logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 9 Pengakuan Vina

Pagi-pagi sebelum kuliah dimulai, Vina sudah menceritakan kejadian menyeramkan yang dialaminya semalam. Kejadian yang tak akan pernah dia lupakan, yaitu dihantui arwah Beno. Teman satu kelasnya pun turut menyimak cerita Vina. Tadi malam, Vina pulang larut malam karena dia ikut organisasi kampus. Saat di depan parkiran, bulu kuduknya merinding. Saat dia menoleh ke belakang, arwah Beno tepat di belakang. Tanpa basa-basj Vina langsung berlari kembali ke sekretariat HMJ TI. Vina mengakhiri ceritanya. Ada yang bergidik ngeri saat Vina selesai bercerita, karena arwah Beno menghantui langsung menampakkan wajah seramnya.
" Kayaknya, sih, kalau Beno hantuin lo, karena dia dendam sama lo, lo pernah nolak cinta dia! " celetuk Nuno asal.
Vina memutarkan kedua bola matanya. " Ya nggak mungkin, lah. Itu kan kejadiannya udah semester dua dulu, Nuno! "
" Intinya kita semua bakal dihantuin sama dia semua, " ucap Irwan. " Tapi kenapa? Kita nggak ada salah sama dia. Selama ini kita nggak musuhin dia juga, kan? "
Semua yang ada di kelas mengangguk.
Mereka kalut dalam pikiran masing-masing tentang Beno. Mereka tahu Beno itu anak yang periang, baik hati dan suka menolong.
Beberapa menit kemudian, dosen datang. Yang ada di kelas langsung duduk di tempat.
"Perkuliahan kita mulai, " ucap dosen bernama Pak Rohadi.
Semua yang ada di kelas menyimak penjelasan dosen berciri khas kepala botak yang berusia kira-kira lima puluh tahun. Dosen tersebut mengampu mata kuliah Matematika Dikret.
"Saya ada tugas, kan? "
"Ada, Pak."
"Silakan dikumpulkan, " perintah Pak Rohadi.
Satu persatu dari mereka mengumpulkan tugas ke depan. Tak berselang lama, semua sudah mengumpulkan tugasnya.
"Baik, kali ini bapak yang mengabsen kalian sesuai yang mengumpulkan tugas, ya? "
"Baik, Pak."
Pak Rohadi meneliti tugas mahasiswa dan mahasiswinya, mencocokkan nama demi nama dengan nama kertas pengumpulan tugas.
Saat melihat ada nama Beno Krisyadi, mata Pak Rohadi tidak percaya. Pria paruh baya itu mengucek matanya. Tetap ada nama Beno Krisyadi di sana. Aneh, pikirnya. Beliau tahu Beno sudah meninggal beberapa hari yang lalu karena bunuh diri. Pak Rohadi juga melayat ke rumah duka.
" Beno Krisyadi bukannya sudah meninggal? " tanya Pak Rohadi.
" Benar, Pak, " sahut Irwan.
" Tapi tugas dia ada di sini? "
Pernyataan Pak Rohadi membuat seisi kelas saling adu pandang. Mana mungkin, pikir mereka. Beno sudah meninggal.
" Mungkin Anda salah lihat, Pak? Mana mungkin, Beno udah meninggal, " jawab Irwan lagi. Ada yang aneh dari kejanggalan ini.
" Coba kamu ke sini, dan lihat saja sendiri."
Irwan berdiri tegap dan menuju podium. " " " " " Mana, Pak? "
"Ini, " tunjuk Pak Rohadi.
Irwan melihat jelas nama Beno Krisyadi terpampang jelas di dalam tugas itu. Lutut Irwan menjadi lemas, dia benar-benar tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Irwan mengucek matanya, nama itu memang benar-benar ada. Tapi... bukan namanya Irwan kalau masih bersikap realistis, dia yakin ada orang iseng di balik semua ini. Irwan sangat yakin betul. Ya, mengambil keuntungan atas kematian Beno.
Bisa saja, kan?
" Saya percaya nama Beno memang ada, tapi bisa saja ada orang yang sengaja, Pak. Ya, mungkin dia sengaja melakukan hal ini dengan tujuan tertentu, " jawab Irwan berbisik.
" Bisa jadi, Wan, " jawab Pak Rohadi.
" Tenang, Pak, saya akan cari tahu siapa dalang semua ini, dan saya semakin yakin kalau Beno mati bukan karena bunuh diri. Tapi tolong, bapak bilang ke teman satu kelas kalau bapak salah lihat."
Pak Rohadi mengangguk.
Irwan kembali ke tempat duduknya. Nuno dan Jamet yang melihat Irwan langsung mengajak ngobrol temannya itu. " Wan, beneran ada nama Beno? "
"Nanti kita bahas di kos gue aja. Oke? "
Kedua sahabatnya itu mengangguk.
" Maaf saya tadi salah lihat, nggak ada nama Beno. Maklum saya sudah semakin tua, jadi pengelihatan saya sudah nggak seperti dulu lagi, " ucap Pak Rohadi menahan tawa.
"Nggak apa, Pak, " jawab sekelas serempak.
***
Irwan, Nuno dan Jamet duduk berjejeran saat sudah berada di kos Irwan.
" Gue semakin yakin kalau Beno mati bukan bunuh diri, tapi sengaja dibunuh, " ucap Irwan tiba-tiba, sontak mengagetkan Nuno dan Jamet.
" Kenapa lo tiba-tiba bilang kayak gini? " tanya Nuno penasaran. Bukankah dari awal Irwan tidak percaya atas kematian Beno disebakan dibunuh, melainkan bunuh diri.
" Ada hal yang bikin gue yakin, Bro, " jawab Irwan bersemangat.
"Apa? " Nuno dan Jamet menjawab serempak.
"Lo tahu, tugas mata kuliah yang diampu Pak Rohadi? Bener tadi itu ada nama Beno di sana, dan gue lihat dengan mata kepala gue sendiri, " ucap Irwan sambil menengok arah luar. Dia takut ada yang sedang menguping pembicaraan mereka.
" Lo serius? " Jamet melongo. Mendengarkan pernyataan Irwan saja membuatnya merinding.
" Jangan-jangan yang ngumpulin tugas itu arwahnya Beno lagi, Wan? " Kali ini Nuno mengelus tengkuknya yang mendadak merinding. Cowok berambut pirang itu langsung memeluk Jamet yang kebetulan ada di sampingnya.
" Met, gue jadi takut, deh, " Nuno semakin merapatkan pelukannya. Nuno tak terima dipeluk Jamet terlalu kencang, membuatnya tidak bisa bernapas.
" Lepasin! " seru Nuno sambil menabok tangan Jamet yang digunakan untuk memeluknya.
" Menurut gue ini bukan hal yang mistis, kok. Kalau gue mikirnya orang ini itu sengaja mengambil kesempatan atas kematian Beno, " tutur Irwan, menuangkan apa yang ada dalam pikiranya. Ya, semua bisa di logika, mana ada orang yang sudah meninggal bisa mengumpulkan tugas? Hantu atau sejenisnya merupakan makhluk yang tak kasat mata, yang hanya bisa menakuti. Kalau bisa mencekik atau sebagainya itu pasti ada sebabnya.
" Tapi, kalau itu benar-benar arwah Beno gimana? " Nuno masih tidak percaya dengan argument Irwan.
" Lo percaya aja sama gue, gue yakin ini murni kerjaan manusia untuk menutupi kalau dia di balik kematian Beno, " Irwan menepuk tangan kedua sahabatya bersamaan.
" Tapi gimana? Kita nggak terlalu akrab juga sama Beno, Wan? Gimana kita bisa cari tahu seluk beluk semuanya? " Nuno tampak berpikir keras atas teka-teki ini.
" Lewat pacarnya, " celetuk Jamet yang sedari tadi menyimak sambil memakan jajanan pasar yang tadi dibelinya di kantin kampus.
" Bisa juga itu, Met," jawab Irwan.
" Tapi gue rasa nggak mungkin juga kalau pacarnya yang bunuh Beno? " Nuno mulai berargumentasi.
" Kita belum bisa menyimpulkan semuanya, Bro, tapi setelah gue pikir, mending kita cari tahu tentang Beno sama sahabatnya, " ujar Irwan.
" Siapa sahabatnya Beno? " Nuno tampak bingung.
" Setahu gue, Beno itu punya sahabat kalau nggak salah jurusannya Sistem Informasi," jawab Irwan.
" Lo tahu orangnya? " Jamet memandang Irwan takjub. Sahabatnya ini memang cerdas.
" Lupa-lupa ingat, tapi kita bisa cari tahu, kok, " Irwan lalu merangkul semua sahabatnya.
" Pokoknya kita harus cari tahu semuanya, biar Beno bisa tenang di sana. Semangat! " Jamet dan Nuno merapatkan rangkulan Irwan bersamaan.
***

Book Comment (417)

  • avatar
    MoeSITI NUR SARAH BATRISYIA BINTI RIDHWAN TONG

    thankyou author , alur cerita menarik , plot twist dia memang power lah 😭💗

    11/08/2022

      0
  • avatar
    NouviraErry

    ya menarik x ngwri

    22d

      0
  • avatar
    Gorengan88Sambalpedas1989

    bagus banget

    24d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters