logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

aku lelah denganmu

aku lelah denganmu

eka sa'diyah


bab 1. kecurangan

"Laila Ini jatah bulanan kamu, dan harus cukup sampai akhir bulan!" tegas suamiku dengan memberikanku jatah bulanan sebanya 1.500.000
"Mas, uang ini cukup untuk pengeluaran 10 hari," ucapku supaya Mas Rizwan mengerti kekurangan keuangan dalam rumah tangga.
"Apa 10 hari? Kamu boros sekali lihat si janah di jatah suaminya sebulan 1juta itu udah cukup buat dia lah kamu aku kasi 1,5juta masih bilang gak cukup," mas Rizwan tak kalah sewot.
"Maaf Mas, uang ini jika sudah kepotong cicilan mesin cuci bayar kontrakan sisanua tinggal 500ribu dan hanya cukup untuk 10 hari," terangku pada Mas Rizwan.
"Aku gak mau tau, pokoknya harus cukup sampai sebulan titik!" bentak mas Rizwan.
"Baiklah Mas jika kamu tetap ngotot seperti itu, lebih baik kamu pegang sendiri uangnya dan atur sendiri. Masak seorang manager ngasi istrinya 10 persen dari gajinya. Terus gajimu yang lain kemana ?hah?" sudah muak dengan keputusan yang dibuat seenaknya.
"Kamu mulai berani, Lai!" bentak Mas Rizwan tapi aku sudah tak gentar lagi dengannya. Sudah cukup perlakuannya selama ini buatku
"Owh, belagu sekali kamu. Punya apa kamu? Dan bisa apa kamu kalau tidak menggantungkan hidupku padaku?" mas Rizwan masih meremehkanku.
"Baiklah Mas, sepertinya selama perkawinan kita  kamu sepertinya terbebani jika menafkahi aku. Baiklah Besok aku akan melamar pekerjaan dan kamu gak perlu larang aku!" tegasku sambil berjalan mendekati Mas Rizwan. Mas Rizwan nampak gugup sampai mundur beberapa langkah
"Apa maksudmu? kamu tidak boleh bekerja!" ucap Mas Rizwan tak kalah lantang.
"Kalau aku gak boleh kerja ya kemarikan kartu ATMmu dan biarkan aku yang mengurusnya!" tantangku.
"Tidak akan!! Enak sekali kamu bilang, nanti aku gak bisa menikmati hidup bersama teman - teman ku donk," jawaban yang sangat enteng sekali bagi Mas Rizwan.
"Owh ya sudah, kamu aja dzolim begini jadi aku akan bekerja," ucapku pada Mas Rizwan.
"Terserah kamu, pokoknya jika kamu bekerja aku gak akan memberimu nafkah bulanan," tukas Mas Rizwan. Mungkin memang sudha tak ingin lagi menafkahiku.
"Owh gak papa kok, malah aku seneng kalau bisa genepin jadi 3 bulan yang artinya aku sudah jatuh talak kepadaku dan aku bebas dari mu," sengaja ku panas - panasi hatinya sekalian.
"Mulai berani ya kamu sekarang? Dasar istri durhaka!" suara Mas Rizwan sangat nyaring.
"Helllooooo Mas, aku istri durhaka atau kamu yang suami durhaka, kamu lebih mementingkan teman - temanmu dari pada aku istrimu sendiri," ucapku tak mau kalah.
"Teman - temanku bisa mengajakku bersenang senang menghilangkan stres setelah bekerja," ucap Mas Rizwan dengan entengnya.
"Owh begitu, kamu menghilangkan stres tapi membuat istri sendiri stres," pungkasku.
"Mulai berani kamu sekarang?" pungkas Mas Rizwan sambil mengangkat tangannya untuk menamparku.
"Mau nampar? Silahkan, nih aku kasikan pipiku biar ditampar kan lebih enak aku bisa langsung visum dan kamu yang akan meringkuk di tahanan. Kamu gak ingin kan seorang manager yang masuk tahanan. Pastinya heboh donk, Mas," ucapku santai
"...."
"Kenapa diam Mas? Kamu takut?" tanyaku santai.
"Rizwan, Rizwan," teriak Ibu mertuaku.
"Iya Bu," segera Mas Rizwan menjawab teriakan ibunya.
"Mana jatah Ibu bulan ini? Dan ditambah 500ribu ya jatah Ibu," titah Ibu mertuaku sambil menengadahkan tangannya yang penuh dengan perhiasan. Seperti toko emas berjalan.
"Iya Bu ini sudah Rizwan siapkan," jawab Mas Rizwan sambil memberikan jatah bulanan buat Ibu yang lebih besar dariku.
"Kamu jangan iri ya? wajar jika aku minta jatah lebih besar darimu karena Rizwan anakku dan waktunya berbakti denganku," ucap ibu mertua sambil menatapku.
"Ibu mertua yang baik hati dan tidak sombong, mulai sekarang aku sudah tak minta jatah kok sama Mas Rizwan. Tapi ingat Ibu mertuaku sayang, jadi mulai besok Semua urusan Mas Rizwan mulai makan, mencuci bajunya Mas Rizwan dan pokoknya yang berhubungan dengan Mas Rizwan itu Ibu yang urus semua. Kan jatah Ibu mertua banyak sekali," kataku santai.
"Kamu!! Rizwan segera usir istrimu gak sopan banget dengan mertua!" teriak Ibu mertua.
"Gak usah teriak - teriak kali Bu, aku hanya pergi setelah Mas Rizwan menalakku," ucapku pada ibu mertua membuat ibu mertua bersungut.
"Dasar istri tak tau diri!" bentak Mas Rizwan.
"Gak usah bentak - bentak kali Mas,  nanti stroke loh, kalau stroke aku gak mau merawat loh ya karena mulai besok aku udah bekerja dan gak ada waktu buat kamu. Jadi mulai besok seluruh keperluanmu minta sama Ibumu!" pungkasku santai membuat wajah Mas Rizwan memerah.
"Tetaplah seperti Laila yang dulu yang menurut!" pinta Mas Rizwan.
"Owh tidak mau donk, kalau kamu ingin aku tetep seperti dulu ya seharusnya kamu berubah menjadi lebih baik donk bukan malah lebih parah. Ngaca woyyy! ngaca, nyuruh nyuruh istri melayani bak pembantu tapi kamu sendiri yang gak mampu membahagiakan istri. Kamu pikir aku babu gratisan? Pelacur aja gak akan mau melakukan hal semacam ini apalagi aku," pungkasku dan mendekati Mas Rizwan.
"Dasar istri durhaka!" bentak Mas Rizwan
Plakk
"Ini balasan untuk suami dzolim," ucapku setelah menampar Mas Rizwan
Plakk
"Dan ini balasan untuk suami yang sudah pernah menamparku saat aku dulu membela diri karena difitnah Ibu dan kamu hanya seperti patung tak bisa berkutik," sengaja ku ungkit masa lalu yang menyakitkan. Sudah saatnya aku bangkit
"Apa maksudmu?" teriak Mas Rizwan
"Hanya menunggu kamu mengucapkan talak aja," jawabku.
"Heh Laila! Rizwan gak butuh istri seperti kamu yang mandul dan gak berguna!" bentak ibu mertua
"Aku, mandul? Mas Rizwan kali Bu. Tuh hasil tesnya tahun lalu ada di laci. Mau di baca silahkan gak mau juga gak papa," kataku santai.
"Lancang sekali kamu, tak akan aku menceraikanmu dan ingat! aku akan membalas penghinaanmu ini," tegas Mas Rizwan.
"Owhhhh aku takut Bu, aku takut Bu dengan ancaman suamiku, hahahahaha tapi bo'ong. Ingat, Mas! suatu saat kamu akan menyesal telah melakukan hal dzolim padaku," ucapku mengingatkan Mas Rizwan.
"Aku gak menghina kali Mas, hanya kenyataan, dan silahkan aja kalau kamu mau menikah lagi. Tapi kira - kira ada gak ya wanita yang mau nikah sama lelaki mandul dan pelit," cemoohku.
"Oh ya Bu, tolong makan malamnya Mas Rizwan ya Bu. Kan aku udah gak dapat nafkah dari Mas Rizwan. Jadi, malam ini Ibu yang persiapkan ya. Karena aku udah gak butuh tuh nafkah dari suami yang dzolim," ucapku pada ibu mertua dan berlalu masuk kamar.

Book Comment (432)

  • avatar
    umairahaida

    greget puas sama ceritanya wkwk

    20/05/2022

      3
  • avatar
    Elsa Cinmapa Ciebarani

    cerita yang sangat bagus dan sangat memotivasi, untuk bisa memilih pasangan yang bisa bertanggung jawab untuk keluarga.

    11/01/2022

      0
  • avatar
    MahdaviYusuf

    Menurut saya, novel ini sangat menarik dengan alur cerita yang begitu penuh dengan kehidupan yang tidak adil sang istri dengan perlakukan Mas Rizwan dan ibu mertua

    10/01/2022

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters