logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 40

Delisha membuka matanya perlahan dan matanya langsung melotot dan gemetaran saat Pak Sucipto yang ada di sana. Mampus!
"Bapak tak tahu masalah apa sama kamu. Tapi kata dokter kamu hamil!"
Delisha hanya menunduk, sambil menarik bajunya. Mungkin setelah ini, ia akan ketahuan satu sekolah dan dikeluarkan sekarang. Walau rasanya sayang, harus keluar dari sekolah jika menghitung hari ia akan melaksanakan ujian.
"Tadi itu pacar kamu?" Delisha diam. Tapi tak lama, Ayden masuk. Ya Tuhan, mereka anak-anak yang terjebak dengan masalah orang dewasa.
Pak Sucipto langsung terduduk di bangku plastik tersebut dan menarik napas panjang. Ia yang langsung membawa Delisha ke rumah sakit, karena merasa bertanggung jawab, walau saat pingsan Ayden orang pertama yang masuk lapangan dan mengendong Delisha di sana.
"Kamu kena anemia. Kurang banyak darah." Delisha benar-benar tak peduli pada kesehatan sendiri. Hidupnya terlalu rumit.
"Orang tua kalian tahu ini?" Rasanya Delisha ingin menangis, jika orang tuanya sampai tahu ini. Ia benar-benar akan diusir. Orang tuanya iblis dan jangan sampai para iblis tahu ini, mereka akan mengeluarkan taring iblis dan menghapuskan Delisha dengan kuku tajam mereka.
"Bapak tidak akan pulang, sebelum orang tua kalian datang dan jemput dan tahu sebenarnya."
Delisha mengangkat wajahnya pelan dan mengode pada Ayden untuk menjawab dan membawa orang tuanya kesini, karena sejatinya dia tak punya orang tua. Miris bukan?
"Saya telpon dulu. Tapi orang tua saya lagi kerja."
"Delisha?"
Delisha hanya menunduk dan memeluk lututnya. Kenapa gini amat ya hidupnya?
"Bapak nggak bilang kan orang-orang di sekolah." Semua orang yang mendengar juga tahu, jika itu adalah suara gemetar yang hebat. Air mata Delisha luruh.
Pak Sucipto tak habis pikir dengan anak sekarang. Mereka selalu mewajarkan having sex sebelum nikah. Padahal, jadinya adalah nyawa manusia bukan adonan slime. Laki-laki yang sudah berpengalaman dalam hidupnya, hanya bisa terdiam dan membenarkan kata orang jika kita tak menilai orang jika hanya dilihat dari luar. Bagaimana Delisha yang ia lihat sebagai anak baik, pendiam, cantik, dan anak yang tidak neko-neko ternyata hamil! Bahkan usianya masih terlalu muda, mungkin ini adalah kasus hamil paling muda yang pernah ia jumpai seumur hidupnya.
"Orang tua saya nanti datang."
Ayden memasukan ponsel dalam sakunya. Semuanya terdiam dalam ruangan sempit tersebut. Ayden hanya berdiri.
Walau rasanya ingin mengutuk dan memaki Ayden tapi laki-laki ini juga yang membuat Delisha bisa bertahan hingga sekarang.
"Kamu kelas berapa?" Ayden menunjuk dirinya merasa mata Pak Sucipto melihat ke arahnya. Laki-laki itu merasa begitu santai.
"Kelas 11."
Laki-laki itu rasanya mau pecah. Walau kedua remaja ini bukan anak kandungnya, tapi sebagai seorang guru yang banyak mengedukasi hal yang benar merasa tak percaya dengan kenyataan ini.
"Bapak tahu dosa ditanggung masing-masing, tapi kenapa sampai hamil?" Delisha hanya menunduk. Ayden diam.
Suasana di ruangan itu jadi hening.
"Orang tua kalian harus tahu ini. Bagaimana mungkin, masih kecil udah hamil dan bawa anak kemana-mana."
Delisha merasa malu tentu saja, hal ini yang membuat dirinya menutupi kehamilan dari semua orang. Jangan sampai kabar ini tersebar. Dirinya sudah tak disukai satu sekolah, dan semakin tak ada yang menyukai dirinya jika tahu Delisha yang pendiam dan seperti alergi pada laki-laki dan hamil, bisa dipastikan Delisha dicap sebagai anak paling munafik di seluruh dunia.
Tak lama Ayah Ayden datang. Delisha semakin gemetaran, untung saja bukan nenek lampir yang datang.
Pak Sucipto dan Ayah Ayden langsung berbicara di luar.
Delisha hanya meringis melihat Ayden, walau Ayden brengsek tapi laki-laki ini selalu ada buat dirinya. Rasanya tidak salah jika Delisha menceritakan semuanya, bagaimana keluarga setan itu membuat dirinya seperti ini. Walau Ayden hanya remaja naif, setidaknya kehadiran laki-laki ini membuatnya bisa bertahan menjalani hidup yang kejam.
"Kamu nggak papa kan?" Delisha menatap laki-laki itu. Masalah hidup mereka lebih berat sekedar bertanya kamu nggak papa. Lebih dari itu.
"Aku takut." cicit Delisha. Ayden menggeleng dan menggengam tangan gadis itu. Gadis kecil bodoh ini belum bisa menghadapi apa-apa. Walau dirinya juga masih sembunyi di balik ketiak orang tuanya.
"Nggak usah mikirin tentang orang lain. Fokus ke sekolah aja." Ayden mengelus rambut gadis itu. Ia harus mengakui jika lama-lama ia menyanyangi Delisha dan ingin terus melindungi gadis ini dan anak mereka, walau usianya masih terlalu muda untuk bisa mengambil keputusan yang bijak.
๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ
Ayden tahu, jika sudah begini maka akan ada keputusan yang merugikan dirinya sepihak. Bagaimana ayahnya hanya diam, pembicaraan bersama Pak Sucipto seperti menghasilkan sesuatu. Walau Ayden belum tahu apa itu.
Lagi-lagi Ayden disidang. Ia memang berada di posisi serba salah. Bagaimanapun, Ayden masih bergantung penuh pada orang tuanya, jika ia keluar dari rumah ini dan jadi gembel dari mana ia bisa bekerja? Usianya belum legal dan belum tamat sekolah.
"Papa seperti kehabisan kata buat kelakuan kamu."
Sinta juga hanya memijit kepalanya. Ia pikir setelah bertemu gadis itu semuanya selesai, tapi detik ini ia sadar jika anaknya akan terus terikat dengan gadis itu selamanya, dan semuanya tidak akan selesai begitu saja, ini baru pembukaan, belum lagi isinya.
"Jadi gadis itu pingsan di sekolah, karena dia berolahraga, tapi karena hamil jadi dia tak kuat dan pingsan? Trus kamu sok jadi pahlawan buat menolong di sana?"
"Ma ... Ayden pas itu ada di sana. Jadi nggak tega kalau dia kayak gitu nggak ada yang nolong."
"Jadi kamu secara tidak langsung, kamu merasa bertanggung jawab, karena kamu yang buat dia hamil. Hebat bangat kamu Ayden! Belum bisa cari uang, tapi udah punya anak. Mama nggak nyangka, bisa jadi pada anak semata wayang kesayangan, anak kebanggaan yang hanya bisa buat orang tua malu!"
"Nikahin aja Ma."
Ayden menggeleng keras. Ia memang merasa bertanggung jawab dan punya anak, tapi memikirkan nikah itu rasanya seperti berada di neraka. Menikah? Tidak! Ia belum bisa menjalani pernikahan. Usia mereka masih begitu labil dan fondasi pernikahan itu belum kokoh.
"Ayden mau nikah?" Ayden menggeleng cepat.
"Kemarin kamu bilang mau tanggung jawab."
Tanggung jawab yang Ayden maksud adalah agar Delisha merasa aman, saat gadis itu butuh pertolongan ia adalah orang pertama yang ada di sana. Bukan seatap bersama gadis itu dan membuat mereka bertengkar setiap saat karena pernikahan paksa yang dilakukan karena keadaan, dan belum didukung usia yang matang.
"Rasanya mau bunuh juga sanggup. Guru-guru di sekolah udah tahu. Dan kamu tahu apa yang Papa lakukan? Bapak nyogok mereka, biar tutup mulut kalau tidak kamu dan gadis itu keluar dari sekolah."
Ayden tak menyangka, akan sampai sana masalahnya. Padahal ia pikir akan aman selama tidak ketahuan dan tak ada acara sogok segala.
"Tabungan pendidikan kamu, udah Papa keluarkan buat nyogok guru-guru di sekolah biar kamu nggak dikeluarkan." Ayden hanya bisa menelan ludahnya. Laki-laki menatap sedikit pada orang tuanya yang hanya bisa menggeleng, dan wajah kecewa yang kentara. Balasan buat kebaikan orang tua Ayden tidak akan sebanding dengan semua perlakuan ini.
"Tak ada lagi pendidikan exclusive yang kamu dapatkan saat kuliah nanti. Masuk ke perguruan tinggi biasa, dan kuliah seperti anak normal. Bahkan kita tarik semua ya fasilitas ya Ma. Papa buat begini biar kamu sadar, dan tidak sembarangan lagi apalagi sampai terlanjur hamil seperti itu. Kamu benar-benar akan jadi orang tua."
Bolehkah Ayden minta pulang? Pulang ke pangkuan Ilahi. Rumit sekali rupanya.
Semua fasilitas Ayden dicabut. Bahkan uang bulanan yang ia dapatkan 5 kali lipat dari anak-anak normal lainnya, dikurangi jadi jatah uang Ayden satu hari hanya sepuluh ribu. Bagaimana ia harus pandai mengatur untuk uang bensin, dan rokok.
Sebenarnya diam-diam Ayden berencana beri uang pada Delisha buat persiapan gadis bodoh itu melahirkan, tapi jika sudah begini Ayden rasa tak bisa membantu apa-apa dan pada akhirnya selalu ia yang jadi lelaki pengecut dan brengsek di mata orang-orang.

Book Comment (373)

  • avatar
    argariniratih pangestika

    novel nya bagus. banyak sekali pelajaran yg kita ambil dari kisah novel ini. miriss memang dengan anak muda jaman sekarang, semoga anak anak kita dan para remaja lainnya tidak terjerumus dalam pergaulan bebas. sangat disayangkan masa depan mereka harus hancur karna salah pergaulan.

    29/12/2021

    ย ย 0
  • avatar
    SunifaMiftakhul

    ah aku seneng banget cerita ini๐Ÿ˜

    05/08

    ย ย 0
  • avatar
    YunusAshar

    Keren Kak, lanjutkan

    04/08

    ย ย 0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters