logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Part 3

Setelah sarapan dan minum obat aku kembali ke kamar.
Drttt Drttt Drttt
Aku mengambil gawaiku dari atas meja rias, disana tertara nama Bunda. Aku duduk di ranjang ku seraya mengangkat telepon dari bunda.
"Hallo, Assalamualaikum Bunda."
"Waalaikumsalam, Diajeng Kamu udah pulang Nak."
"Sudah Bunda,"
"Sama Bagas 'kan?"
Aku menunduk sedih mendengar pertanyaan Bunda tapi aku tidak mungkin berbohong kepada Bunda.
"Diajeng?"
"Iya, Bunda. Aku pulang sendiri bunda naik taksi tadi katanya Mas Bagas ada kerjaan di kantor, jadi dia pulang lebih lebih dulu untuk berangkat ke kantor."
"Keterlaluan itu anak," ucap Bunda dengan pelan.
"Kenapa bunda?"
"Nggak papa sayang ya udah ya Bunda tutup dulu assalamualaikum," ucap Bunda mengakhiri teleponnya.
"Waalaikumsalam."
Aku menghela napas, sebenarnya ada apa dengan kamu Mas Kenapa kamu tega mau menikah lagi? Apa kamu benar-benar mau menikahi wanita itu atau yang kemarin aku lihat hanya khayalan saja. Aku berharap, aku sangat berharap jika yang terjadi yang aku lihat yang dan yang aku dengar kemarin itu hanya khayalan ku saja bukan kenyataan.
Selama ini aku berusaha menjalankan tugasku sebagai istri dengan baik, memberikan segenap hatiku untuk melayaninya, lalu apa kurangnya aku hingga dia tega sekali melakukan ini padaku?
Saat hari semakin siang aku memutuskan untuk keluar rumah, berdiam diri di rumah membuatku bosan. Aku pergi ke salah satu toko buku untuk membeli novel keluaran terbaru dari penulis favoritku.
Aku tipikal wanita pendiam dan kutu buku, sejak sekolah aku memang suka menghabiskan waktuku dengan membaca buku atau novel. Aku adalah pengajar di sebuah lembaga pendidikan anak usia dini atau (PAUD). Aku bekerja dari hari Senin sampai Jumat itu pun juga hanya setengah hari, Jadi aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bergulat dengan novel-novel ku juga berusaha menjadi istri yang baik untuk suamiku.
"Diajeng," setelah selesai memilih novel yang akan aku beli, dikasih tiba-tiba saja ada orang yang memanggilku. Aku menoleh untuk melihat siapa yang memanggilku.
"Donda," ucapku saat melihatnya. Donda sahabat terbaikku dia kelahiran Batak, namun dia sudah merantau di kota Jakarta sejak Kak kuliah ah ah dulu sampai sekarang dia masih menetap di Jakarta karena memiliki usaha toko kue disini, Donda juga punya kekasih orang sini jadi Anda memilih tinggal menetap di sini tidak mau pulang ke kampungnya.
"Beli novel?" tanya Donda.
"Iya," ucapku.
"Habis ini mau kemana?"
"Nggak mau kemana-mana sih mau pulang aja,"
"Mampir dulu ke coffee shop yuk. Kalau nggak nggak ada yang penting sih Di rumah kamu,"
"Boleh," aku mengangguk menyetujui ajakan Donda.
"Tapi aku bayar ini dulu ya," lanjut ku.
"Sip Aku tunggu di depan, ya." Aku mengangguk dan segera membayar novel yang ingin aku beli.
Aku dan Dona pergi ke coffee shop untuk cerita dan menggibah ria begitulah ketika teman bertemu pasti kita akan bercerita kesana kemari sudah menjadi hal yang umum bukan?
Aku memesan copycino latte begitupun juga dengan Donda, awalnya kita memang bercerita biasa saja membicarakan tentang perkembangan usaha dan mudah juga keseruan ku mengajar di sekolah.
"Diajeng."
"Iya."
"Gua mau ngomong, gue hmm … mau ngomongin itu …."
"Mau ngomongin apa sih Don, kalau mau ngomong, ngomong aja, jangan ragu-ragu gitu Napa."
Donda terlihat ragu berbicara kepadaku dan hal itu sukses membuatku semakin penasaran dengan apa yang ingin dia katakan.
Aku mau pegang tangannya, untuk menetralkan supaya dia lebih tenang dan mau mengatakannya apa yang ingin dia katakan.
"Tadi gue lihat laki lo jalan sama cewek, Jeng."
Aku menghela nafas panjang dan berdalih kepada Donda "mungkin itu sekretarisnya, Da," ucapku seraya menundukkan kepala tanpa mau melihat mata danda.
"Diajeng … kenapa lo nunduk gitu pas Lo bilang kalau itu sekretarisnya," ucap Donda curiga. Aku terkesiap dan langsung menatap wajah Donda dan bersikap seolah aku biasa saja.
"Enggak apa-apa, Da. Itu memang sekretarisnya suami gue," Donda menatapku lekat seperti mengintimidasi seorang tawanan oleh polisi.
"Beneran?"
"Iya, Dinda sayang," ucapku menggodanya.
"Ih, geli." Donda mengangkat kedua bahunya, merinding.
Hahaha, aku tertawa melihatnya. Donda memang sahabat yang respek, care. Terkadang dia selalu tahu apa yang aku rasakan lihat aja sekarang di saat aku tertawa justru dia malah menatapku lekat. Aku yakin dia saat ini sedang menaruh curiga kepadaku jika aku tidak mau cerita kepadanya.
"Kalau ada masalah apapun lo cerita sama gue, Ya. Siapa tahu gue bisa cariin bantu cari solusi buat kelarin masalah Lo, kalau kamu cerita sama gue," saya balik memegang tanganku
"Iya gue pasti cerita kok sama lo kalau gue kenapa-napa," ucapku melakukannya dengan senyuman.
Setelah hari semakin sore aku memutuskan pulang, Aku diantar pulang oleh Donda karena kosan Donda juga searah dengan rumahku. Donda adalah janda mudah ditinggal suaminya Belum lama ini masih sekitar 6 bulan yang lalu, Donda juga baru menikah sekitar 1 tahun yang lalu tapi kecelakaan yang sangat parah waktu itu merenggut nyawa suaminya. Suami donda mengemudi dalam kecepatan yang sangat tinggi hingga menabrak trotoar jalan.
Setelah turun dari motor Donda di depan grup bang rumahku Aku mengucapkan terima kasih padanya. "Makasih ya Don."
"Iya, sama-sama gue duluan, ya. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Dona pergi dari hadapanku setelah aku menjawab salamnya.
Aku membuka gerbang, ternyata mobil Bagas sudah ada di halaman rumah. Aku segera masuk ke dalam Aku merasa sangat berdosa sekali telah meninggalkan rumah tanpa seijin Bagas, tadi saat berangkat ke toko buku aku aku lupa tidak menelepon Bagas dulu, aku terlalu kesal dengannya hingga untuk meminta izin pun aku lupa. Aku buru-buru masuk.
"Dari mana jam segini baru pulang?" Saat membuka pintu aku langsung disuguhkan pertanyaan Bagas yang duduk di ruang tamu.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (333)

  • avatar
    SajalahImah

    oke baik

    7d

      0
  • avatar
    NibosRipki

    bagus

    17d

      0
  • avatar
    WatiSera

    seru

    22d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด