logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 99 Menghabisi Chrisoper

Adrius dan teman temannya pasti mencariku, jika Odsen tahu aku tidak datang sendirian, aku takut Christoper melukai orang tua dan sahabat sahabatku.
Altar Odsen adalah tempat yang hanya diketahui oleh keluarga inti Odsen dan para consigliere, tempat itu biasanya digunakan untuk berkumpul dan membahas hal yang sangat penting. Terletak di sebuah pulau rahasia, jika ingin sampai kesana harus melewati hutan bakau dan menaiki perahu selama tiga puluh menit.
“Kau sudah semakin tua sepertinya, lama sekali kau sampai disini” ejek Christoper saat aku tiba di Altar Odsen.
“Dimana orang tua dan teman temanku” ucapku to the point.
“Maafkan aku, mereka tidak ada disini” ejek Christoper.
Christoper lalu mengajakku ke sebuah ruangan, disana ada sebuah layar yang menampilkan orang tua dan sahabat sahabatku.
“Kalian baik baik saja?” teriakku saat melihat mereka di layar.
Mom, Dad, Stefany dan Anastasia kompak mengangguk, mereka tidak dapat berbicara karena mulut mereka di lakban.
“Sangat mengharukan, aku tidak menyangka seorang Alcie juga memiliki kelemahan” kekeh Christoper.
“Lepaskan mereka, mereka tidak tahu apa apa” semburku.
“Kau menghancurkan semuanya, apa kau pikir aku akan melepaskanmu?” ejek Christoper.
“Urusanmu denganku, jangan libatkan mereka” ucapku.
Plak! Christoper menamparku dengan sekuat tenaga, hingga bibirku sobek.
“Kenapa kau selalu menghalangi jalanku? kenapa kau tidak mati saja” geram Christoper.
“Maaf aku tidak akan mati semudah itu” ucapku sambil mengusap darah yang keluar dari mulut.
“Aku sudah tidak punya apa apa lagi sekarang, namaku sudah hancur, pabrik dan ladang poppy juga sudah kau hancurkan, aku tidak akan hancur sendirian, aku akan menyeretmu juga” ucap Christoper.
“Aku akan menemanimu ke neraka, tapi lepaskan mereka” pintaku.
“Baik, jika itu maumu” ucap Christoper, lalu dia mencengkram rambut dan membantingkan kepalaku ke atas meja hingga hidungku mengeluarkan darah. kepalaku berdenyut nyeri, aku mendengar teriakan tertahan dari orang tua dan sahabatku.
“Aku akan menikmati penyiksaan ini, aku sangat senang, tanpa aku mengikatmu kau tidak akan melawan karena mereka” ejek Christoper.
“Jika kau melukai mereka sedikit saja, aku akan membunuhmu walaupun aku sudah menjadi hantu sekalipun” ancamku.
“Oh tolong, aku takut sekali!” ejek Christoper.
Buk! Christoper menendang tulang keringku, aku terjatuh dalam posisi berlutut.
“Berlutut dan mengemis padaku untuk hidup mereka” ucap Christoper dengan nada angkuh.
“Aku mohon padamu, lepaskan mereka” lirihku masih dengan posisi berlutut.
“Tidak seru, Alcie yang aku kenal tidak akan berlutut dan meminta apapun pada orang lain” cibir Christope.
“Apa sulitnya berlutut dan memohon?” sinisku.
“Kau pikir mereka akan tetap bersikap baik padamu jika tau dirimu yang sebenarnya?” cibir Cheristoper.
Dia mendekatiku dan menjambak rambutku, lalu mendekatkanku ke kamera.
“Tuan Alex, Nyonya Rosa, lihatlah dia, dia adalah seorang wanita yang bisa membunuh siapapun tanpa mengedipkan matanya, berhati dingin dan hobi menyiksa orang, apa kalian tidak takut, suatu saat dia membunuh kalian? Asal kalian tahu saja, ayahku sangat menyayanginya sejak dulu, tapi lihat sekarang, dia berkhianat dan merampas semua milikku” ucap Christoper dengan emosi.
Aku hanya mengatupkan mulutku rapat rapat, aku tidak bisa membantah apapun yang dikatakan oleh Christoper.
“Tenang saja, aku tidak akan membunuh kalian, membunuh Alex Ambrosio sepertinya akan menimbulkan kekacauan yang sulit dibereskan” kekeh Cristoper.
Mom dan Dad sudah menangis sambil berteriak melihat penyiksaan yang dilakukan Christoper padaku.
“Aku hanya ingin kalian menjadi saksi atas kematiannya yang menyedihkan, ingat dia bukan lah gadis polos tanpa dosa, dia hanya seorang monster dengan tangan penuh darah yang bisa melakukan hal amoral dan menjijikan” ucap Christoper dengan senyuman puas.
Lalu dia memukuli, menginjak dan menendang tubuhku, aku meringkuk di lantai menerima semua penyiksaan yang dilakukannya, aku sebisa mungkin memegang perutku, untuk melindungi janin yang berada di dalam kandunganku.
“Kenapa kau belum mati juga?” desisnya.
Aku mencoba bangkit dengan sisa kekuatan yang aku miliki.
“Apa kekuatanmu hanya segini saja?” ejekku.
“Itu baru permulaan” ucap Christoper.
Cristoper mengambil sebuah pisau, lalu mendekatiku. Aku melihat Mom pingsan melihat Christoper menodongkan pisau didepanku. Aku menatap Christoper tanpa rasa takut, aku tidak boleh terlihat takut oleh ancaman Christoper, jika aku mati hari ini, aku akan mati dengan berani.
Namun jauh dalam lubuk hatiku, aku berharap hari ini bukanlah hari terakhir aku hidup di dunia, aku berharap setidaknya dapat melahirkan anak ini.
“Maafkan Mommy nak” ucapku dalam hati.
Bruk! Aku mendengar suara gaduh dari layar, fokus Christoper teralihkan dengan suara gaduh tersebut. Aku melihat paman Thomas dan Brian melepaskan ikatan Dad dan Stefany.
“Alcie, mereka sudah aman! Bunuh dia” ucap paman Thomas.
Aku tidak menyia nyiakan kesempatan, dengan gerakan sangat cepat, aku mengambil belati yang selalu ku simpan di pinggangku, aku menusuk Christoper tepat di ulu hatinya.
Uhuk! Christoper memuntahkan darah saat belati tertancap sempurna tepat di ulu hatinya.
“Kau terlalu banyak bicara” bisikku di telinga Christoper.
Aku menatap nanar tubuh Christoper ambruk bersimbah darah. Ku dengar suara tembakan dan baku hantam di luar ruangan.
“Alcie” teriak Adrius sambil mendobrak pintu ruangan.
Aku menangis haru saat melihat Adrius, Terima kasih Tuhan, batinku.
Tubuhku ambruk dan pandanganku menjadi gelap saat Adrius memelukku.
**
Rumah sakit
Aku bahagia saat membuka mata, melihat wajah teduh Mommy yang sedang membelai wajahku.Tidak henti hentinya aku mengucapkan terima kasih kepada Tuhan atas kesempatan hidup yang dia berikan untukku. Mommy berteriak memanggil dokter saat melihatku sadar.
Seorang dokter dan beberapa orang perawat memeriksa keadaanku, setelah melakukan beberapa pengecekan dokter tersenyum pada Mommy.
“Nyonya Jenny baik baik saja, tidak ada luka dalam, hanya luka luar saja, bayinya juga sehat” ucap Dokter.
“Ba—Bayi?” ucap Mom tergagap.
“Terima kasih Dokter, syukurlah jika bayinya sehat sehat saja” ucapku.
“Jenny, kau?” tanya Mommy.
“Iya Mom, sudah enam minggu” jawabku.
“Selamat sayang, Mommy bahagia sekali” Mommy memelukku dengan erat.
Dokter dan para perawat undur diri, lalu mempersilahkan Dad dan yang lainnya masuk.
“Jenny kau baik baik saja?” tanya Dad.
Aku mengangguk sambil tersenyum.
Tim Obsidian, Vincent, Paman Thomas, Stefany dan Anastasia juga ada di bangsalku. Mereka pasti mengkhawatirkanku. Hatiku menghangat melihat semua orang yang aku sayangi berada di sini.
“Maafkan aku sudah membuat kalian semua khawatir” cicitku.
‘Syukurlah kau masih hidup” ucap Paman Thomas.
“Jenny, bagaimana keadaan bayi kita?” tanya Adrius khawatir.
“Bayi?” tanya Dad, Paman Thomas, Stefany dan Anastasia kompak.
“Bayinya sehat sehat saja” ucapku malu malu.
Adrius mencium keningku dan mengusap perutku yang masih rata.
“Aku akan jadi Granpa!” Teriak Dad senang.

Book Comment (295)

  • avatar
    Nurul Aqilah

    jalan cerita yang menarik😘👍🏻

    24/04/2022

      0
  • avatar
    Putra SetiawanWawan

    Bagus

    19d

      0
  • avatar
    731nynyy

    amazing 🤩

    22/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters