logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 12 Nick Name Tim IT

“Bukankah lantai empat puluh lima memang disediakan untuk para pegawai, Pak?” tanya Json , pria berkepala botak tadi.
“Memang benar. Namun karena keterlambatan, maka Emma mendapat  punishment dari beliau,” jelas Ryan.
“Tapi, hari ini pekerjaannya lumayan banyak, Pak. Belum lagi komputer di sana harus kita perbaiki dan install ulang Windows-nya.” Mac merasa tidak tega juga mengingat begitu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini.
Emma hanya mengamati para lelaki itu berdebat secara bergantian. Ketika memasuki ruangan tadi, ia sudah melihat beberapa komputer di atas meja panjang. Perihal menginstal ulang, sudah biasa di lakukannya. Namun untuk memperbaiki kerusakannya perlu data dari pegawai yang sudah menganalisanya.
Ryan terdiam sejenak dan berpikir. “Apakah kamu sanggup melakukannya, Emma?” tanya Ryan kemudian.
“Bisa, Pak. Jika teman-teman lain dapat menjelaskan kerusakannya di bagian mana,” jawab Emma mantap.
Ryan tersenyum lega. Para lelaki hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tidak setuju dengan hukuman yang diberikan.
“Pekerjaan hari ini bukan itu doang, Emma.”  Mac dengan raut wajah khawatir. Begitu pun yang lainnya.
“Tidak apa-apa. Saya akan usahakan.” Emma melayangkan senyum penuh percaya diri untuk menenangkan mereka.
Melihat Emma yang tidak getir sedikit pun, Mac akhirnya hanya menganggukan kepalanya.
“Setelah semuanya selesai, coba periksa program yang saya buat. Sepertinya ada BUG.” Sobig yang sejak tadi hanya terdiam di depan komputer kini berdiri dan melangkah pergi.
“Mau kemana kamu?” tanya Ryan ketika melihat Sobig pergi begitu saja.
“Hari ini libur kan?” Sobig balik bertanya dengan pundak terangkat. Sedangkan kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku hoddie cokelatnya.
“Siapa bilang?” Ryan kembali bertanya.
“Semua pekerjaan diselesaikan oleh dia, jadi kita libur kan?” Sobig dengan ekor mata mengarah pada Emma.
“Sepertinya dia tidak menyukaiku.” Batin Emma dalam hati.
“Saya tidak mengatakan bahwa kalian libur jika Emma yang harus menyelesaikan pekerjaan hari ini.” Ryan bersikukuh.
“Sama saja, Pak.” Sobig juga tidak mau diam. “Saya hanya pergi mencari kopi setelah lembur semalaman.”  Ia akhirnya membuka handle pintu dan berjalan keluar dari ruangan itu.
“Sikapnya sulit di ubah,” ucap Ryan lalu menoleh kea arah Emma. “Jika ada sesuatu yang ingin ditanyakan, tanyakan saja pada mereka.” Ryan dengan telunjuk mengarah pada para lelaki yang matanya berpusat pada Emma.
“Iya, pak,” jawab Emma.
“Kalau begitu saya permisi.” Ryan pun berjalan keluar dari ruangan dan berjalan menuju lift.
Melihat kepergian Sekretaris, Json dan antek-anteknya merasa memiliki kesempatan untuk mengenali Emma lebih dalam.
“Apakah kamu selalu cantik seperti ini, Emma?” tanya Ruby dengan suara lantang. Dia adalah pria introvert namun baru kali ini ia berani bertanya.
Mendengar pertanyaan Ruby semua langsung tertawa kecuali Emma yang hanya tersenyum.
“Apakah itu pertanyaan yang ada di kepalamu sejak tadi?” tanya Linux di sela-sela tawanya.
“Sejak kapan kamu memiliki pertanyaan, Ruby?” Trojan juga ikut tertawa.
Liana hanya menatap lucu tingkah mereka. Ruby hanya tertunduk menahan malu.
“Tapi..,” Mendengar suara Emma semuanya terdiam. Emma sedikit kikuk. “Apakah nama-nama semuanya adalah nama asli?” tanya Emma ingin tahu.
Trojan maju selangkah dan dengan sikap hormat siap memperkenalkan diri. “Perkenalkan nama saya Aswin biasa di panggil Trojan.” Trojan adalah salah satu jenis virus komputer. Virus ini muncul melalui jaringan internet dan email yang diterima. Trojan memiliki kemampuan memperoleh informasi seperti password, kebiasaan user yang tercatat dalam sistem log, data, bahkan mengendalikan target. Trojan pernah meretas jaringan di kampusnya dahulu. Bukannya di hukum tapi malah di angkat jadi asisten dosen Kemanan Jaringan. Trojan kembali mundur selangkah dan membiarkan rekan lainnya memperkenalkan diri.
“Nama saya Cendric, nama kerennya Json. Emma tentunya sangat mengenali Json bukan?” tanya Json dengan kedua alis dinaikkan namun bibir memberikan senyum.
Emma ingin tertawa melihat tingkah Json namun diurungkannya. “Iya saya tahu,” jawab Emma. JSON adalah salah satu bahasa pemrograman. Jika anda seorang geek, istilah tersebut langsung tertuju pada ‘JSON’ alias JavaScript Object Nation.
Berikutnya adalah Page. Ia dengan gaya khasnya yang selalu mengibas rambutnya yang tidak panjang, ia sedikit membungkuk di hadapan Emma. “Aku adalah sosok fenomenal yang berhasil membawa perahu Google mengarungi kesuksesan seperti sekarang ini.”
Emma pun kembali tersenyum. “Larry Page.”
“Just Page,” sergahnya. Larry Page adalah salah satu pendiri mesin pencari raksasa Google.
Anna hanya menganggukan kepalanya ketika mendengar bahasa Inggris Page dengan bentuk bibir yang aneh. “Nama aslinya?” tanya Emma lagi. Agar ketika mencari rumahnya kelak tidak kesasar.
“Zacky,” jawab Page dengan bentuk bibir yang normal.
Giliran Mac. Ia tidak maju selangkah seperti rekan lainnya. “Aku adalah Arka atau Mac.” Perkanalan yang singkat.
“Singkat amat, Mac,” tukas Trojan.
Mac menoleh ke arahnya. “Jika dijelaskan maka saya harus menyinggung tujuh lapisan OSI dan itu pun tidak habis-habis,” jawab Mac dengan dahi dikerutkan. Trojan pun tertawa diikuti yang lainnya. Emma tentu tahu apa itu Mac.
Linux mengangkat tangannya dengan jari telunjuk menunjuk pada plafon ruangan. Ia seperti anak sekolah dasar yang hendak menjawab pertanyaan dari gurunya. “Nama saya Yandri, biasa di panggil Linux. Status jomblo. Alasan jomblo, karena belum ada yang berani mengisi kekosongan hati.” Emma langsung menutup mulutnya menahan tawa.
Trojan langsung memukul kepala Linux. “Ngapain bawa-bawa status segala?”
“Biar beda sama yang lain,” jawab Linux lalu tertawa.
“Supaya apa coba?” Page dengan gaya yang aneh. Seperti lelaki namun berlagak seperti perempuan.
“Supaya Emma tahu kalau dia jomblo.” Mac juga tidak mau kalah mengganggu Linux.
“Giliran aku kapan nih kalau kalian masih saja berdebat.” Ruby yang sejak tadi menunggu giliran tidak sabar untuk memperkenalkan diri.
“Silahkan,” ucap Emma.
“Saya, Reinaldo. Tim IT dan pegawai Alves Corp memanggilku Ruby.” Dengan gaya swag dengan tangan kanan berlagak seperti penyanyi rapper. “Oh satu lagi. Aku sangat menyukai Lisa Blackpink.”
Emma seperti kesambar petir mendengar perkataan Ruby. Gayanya swag namun dia adalah penggemar Lisa Blackpink. Yang lebih membuat Emma tidak bisa menahan tawa adalah Ruby menyanyikan lagu Lalisa dengan tariannya yang mampu membuat ruangan itu sedikit bergetar.
“Stop, Ruby. Sebelum aku melempar kamu dari lantai empat puluh sembian ini.” Ancam Trojan yang merasa risih dengan sikap Ruby. Ruby langsung berhenti menari dan kembali berdiri di samping rekan-rekannya.
“Sekarang giliran kamu, Emma.” Mac dan Json secara bersamaan meminta Emma memperkenalkan diri.
“Baiklah. Nama saya Emma. Apakah saya juga harus memperkenalkan nama lainnya?” tanya Emma.
“Harus,” jawab Trojan.
“Nama lainnya adalah Melissa.” Semua langsung bertepuk tangan mendengar nama Melissa.
“Sepertinya nama itu tidak asing.” Sobig yang sudah berdiri di belakang Emma entah sejak kapan membuat Emma menggerakkan bola matanya ke kiri dan ke kanan. Jika ada yang mengenalnya tentunya orang itu sangat hebat.

Book Comment (469)

  • avatar
    Liaaaa

    aaaa cinta banget sama cerita ini, setelah menunggu lama dan pemasaran akhirnya bab 150 adalah akhir dari cerita, thanks you thorr telah memberikan cerita terbaik, selalu semangat thorr❤️

    01/04/2022

      1
  • avatar
    Arif Karisma

    Cerita ny sungguh menarik dan menghibur saya suka sekali dengan alur ceritanya

    27/03/2022

      0
  • avatar
    Umayyachan

    suka suka suka, pdhl baru baca setengahnya tpi kuudah jth cinta dari bab 1❤ semangat updte sesering mungkin ya thor 💪

    29/12/2021

      1
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters