logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 8

Tinggiku dan tinggi Meisha sebenarnya sama saja. Aku tak begitu tinggi seperti pertumbuhan Kak Geisha. Jadi, jika Meisha mengandengku orang akan mengira kami sepantaran.
Dan pagi ini, Meisha seperti kesurupan begitu baik megandeng tanganku di sekolah, dan aku yang merasa risih dengan semuanya. Ada apa dengan Meisha hari ini?
"Pokoknya ikutin aku aja hari ini." tekan Meisha. Aku hanya mencibir dan berjalan duluan, mendahului Meisha. Tapi, ia mencengkram tanganku kuat, membuat darah merembes dari lenganku, kalian tentu tahu bagaimana cara aku bersenang-senang, dan sekarang disentuh seperti, membuat rasa sakit itu muncul. Karena aku tidak dalam kondisi sakit yang lain.
Apa sebenarnya mau orang-orang ini padaku? Kenapa harus aku? Aku bahkan tak pernah berbuat jahat pada siapapun. Kelewat kesal pada Meisha, aku langsung berlari melewati koridor kelas tanpa menghiraukan Meisha yang memaki diriku.
"Woy Lisha sialan! Eh, si anying belum juga selesai urusan." Biasanya aku capek menangis, tapi sekarang aku ingin menangis sebisanya aku ingin meluapkan semua perasaan ini, yang terasa menyesakkan dada. Aku meremas dadaku, sambil berlari tak tentu arah. Aku benci diriku! Aku benci hidupku.
Sampe merasa mentok dan sesak napas aku hanya berdiri menghadap tembok usang tersebut dan menangis mengeluarkan semua yang kurasakan. Dosa apa aku di masa lalu, hingga seperti ini? Apa aku pernah jadi Pelakor dalam kehidupan permaisuri dan raja? Tapi bukankah itu terlalu berlebihan.
Aku menghapus air mataku dan memegang tembok dan bersandar disana. Ya Tuhan, kenapa hidup begitu berat bagiku? Aku hanyalah anak kecil, yang tak layak mendapat perlukan seperti ini dari orang-orang. Aku terduduk dan menelungkupkan kepalaku dan menangis lebih keras. Aku benci air mata ini terus menetes, tapi air mata selalu turun saat merasa hatiku tidak bahagia. Air mata adalah lambang emosi, tapi aku membenci air mataku sendiri. Hidupku penuh dengan kebencian.
"Kenapa menangis sendirian disini?" Aku langsung mengangkat wajahku dan melihat cowok yang sering mengangguku. Kenapa dia ada di mana-mana?
"Kamu siapa?" tanyaku pura-pura. Aku ingat orangnya, tapi aku lupa lagi namanya.
"Aku bee. Kenapa nangis?" tanya cowok itu lembut, entah kenapa aku bisa merasakan ketulusan dari nadanya. Tapi apa benar ia tulus? Siapa tahu, ia sama seperti laki-laki yang lain, yan hanya menhincar fisikku. Sebenarnya, aku ingin mecelakai diriku, agar menjadi buruk rupa hingga aku bisa melihat siapa orang yang benar-benar tulus dengan hidupku. Lagi-lagi hidup tak pernah adil, dan juga hidup begitu kejam, pada manusia hina dan lemah sepertiku.
"Kenapa menangis maniez?" Cowok itu menyeka sisa air mataku, aku menepis tanganya sambil membasahi bibirku.
"Kau norak!" Bukannya marah atau tersinggung, cowok itu malah tertawa dan menyugar rambutnya ke belakang. Dia gila fiks! Tapi bukankah, lebih baik berteman dengan orang gila yang tulus daripada yang waras tapi modus semuanya? Tapi, aku tak percaya pada cowok ini.
"Duh makin manis. Mau masukan karung dan kurung di rumah." kata cowok itu geram sambil mencengkram daguku lembut. Aku hanya menatap matanya, matanya kelam. Seperti yang aku bilang sebelumnya, aku tak bisa membaca yang ada dalam matanya.
Cowok itu menggurung diriku dengan kedua tangannya dan mengimpit tubuhku ke tembok. Aku mencium aroma khas cowok yang membuatku hanya mampu menelan ludah kasar.
"Kamu udah sikat gigi?" Aku mengangkat alisku, tak mengerti dengan pertanyaan absurdnya dan saat merasakan bibir hangat itu menempel di bibirnya. Aku menghindar, akhirnya bibirnya mencium pipiku. Aku hanya mampu menunduk, tak ingin berurusan dengan orang-orang seperti ini.
"Aku mau masuk kelas." Aku mendorong dadanya. Cowok itu mengangguk, sebelum kakiku melangkah jauh ia menarik tanganku.
"Jangan pulang sama adikmu. Sembunyi dulu, nanti pulang sama aku." Aku langsung menghempaskan tangannya dan berlari ke kelas. Oh, aku bahkan tidak tahu sekarang berada di gedung yang mana, karena saking banyaknya gedung. Akhirnya mencari jalan keluar dan menunu kelasku. Kelas IX.2

Book Comment (373)

  • avatar
    argariniratih pangestika

    novel nya bagus. banyak sekali pelajaran yg kita ambil dari kisah novel ini. miriss memang dengan anak muda jaman sekarang, semoga anak anak kita dan para remaja lainnya tidak terjerumus dalam pergaulan bebas. sangat disayangkan masa depan mereka harus hancur karna salah pergaulan.

    29/12/2021

      0
  • avatar
    SunifaMiftakhul

    ah aku seneng banget cerita ini😍

    05/08

      0
  • avatar
    YunusAshar

    Keren Kak, lanjutkan

    04/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters