logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 54

Terbangun dengan keadaan kosong dan menerawang keadaan sekitar dan merasa ingin pergi, pergi ke manapun yang penting ia tak merasakan hal sial ini lagi.
Hati Delisha makin remuk saat melihat dirinya masih terbaring tak berdaya di lantai saat dirinya ditendang dan berakhir tak sadarkan diri. Tubuhnya rasanya mau patah semua tapi Delisha terpaksa bangun karena teringat Cheryl. Entah kenapa mengingat wajah polos bayi itu, semua rasa sakit itu seolah menghilang.
Dengan terseok-seok Delisha kembali ke kamarnya, keadaan bahkan sudah gelap dan perutnya begitu lapar. Saat seperti ini lagi-lagi ia meragukan Tuhan itu siapa, katanya Tuhan selalu ada, Tuhan selalu mengulurkan tangannya bagi hamba yang membutuhkan tapi saat dirinya terpuruk dan benar-benar sendiri, Tuhan itu tidak ada. Tuhan seperti bersembunyi dan Tuhan seperti bukan menganggap dirinya ciptaan Tuhan. Delisha menggeleng, jika sudah begini siapa lagi yang mau disalahkan?
Delisha hampir tumbang lagi saat mencapai bibir tangga atas dan ngesot menuju kamarnya. Ada Cheryl, ada Cheryl di sana. Bayi itu pasti kelaparan sekarang. Delisha membenci dirinya karena harus menjadi ibu yang lemah dan ibu yang tak guna.
"Lisha! Untungnya aku datang, kasian Cheryl kelaparan. Aku udah buat susu untuk dia." Delisha langsung menggeleng dan melihat bayinya tertidur dengan damai.
Gadis itu memaksa dirinya bangun. Dia langsung mengambil sebuah tas ransel dan memasukan baju-baju dalam tas tersebut. Delisha akan pergi, pergi dari rumah ini. Rumah ini tak pernah menawarkan kebahagiaan untuk dirinya, saat keluar dari rumah ini, Delisha tidak akan pernah balik ke sini dan mengingat siapa orang-orang di dalam rumah ini. Tidak akan!
"Lisha!" Delisha langsung menepis tangan Ayden, dan memasukan sembarangan baju-baju itu. Dia akan pergi walau tanpa tujuan, Delisha hanya ingin pergi walau menjemput kematian sekaligus.
Delisha mengambil gendongan bayi dan memasukan Cheryl dalam gendongan. Cukup sudah! Dia memang masih kecil dan berbuat kesalahan, tapi bukankah keterlaluan jika di diperlakukan seperti binatang? Bahkan binatang lebih bermartabat di mata mereka.
"Lisha! Aku antar!"
Delisha langsung turun dari tangga dan membawa tas ransel dengan membawa gundukan kecil dan gendongannya.
Semua orang sedang tidur. Bahkan alam seolah mendukung agar dirinya makin tersiksa. Hujan disertai angin yang kencang.
"Ayo sama aku!" Delisha tak bisa menolak, saat Ayden menarik dirinya ke dalam mobil laki-laki itu. Delisha bahkan tak sudi melihat kembali ke belakang rumah itu. Tidak akan! Dia akan menghapus memori ingatan tentang penghuni dalam rumah itu dan rumah itu sendiri.
"Kamu mau kemana?" Delisha tentu saja diam. Dia akhirnya sedikit bisa bernapas saat sudah di dalam mobil.
Delisha mengelus-elus kepala Cheryl yang tertidur.
"Kamu lapar. Nih aku sedikit biskuit. Makan Lisha!" Delisha mengambil biskuit itu, dan makan dengan lahap karena dia memang kelaparan. Tubuhnya benar-benar remuk dan ditempah agar dia selalu tahan banting.
"Ini udah tengah malam. Kamu mau kemana?"
"Kita ke rumah aku aja. Nanti pagi baru dipikirkan atau aku bisa bilang-bilang sama orang tua aku, kamu tinggal di sana."
"Tidak!"
"Jangan keras kepala Lisha! Semua demi kebaikan kamu juga!"
Ayden tak perlu menunggu persetujuan Delisha karena laki-laki itu memang membawa Delisha ke rumahnya. Dia yakin orang tuanya pasti bisa menerima karena Cheryl adalah cucu mereka sendiri.
Keadaan rumah Ayden benar-benar sepi ketika mereka sampai di sana.
"Ikutin aku aja kali ini. Jangan berpikiran pendek dan nekat, kamu yang akan rugi sendiri, Lisha!" Delisha tak perlu mendengarkan ocehan itu karena tak ada yang pernah mengerti bagaimana berada di posisinya sekarang.
Ruang tamu Ayden yang luas itu gelap.
Saat ingin menapaki tangga kamar, ruangan itu langsung terang.
Delisha melihat Ayah Ayden berdiri di sana melihat dirinya yang membawa bayi dan Ayden yang membawa tas ransel tadi.
Alam seolah tak pernah merestui mereka untuk sedikit merasakan ketenangan! Alam senang menyiksa mereka.

Book Comment (373)

  • avatar
    argariniratih pangestika

    novel nya bagus. banyak sekali pelajaran yg kita ambil dari kisah novel ini. miriss memang dengan anak muda jaman sekarang, semoga anak anak kita dan para remaja lainnya tidak terjerumus dalam pergaulan bebas. sangat disayangkan masa depan mereka harus hancur karna salah pergaulan.

    29/12/2021

      0
  • avatar
    SunifaMiftakhul

    ah aku seneng banget cerita ini😍

    05/08

      0
  • avatar
    YunusAshar

    Keren Kak, lanjutkan

    04/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters