logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 47

Terdiam, hanya duduk dan merenungi nasibnya, apa yang sebenarnya terjadi.
Delisha terduduk sambil memeluk lututnya dan melihat ke arah bayi merah yang sedang tertidur. Bagaimanapun ia akhirnya belajar dan menerima jika dirinya sudah menjadi seorang ibu sekarang, bukan lagi remaja normal pada umumnya.
Gadis itu menekan payudara yang terasa berat dan mulai mengeluarkan air susu. Awalnya enggan untuk menyusui tapi menyadari kewajibannya Delisha akhirnya mau menyusui bayi ini. Delisha menatap keajaiban itu, dan terdiam. Mungkin ia akan diusir dari rumahnya setelah ini tapi Delisha sudah siap dengan segala resiko yang ada.
Delisha hanya diam, ketika melihat Ayden masuk ke dalam dan menggosok tubuhnya dengan handuk.
Delisha merasa mereka benar-benar sudah menjadi suami-istri hanya saja tak ada status di antara keduanya. Delisha melihat kembali bayi merah tersebut dan tanpa sadar tersenyum, dia adalah malaikat bagiku. Mungkin kehadirannya tidak aku inginkan di awal tapi akhirnya aku sadar Tuhan menitipkan padaku agar aku bisa menjaganya, sampai Tuhan mengambilnya kembali.
Air mata Delisha turun dengan sendirinya. Ia terharu, ia bahagia walau banyak musibah datang silih berganti yang seolah tak ada habisnya.
"Masih sakit?" Delisha menggeleng. Mereka sudah ke dokter, dan menjahit milik Delisha dan membersihkan apa yang tertinggal saat melahirkan, Delisha memang malu ke dokter tapi saat ia tak bisa berbuat apa-apa saat merasakan perih lebih baik ia pergi dan menyelesaikan semua ini.
Sebenarnya masih terasa perih dan tak bisa bergerak dengan leluasa karena rasa perih itu masih sangat terasa. Tapi Delisha hanya diam, rupanya begini perjuangan menjadi seorang ibu.
Delisha langsung menoleh saat Ayden naik ke atas ranjang, gadis itu terdiam saat Ayden malah mengelus-elus kepala bayi merah itu.
Keduanya berfokus pada bayi merah itu yang membuat Ayden dan Delisha sadar ini adalah anak mereka, darah daging yang tak bisa dipisahkan. Hanya karena kebodohan keduanya akhirnya menghasilkan anak seperti ini.
Delisha masih diam saat Ayden berbalik dan tersenyum padanya.
"Nenek kasih nama Cheryl ya?"
"Iya."
"Kamu suka nama itu?" Delisha hanya diam. Nama Cheryl bagus, karena dia memang tak punya persiapan khusus buat nama anaknya.
"Kalau ngantuk tidur aja ya." Ayden langsung menarik tangan Delisha dan gadis itu ikut berbaring dan Baby Cheryl berada di tengah keduanya.
"Nanti kalau udah paham, pulang ya biar orang tua kamu nggak nyari." Membicarakan orang tua Delisha rasanya mual dan mau muntah karena memikirkan para iblis itu, semoga saat pulang mereka sudah mati duluan.
Keduanya terdiam membiarkan ruangan itu membisu, dan sama-sama menatap ke arah bayi merah tersebut. Ayden tahu beban yang gadis bodoh ini rasakan. Bagaimanapun, ia juga merasakan hal yang sama. Laki-laki itu membayangkan setelah ini pergaulan mereka tak lagi sama, mereka tak bebas nongkrong seperti remaja pada umumnya. Laki-laki itu mengangkat tangannya ke udara.
"Kamu pernah berpikir nggak, setelah ini hidup kita akan berubah. Mungkin kita bisa punya teman, tapi setiap saat pasti teringat kalau ada anak yang nunggu di rumah." Delisha menunduk dan melihat bayi merah tersebut. Rupanya mengemaskan, tak sia-sia pengorbanan hingga rasanya mau mati saat melahirkan walau sekarang ia masih merasa kesakitan dan tak bebas bergerak.
"Iya."
"Lisha, tetap mau sekolah?"
"Iya." Ayden menarik napas panjang, Delisha terlalu banyak diam dan cuek sekali. Banyak beban yang membuatnya seperti ini, terutama rasa takut jika orang lain tahu fakta punya anak dengan usia semuda ini.
"Jangan khawatir Lisha. Kamu tidak akan sendiri, aku akan menemani kamu selalu." Delisha hanya diam memperhatikan Ayden dan membasahi bibirnya.
"Kita jalani semua ini, dan terus berusaha yang terbaik. Kamu tetap bisa merawat tubuh kamu, kita akan berusaha biar bisa kayak teman-teman kita. Lisha bisa sekolah, nanti Cheryl sama nenek. Tenang aja, nenek sayang anak kecil." Delisha pandangi laki-laki ini, entahlah dunia dongeng seperti apa yang tengah mereka jalani ini, kenapa semuanya jadi seperti ini? Setelah ini Delisha ingin bilang ke semua remaja untuk perlu sex edukasi sejak dini, karena ia adalah korban kebodohan tidak belajar hal itu sejak dini, tapi sekarang ia tak ingin merenungi nasibnya dan akan merawat anaknya.
Delisha masih ingat dengan jelas ibu Ayden yang sama iblisnya dengan para iblis yang ia miliki di rumah. Banyak orang tua yang bisa melahirkan tapi tak bisa disebut orang tua.
"Itu dia bangun, kamu mau nyusuin?" Delisha menunduk dan melihat Baby Cheryl seperti mencari sumber makanan miliknya, gadis itu mengikuti naluri langsung menyusui, dan mengelus kepala putrinya dengan sayang. Delisha yakin, Cheryl akan tumbuh menjadi anak ceria membuat hari-harinya takkan pernah sepi. Ia jadi anak yang pintar dan Delisha akan jadi seorang ibu yang bangga terhadap anaknya. Tanpa sadar Delisha tersenyum, walau sekarang ia susah, tapi setelah hujan pasti ada pelangi. Dan Delisha pelangi yang muncul setelah ini tidak hanya sementara tapi berlaku selamanya.
Dengan pelan Delisha bangun dan mengendong Cheryl. Ayden hanya melihatnya, entah kenapa dia ikut bangun dan melihat bagaimana pemandangan asing tersebut.
"Kamu hebat Lisha, kamu pintar." Ayden menepuk-nepuk kepala Delisha, tapi gadis itu hanya memperhatikan laki-laki itu diam. Delisha memang lagi tak mood untuk berbicara, banyak hal yang menganggu pikirannya. Gadis itu hanya melihat ke arah bayi merah yang menyedot kuat susunya dengan keras. Delisha jadi suka aroma bayi, menenangkan dan bikin ketagihan, rasanya ingin berdekatan terus walau capek.
"Kalau dia udah besar, kita akan bangga menjadi orang tua. Kecil aja kita kayak gini, udah satu tahun udah enak." Delisha lagi-lagi diam. Ayden menopang kepalanya sambil melihat kedua masa depannya, dua wanita ini adalah orang-orang penting di hidupnya. Dia memang tak bisa menjamin dan tak bisa melihat masa depannya seperti apa, tapi Delisha dan Cheryl adalah prioritasnya.

Book Comment (373)

  • avatar
    argariniratih pangestika

    novel nya bagus. banyak sekali pelajaran yg kita ambil dari kisah novel ini. miriss memang dengan anak muda jaman sekarang, semoga anak anak kita dan para remaja lainnya tidak terjerumus dalam pergaulan bebas. sangat disayangkan masa depan mereka harus hancur karna salah pergaulan.

    29/12/2021

      0
  • avatar
    SunifaMiftakhul

    ah aku seneng banget cerita ini😍

    05/08

      0
  • avatar
    YunusAshar

    Keren Kak, lanjutkan

    04/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters