksatria dari corak huruf Ha. 
"Aaa...jangan lakukan ini lagi!"
Suara Rita jadi berbeda. Terdengar dia begitu kacau usai radio milik Dayun ditabrak oleh burung gaib bernama Jatayu itu. Sementara ksatria tadi langsung diberi perintah oleh Dayun sambil ditunjuknya radio itu.
"Lawan apapun nanti yang keluar dari benda itu."
"Baik, Mas Dayun!"
Namun tak terdengar lagi suara dari radio itu. Bahkan makhluk lain yang dirasa akan menuju ke tempat ini pun tidak ada tanda-tandanya. Suasana kembali sepi. 
"Sepertinya tidak ada yang menuju kemari, Mas Dayun."
"Kembalilah!"
Ksatria tadi berubah menjadi Aksara Jawa "Ha" yang bercahaya. Baru dia kembali ke dalam kain ikat kepala milik Dayun. Laki-laki ini menetralisir energi dalam tempat tinggalnya. 
"Pantas kalau tidak ada dukun ataupun paranormal yang mampu. Energi negatifnya begitu besar!"
Dari sini Dayun bisa menyimpulkan kalau masalahnya tidak semudah yang dikira. Tetapi dia mulai mencoba mencari tahu, siapa Rita Mintarsih yang asli. Rasanya ini semua ada hubungannya dengan penyiar senior di radio Gardan itu.
***

หนังสือแสดงความคิดเห็น (159)

  • avatar
    KupilApai

    mantap

    15d

      0
  • avatar
    rhdiono

    bagus si tapi coba pindah in video 😄

    16d

      0
  • avatar
    Mexla

    cerita yang bagus Dan seronok sekali

    29d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด