logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 19 HARI BERSAMA MU

Seumur hidupnya Lira tak pernah merasa sebahagia ini. Dalam ruangan Bioskop yang gelap dan hanya mendapat sinar dari layar besar yang sedang memutar film tentang Alien robot yang bisa menyamar menjadi mobil di Bumi, Lira tak henti-hentinya melirik ke arah Andreas yang tengah asik menikmati film sambil sesekali tangannya mengambil segengam popcorn rasa caramel dan memasukkannya langsung ke mulut.
Jantung Lira berdetak begitu kencang saat di tengah film terdapat adegan ciuman seorang wanita bersama Pemeran utama Pria. Lira tanpa sadar mengigit bibirnya dan wajahny terasa panas saat wanita itu dengan ganas memcium sampai Pemeran pria itu terdorong ke ranjang.
Yah walaupun ternyata wanita itu robot alien yang menyamar dan bermaksud mengoda si Pemeran pria, dan Andreas yang duduk di sebelahny ikut tertawa terbahak-bahak bersama Penonton lain saat Pemeran utama wanita yang tak lain Pacar Pemeran utama pria datang dan memergoki mereka sedang berciuman.
Senyum Lira terkembamg melibat cara tertawa Andreas yang sampai kedua mata sipitnya itu tinggal segaris. "...Gawat.." ucap Lira dalam hati saat menyadari sesuatu saat memandang Andreas yang tengah tertawa diam-diam. "Sepertinya...aku benar-benar menyukainya..." ia tersipu sambil menunduk dan menutup mulutnya.
"Oowh...Jadi Johan Kakak tiri mu..?" Mata sipit Andreas itu membulat.
Saat ini mereka telah duduk berdua di salah satu resto yang ada di dalam Mall tersebut, setelah tadi selesai menonton film.
"Iya, Mama menikah dengan Papa Kak Johan saat aku berusia 7 tahun." Lira menerangkan. Sesekali ia masih menunduk malu saat Lelaki berwajah oriental yang duduk di depannya itu melihat ke arahnya.
"Sudah aku duga !" Andreas memainkan sumpitnya. " Kau nggak mirip dengan Kakakmu yang seperti setan itu." ia mencemooh.
Lira tersenyum geli melihat ekspresi wajah yang di perlihatkan Andreas saat menyebut Kakaknya Setan. "Apa Kakak sebegitu mengerikannya ?" ia terkekeh.
Andreas mencelos, tapi tak berkata apa pun. Mana mungkin ia menceritakan kekalahannya tanding Tae kwon do dengab Johan, bahkan sampai 1 minggu tidak bisa jalan karena Johan menendang betis nya begitu kuat saat itu.
Mereka kembali menikmati udon ramen yang menjadi salah satu favorite di Mall tersebut, itu terbukti dengan penuhnya tempat mereka makan.
"...Kak Andreas wajahnya nggak seperti orang Indo..." dengan gugup Lira bertanya, karena dari tadi mereka hanya makan tanpa berbicara apa pun lagi.
"Kenapa ? Wajahku seperti perempuan ya ?" Andreas menghentikan makannya dan menatap Lira dengan kening berkerut.
"Ah, enggak kak..." Lira mengerak-gerakkan kedua tangannya dengan gugup.
Melihat Lira yang seperti ketakutan, membuat Andreas meminum ocha nya lalu berdehem beberapa kali.
"Mama blasteran Korea-jepang, sedangkan Papa masih ada darah orang Belanda." jawab Andreas akhirnya.
"Waah..." mata Lira yang besar membulat penuh kekaguman.
"Tapi seperrinya gen Mama ku lebih dominan, wajahku...seperti perempuan gini, ck !" Andreas berdecak kesal.
"Siapa yang bilang seperti perempuan Kak ??" Lira terlihat marah. "Kakak itu keren !" ucap nya antusias. "Saat pertama kali datang ke kampus, di anatar yang lain Kakak terlihat paling menonjol, paling berbeda. Dan aku tanpa sadar langsung melihat ke arah Kakak." Kali ini nada bicara Lira penuh dengan pujian.
Dan saat Andreas menatapnya terkejut, saat itu juga Lira langsung memekik kaget, menuduk dan menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "Maafkan aku Kak !" ucap nga malu.
Sesaat Andreas masih terkejut, namun kemudian ia tertawa, membuat Lira mengangkat wajahnya dan melihat me arahnya.
"Tentu saja aku terlihat paling menonjol." Andreas berkata setelah berhenti tertawa. "Di antara semuanya, aku paling tinggi, dan aku juga satu-satunya yang nggak memakai jas almamater !" ia terbahak.
Wajah Lira kembali memerah, ia diam menunduk dan pura-pura menyumpit ramen nya.
Sementara itu di Rumah Keluarga Prawira, di dalam kamarnya dengan penerangan remang. Johan tengah bergumul dengan Anya di atas tempat tidurnya. Mereka sama-sama tak memakai baju apa pun dan hanya tertutup selimut putih yang melorot sampai bawah pinggang tiap kali Johan yang berada di atas tubuh kecil Anya memacu miliknya dengan begitu kuat.
"...Aaah...Ka, kaak...hebat sekalii...." Anya terenggah di bawahnya dengan keningnya yang berpeluh. Ia mengkalungkan kedua lengannya pada pundak Johan yang berkeringat dan tersenyum penuh hasrat pada Lelaki yang kini tengah memberinya kenikmatan.
Gerakan yang berulang membuat tubuh Anya tersentak berkali-kali, membuat ia mendesah dan mengerang penuh gairah.
"Aah...Kaak..." Anya mencoba meraih kembali pundak Johan untuk ia peluk saat Lelaki itu menegakkan tubuhnya dan membuka lebih lebar lagi kedua paha wanita yang tengah pasrah di bawahnya, dengan rambut nya yang acak-acakan dan make up nya yang sudah terhapus di sana-sini.
Johan menghentak begitu kuat miliknya berkali-kali dengan kedua tangan yang tetap memegang erat pergelangan kaki wanita itu yang di bukanya lebar, membuat Anya menjerit dan mendesah-ndesah tak karuan.
Perbuatan dosa yang di anggap hal biasa oleh pelakunya, nikmat berujung neraka bagi yang mempercayainya.
Getar ponsel yang berada di atas nakas membuat Johan yang telah memakai celana pendek army dan tengah duduk sambil menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang meraih benda pipih itu.
Wajah Johan yang masih terlihat lelah dengan rambut pendeknya yang tak beraturan menatap lurus nama pada layar.
"Siapa Kak ?" tanya Anya yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk terlilit dari dada sampai bawah dengkul dengan rambut pendeknya yang masih terlihat basah.
"...Teman." Johan menjawab sambil mematikan ponselnya dan memetakkan kembali ke atas nakas.
Anya tersenyum lebar, ia berjalan ke arah Johan, kemudian duduk di sampingnya dan mengkalungkan kedua lengannya pada leher Lelaki yang duduk setengah tidur.
"Kak Johan hebat sekali..." puji wanita berperawakan kecil yang beberapa saat lalu mendesah dan berteriak di bawahnya bak pelacur.
"Hebat ??" Johan terkekeh pelan.
Anya mendekatkan wajahnya ke arah Johan dengan kedua tangan yang tetap memeluk Lelaki itu. "Jujur saja...di antara pacar-pacarku, kakak yang bisa membuat ku keluar lebih dari 2 kali..." ia berbisik, kemudian mengecup bibir Johan.
"Oh ya..??" meskipun nada bicaranya seperti terkejut, tapi ekspresi yang di tampilkan dari Lelaki itu terlihat biasa saja, dan itu membuat Anya merajuk dan menjauhkan diri dari nya.
"Kenapa ekspresi Kakak seperti itu ?" ia cemberut sambil berjalan ke arah meja tempat biasa Johan menghabiskan malam-malamnya untuk belajar.
Tak mau mengurusi Anya yang baginya hanya barang bekas pakai orang banyak yang bersikap sok mahal, Johan bangkit dari duduknya dan hendak ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
"Iiihh...apa ini...??" suara jijik Anya menghentikan langkah Johan.

Book Comment (186)

  • avatar
    hisammudindamia batrisyia

    nice

    25/06

      0
  • avatar
    leynselly

    bagus banget,,,

    19/01

      0
  • avatar
    TopJunak

    hai yg seru ya ceritanya

    09/01

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters