logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 7 0.7

Nasib sial memang menghampiri Velia hari ini. Pasalnya, tak ada satu pun tukang ojek di pangkalan itu yang mau mengantar Velia pulang. Mereka dengan kompak mengatakan sedang menunggu para pelanggan yang hendak mengojek, bahkan tak tanggung-tanggung mereka juga sudah dibayar kontan di muka.
"Ayo dong anterin saya ke jalan Veteran." Velia terus ngotot sejak tadi. "saya bayar dua kali lipat dari tarif biasa deh."
"Sekali lagi maaf dek, sebentar lagi pelanggan kami datang. Lebih baik adek cari taksi atau angkutan umum lain yang lebih menjamin keamanan adek." ujar lelaki bertubuh gempal di atas motor matic, merasa iba dengan gadis SMA di hadapan mereka kini. Namun apa daya, uang sudah lebih dulu menyumpal mulut mereka.
"Yakin nih gak ada yang mau ngasih saya tumpangan?" tanya Velia lagi dengan kesal. Tapi tak ada jawaban yang ia dapat selain gelengan kepala dan kata maaf dari lima tukang ojek di pangkalan itu. Oke, final.
Velia tiada henti menggeram, satu kakinya masih terasa nyeri untuk ia bawa berjalan. Di jalanan sepi itu--masih berada di area sekolah, Velia memutuskan untuk rehat sejenak di pinggir trotoar menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.
Dirogohnya ponsel, Velia mengecek kembali obrolannya dengan Jefri sambil menunggu kendaraan umum lewat. Bermenit-menit Velia seperti orang hilang yang terlantar di jalanan. Dalam benaknya sempat berpikir apa mungkin semua sopir angkot atau bus sedang mogok massal, sehingga tidak ada barang satu pun yang narik di hari yang cerah bersinar ini? Pffftt.
"Yakali gue nunggu bang Jef sampe jam empat, jamuran dong gue?"
Pletak!
Tak berselang lama tiba-tiba saja Velia dikagetkan oleh sebuah batu yang menghantam tembok pembatas di belakangnya. Batu lumayan besar dan berukuran genggaman orang dewasa. Velia mengernyit melihatnya tergeletak di dekatnya terduduk.
Pletak!
"WOYY!!! ADA ANAK KARTINI!!! ABISIN DIAA!!!"
Teriakan melengking itu datang bersamaan dengan gemuruh langkah kaki yang menderu-deru. Velia seketika mendelik mendapati gerombolan laki-laki berseragam putih abu-abu berlari ke arah sekolahnya, tak luput dari senjata seperti pentungan kayu, celurit, dan juga gir motor. Beberapa terus melempari batu ke tembok sekolah hingga menimbulkan bunyi tumbukan yang keras.
"Astaga, tawuran!" Velia ketakutan menutupi kepalanya dengan tas. Di waktu yang sama murid-murid SMA Kartini bermunculan dari arah gerbang sekolah, termasuk Zendi.
"ANAK-ANAK TRISAKTI DATENG WOYY!!! SERANG MEREKAA!!!"
Dengan segenap keberanian, junior-junior SMA Kartini berlari menyerbu di barisan paling depan sambil memutar-mutar gir motor, disusul segerombol senior di belakangnya dengan tampang sangar yang siap untuk membantai lawannya.
"WOYY MAJU LO!!! GUA TEBAS LEHER LO!!!"
Melihat tawuran pelajar seperti ini bukan untuk yang pertama kali bagi Velia, tapi ini sudah sering terjadi dan penyebabnya dikarenakan saling menjelekkan nama sekolah usai pertandingan persahabatan olahraga futsal tahun kemarin.
Velia tidak ikut-ikutan, tapi namanya terseret-seret karena terlibat menjadi suporter. Mona yang sangat antusias menyanyikan yel-yel dulu. Memang, Zendi sebagai kapten tim futsal SMA Kartini mewajibkan semua murid kelas sepuluh ikut tergabung dalam suporter, dan mungkin Velia adalah suporter paling terpaksa waktu itu.
Tapi, kemenangan SMA Trisakti atas SMA Kartini di kandang sendiri dinilai curang oleh Jefri dkk selaku pemain, karena ketidak-adilan wasit dalam bertugas. Makanya terjadi perselisihan antar dua kubu sekolah itu. Entah, hanya itu yang Velia tau.
"KYAAAAA!!! SERANGG!!!"
Jantung Velia berdegup tak karuan mendapati suasana mendadak cheos, rusuh tak terkendali. Aksi saling membantai antara murid-murid SMA Kartini dan SMA Trisakti kali itu benar-benar terjadi di depan mata.
Sekujur tubuh Velia gemeteran tak tau harus berbuat apa, sementara keringat dingin terus menetes di wajahnya yang memucat, melihat salah satu murid yang tengah berkelahi di sana adalah Jefri.
"Bang Jefff!!!" Sayang, Jefri terlalu fokus menghajar lawannya sehingga tidak mendengar teriakan Velia. Di satu sisi Jefri mengira kalau Velia sudah pulang sejak tadi.
"Bang Jefriii!!!" Sekali lagi Velia mengeluarkan suara perutnya sampai napas terengah-engah. Nyatanya itu masih kalah dengan kekacuan yang terjadi di sana.
Mereka mengerang dan meraung-raung dengan kencang seperti harimau ngamuk, disela-sela beradu kekuatan dengan menggunakan senjata. Suara hantaman pentungan kayu dan berbagai tonjokan itu membuat Velia menutup telinga dan memejamkan mata takut. Velia terus menghindar saat bebatuan itu beberapa kali mengarah kepadanya.
"Awas!" Tiba-tiba suara nge-bass terdengar dan sebuah tangan langsung mendekap kepala Velia. Bersamaan dengan melayangnya sebuah batu ke arah mereka.
"Kendil!" pekik Velia dengan napas tertahan melihat pelipis Zendi sudah berdarah, karena melindunginya.
"Lo ngapain disini! Ini bahaya!" Zendi menariknya agak menjauh dari area tawuran itu. Sementara murid-murid dua sekolah itu terus bergelut tanpa ampun, dengan emosi saling menjatuhkan satu sama lain. Cat tembok pagar sekolah pun sampai terkelupas di beberapa sudut akibat terkena lemparan batu yang tiada henti, seiring jatuh bangun mereka di jalanan dengan muka babak belur dan baju seragam acak-acakan.
"Gue anter lo pulang ya." kata Zendi begitu tiba di warung kecil belakang sekolah, tempat biasa nongkrong saat bolos kelas. Motor kesayangan Zendi sudah menunggunya disana.
"Tapi gimana abang gue? Gue gak mungkin ninggalin dia, kalo dia kebacok gimana?" tanya Velia cemas.
"Jefri bisa jaga diri, dia gak lemah seperti lo, gak usah khawatirin dia." Zendi sebelumnya tidak tahu akan kedatangan serangan SMA Trisakti yang tak terduga itu, di satu sisi ia terlanjur mengerjai Velia dengan ngebooking semua tukang ojek.
"Udah ayo, lo lebih penting." Zendi naik ke motornya dan menyalakan mesin. Tatapan Velia ke arah jidatnya membuat Zendi urung memakai helm.
"Itu, lo .. gapapa?" Velia jadi ngilu sendiri ketika menunjuk pelipis Zendi yang terus mengeluarkan darah.
Sedikit usapan membuat darah itu berpindah menapak di telapak tangan Zendi. Velia memberinya selembar tisu untuk membersihkannya.
"Cuma luka kecil." komentar Zendi, dalam dirinya agak menahan perih. Mungkin itu karma yang ia dapat atas niatan buruk kepada Velia hari ini, supaya Velia pulang jalan kaki.
"Luka kecil apaan itu sobek mesti dijait." Velia berdecak sebal.
"Cie khawatir." Zendi lalu mendapat pelototan tajam dari Velia. Dasarnya mulut lemes. "jadi gue harus ke penjait gitu maksud lo?"
"Tolol. Kenapa gak sekalian aja lo bilang ke bengkel? Loh kok bengkel, iya kan biar ditambal! Bengkel mana sih yang buka tambel jidat hm?"
"Nge-gass aja terus sampe nabrak, dasar gak tau terima kasih lo udah ditolongin juga." gerutu Zendi.
"Siapa suruh nolongin."
Lama-lama bikin kesel. Baru kali ini Zendi menemukan gadis seperti Velia, yang kadar gengsinya lumayan gede. Tapi, Zendi hanya berasumsi saja mungkin Velia begitu karena merasa bersalah, seharusnya batu itu menimpuk dirinya bukan Zendi.
"Sekarang mau pulang gak?"
"Gak," ketus Velia.
"Oh, jadi lo mau liat tawuran itu lagi? Pengen kena batu kaya gue gini hah? Oke, ayo, gue kasih lo paling depan."
"Lo kok sewot?"
"Apanya?" Zendi mengerjap.
Velia menarik napas dalam-dalam, sejenak menatap jengah ke arah Zendi. "Lo ngaca deh, darah lo tuh gak berhenti-berhenti. Gue bukannya khawatir atau gimana-gimana lo jangan geer sih, cuma alangkah baiknya kan kalo kita ke rumah sakit dan benerin dulu tuh jidat lo hm."
Penuturannya begitu sabar. Meski senyum Velia tampak dibuat-buat a.k.a sedikit terpaksa, tapi Zendi justru menatapnya lain. Seperti satu hal yang berbeda. Terasanya aneh.
"Ternyata lo punya hati juga ya?"
Senyum Velia luntur. Kenapa jadi bawa-bawa hati?

Book Comment (220)

  • avatar
    mulyaniNenk

    aku suka ceritanya thor......lanjut baca nich...💪💪

    02/05/2022

      0
  • avatar
    Claudiya

    eyakkkk bagusss bangettt, ga kebayang sampe klk velia sama zendi nikah kirain velia sama rifai yang nikah. tp gaapa bagus bangett crtanya plot twist nya gaada seng tak sangka", kak fai dah ada gebtannya nihh yeee. semangat buat cerita yang lainnya ya kak ❤️

    06/01/2022

      2
  • avatar
    Yesi

    KAK MASIH ADA LANJUTAN NYA LAGI GA?😭😭😭😭 PENASARAN BANGET JADI KE INGET" PLISS,SEMOGA KAKAK BACA KOMENTAR AKU YAYAYA😭 MOGA HAPPY END JGA WKWKW😁😍🥰

    05/01/2022

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters