logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 22 PERNYATAAN

Andreas tertawa mendengarnya. "Kau ini lucu sekali." ucap nya di sela tawa.
Lira menunduk dengan wajah yang semakin merah. "Aku kebablasan klo ngomong." erangnya dalam hati sambil menutupi wajah nya dengan kedua tangan.
Mereka berjalan beriringan menuju tempat parkir dengan perasaan Lira yang kian melambung oleh rasa berdebar dan bahagia tak terkira.
"Andreas kan ?" seorang wanita kisaran usia 25 tahunan dengan dress ketat model kemben dengan panjang di atas lutut tiba-tiba menghadang lamgkah kaki Andreas saat mereka tidak sengaja bersisipan.
Lira menatap wanita itu lekat-lekar dengan kening yang berkerut dalam.
"Apa aku mengenal mu ?" Andreas memiringkan kepalanya dengan kedua tangan di lipat di dada.
Wanita itu terkekeh sambil menutup mulutnya dengan jari-jari tangannya yang di hias nail art warna merah.
"Mentang-mentang ada Pacarnya." Ia terkikih sambil melirik ke arah Lira yang kian merasa tak enak.
Andreas bertambah tak mengerti. "Aku malas basa-basi, cepat katakan siapa kau." kening nya semakin berkerut dalam.
Wanita itu bukannya kesal karena sikap bermusuhan Andreas tapi tawanya malah kian kencang. Ia memajukan diri ke arah Andreas, yang membuat Lelaki itu memundurkan badannya.
"Night Club, siapa yang lupa membawa pengaman tapi nggak mau di luar." Ia berbisik sambil tersenyum lebar.
Mata Andreas membulat mendengarnya. Dan meskipun itu bisikan, karena Lira berada dalam jarak yang dekat dengan mereka ia bisa mendengar semuanya dengan jelas.
"Sayang sekali...aku tetap nggak ingat tuh." Andreas berkata santai setelah tadi terdiam beberpa saat.
"Dasar Lelaki, ingat rasa tapi nggak ingat wa..."
"Cukup." Andreas memotong kalimat wanita itu. Ia memasukan kedua tangannya dalam saku celana. "Aku nggak kenal kau." ucap nya tegas.
Kening wanita itu berkerut menatap Lelaki yang berbicara dengan gaya santai tersebut.
"Nggak ada yang kedua kali." Andreas meraih pergelangan tangan Lira dan segera berlalu dari situ.
Sepanjang perjalan sampai tempat parkir Mobil Andreas masih mengandeng tangan Lira tanpa berbicara atau menoleh ke arah gadis berambut panjang tersebut.
"Dasar jalang, sudah di beri tahu hubungan hanya satu kali sebatas di ranjang masih saja sok kenal." ucap Andreas dalam hati dengan wajah kesal.
Sangking kesal nya ia sampai tidak sadar jika mengandeng Lira seperti menyeret karena langkah nya yang panjang-panjang.
Dengan tergopoh-gopoh Lira mengikuti langkah kaki Andreas, mau protes tapi hati nya terlampau bungah oleh Andreas yang mengandeng tangannya. Sampai akhirnya ia tiba di parkiran dan Andreas melepas gandengan tangannya.
"...Wa,wanita tadi cantik sekali." Ucap Lira memecah sunyi di antara mereka yang saat itu sudah di dalam mobil dengan Andreas yang menyetir. "Pacar Kakak kah...?" tanya nya ragu.
Andreas terkekeh tanpa melihat ke arah Lira yang duduk di sampingnya. "Aku nggak pernah pacaran." ucap nya.
"Ooh.." mulut Lira membulat walaupun ia tidak begitu percaya.
"Aku tipe orang yang nggak mau repot dengan hubungan seperti itu." Andreas kembali berkata dengan mata yang tetap fokus ke depan. "Merayu, berusaha menyenagkan jika marah. Belum kalau mood mereka sedang jelek, di ajak bicara cuma diam. Hadeeh...baru membayangkan saja sudah malas." ia tertawa.
Lira langsung menunduk memelas mendengarnya. Mobil terus berjalan melewati jalan raya yang padat di hari minggu dengan banyaknya orang-orang yang berpergian.
"...Aku nggak akan seperti itu." ucap Lira saat mobil Mazda Cx5 warna white itu berhenti di lampu merah.
"Apa ?" Andreas langsung menoleh ke arah nya. "Kau bilang apa tadi ?" tanya nya karena ia tidak begitu jelas mendengar.
Lira menundukkan dalam-dalam wajah nya yang gusar dengan jari-jari tangannya yang saling meremas di pangkuannya. Sampai lampu traffic light
berubah warna menjadi hijau dan mobil kembali berjalan Lira masih menunduk dan tak menjawab.
Andreas sendiri tak ambil pusing dengan sikap gadis itu dan memilih mengabaikannya.
"Baru satu kali jalan, kalau aku bilang suka...terlalu cepat nggak ya...?" Lira berkata dalam hati dengan jari-jari tangannya yang saling mengenggam. Liriknya Lelaki berkulit lebih putih dari nya dengan wajah oriental khas Asia Timur. "Kalau aku bilang suka dulu, apa akan terlihat agresif seperti Anya...??" keningnya berkerut.
Lira bingung sendiri dengan pikirannya, bisa keluar seperti ini adalah hal yang langka untuk Lira. Biasanya ke maba pun ia pergi Kakak nya lah yang selalu bersamanya, walaupun menyengkan tapi kadang Lira kakak nya terlalu over protectiv padanya. Dan jujur saja walaupun kurang suka dengan Anya, tapi dia berterima kasih dengan gadis blak-blakan itu yang telah berani menyatakan cinta pada Kakaknya dan kini mereka berpacaran. Membuat Lira sedikit bisa bergerak bebas ke mana pun ia mau tanpa di kuntit oleh Kakak nya.
"Rumah mu di mana ?" tanya Andreas mengagetkan Lira.
"Antrakan saja aku di Toko Buku, Kak. Nanti aku pulang sendiri." jawab Lira sedikit panik, namun ia bisa menyembunyikannya.
Andreas menghentikan mobil nya ke pinggir jalan. Ia memandag tak mengerti.
"Di mall yang kita datangi juga ada toko buku, kenapa nggak beli buku di sana saja tadi ?" taanyanya.
Lira panik, ia memang tipe orang yang tidak bisa berbobong. Melihatnya alis kanan Andreas terangkat.
"Baiklah kalau memang itu yang kau mau." tak mau menunggu lebih lama lagi Lira yang sepertinya sulit untuk menjawab pertanyaanya, akhirnya Andreas yang berkata lalu mulai menjalankan mobil nya kembali ke tengah jalan raya.
Mereka terus diam dengan perasaan gelisah Lira yang tak enak terhadap Andreas, sedang Amdreas sendiri tidak terlalu memikirkan, ia memang type laki yang tidak mau repot-repot memikirkan hal yang bukan menjadi urusannya.
Sampai akhirnya mobil Mazda Cx5 warna white itu berbelok ke sebuah Toko Buku dan memarkirkan Mobil nya di situ.
Andreas menoleh ke arah Lira yang masih diam tak beranjak dari duduknya.
"Sudah sampai." ucap Andreas mengira Lira yang menundukkan wajahnya tidak tahu jika sudah sampai.
Lira mengangkat wajahnya dan menoleh menatap Lelaki yang memandang heran ke arah nya.
"...Kak Andreas.." ucap nya perlahan.
Andreas terdiam dengan pandangan bertanya.
"Me, menurut Kakak...aku bagimana ?" terbata ia bertanya.
"Bagimana apa ?" Kening Andreas berkerut tak mengerti.
Lira menelan ludah. "Apa Kak Andreas benar-benar tak paham...??" kata Lira dalam hati. Ia tak begitu yakin jika Lelaki bermata sipit itu demikian tidak pekanya.
"Apa ?" tanya Andreas lagi karena Lira terus menatap nya, dan ia tidak suka di tatap terus menerus seperti itu.
Lira menunduk, jantung nya berpacu semakin kencang. "Ka, kalau aku nggak perlu di rayu..." ucap nya sengaja di potong.
Andreas tak mengerti.
Mereka berdua saling tatap. "Kakak juga nggak perlu menyenagkan ku ketika aku marah, karena aku akan intopeksi diri terlebih dahulu." mata nya berbinar menatap Lelaki yang bisa membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. "Jika mood ku jelek, aku nggak akan mendiamkan Kakak, karena aku pasti akan menceritakan kenapa mood ku bisa jelek kepada Kakak."
Mulut Andreas membulat, sepertinya ia tahu arah pembicaraan gadis itu.
"Kak Andreas, aku suka Kakak..." ucap Lira perlahan.

Book Comment (186)

  • avatar
    hisammudindamia batrisyia

    nice

    25/06

      0
  • avatar
    leynselly

    bagus banget,,,

    19/01

      0
  • avatar
    TopJunak

    hai yg seru ya ceritanya

    09/01

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters