logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 38

Perut kenyang, tapi hati masih merasa sedih. Delisha terdiam, dan air matanya kembali turun. Kesedihannya tidak akan hilang, mungkin akan sampai selamanya bagaimana ia berjuang keras selama ini dan lagi-lagi jalan buntu dan kesialan yang selalu menimpa hidupnya.
"Selesaikan dulu ujian sekolah kamu. Satu bulan lagi kan? Trus baru kita mikirin strategi apa yang harus dibuat." Delisha menoleh pada laki-laki sial ini, kata-katanya terdengar menyakinkan dan sangat serius seperti orang dewasa. Tapi Ayden adalah pembawa sial dalam hidupnya.
"Kamu mau periksa ke dokter?" tanya Ayden memijit kepalanya sambil mengembuskan rokok ke udara. Stress seperti ini, hanya rokok yang bisa mengerti perasaannya.
Delisha menoleh pada Ayden lagi. Periksa ke dokter? Delisha takkan mau! Ia tak mau dihakimi oleh orang-orang di sekitar. Kata-kata Ibu Ayden masih membekas di ingatan dan tertancap begitu dalam hatinya, bagaimana wanita yang mungkin berpendidikan tinggi itu tega mengatai dirinya murahan. Mungkin semua orang yang tahu kondisi dirinya yang hamil dan semua pasti akan mengatai hal yang sama. Ia adalah remaja yang tak bisa menahan nafsu, padahal jika Delisha tak bodoh dan belajar seks edukasi sedari dini, maka hal ini takkan terjadi. Delisha pasti akan mencegah hal-hal seperti ini.
Saat ia dibenci orang tuanya, Delisha tak sempat untuk belajar hal lain. Fokusnya pada kehidupannya dan terus bertanya-tanya kenapa ia selalu disalahkan, kenapa ia selalu dibedakan? Dan saat mengenal Ayden ia berpikir akan mengurangi sedikit rasa sedih dan pengalihan dari semua musibah, namun ia malah menjemput musibah yang lain.
Hidupnya benar-benar terjebak.
Delisha hanya menunduk dan melihat dirinya. Tak bisa membayangkan bagaimana nasibnya ke depan, apa yang akan terjadi dalam hidupnya, ia tak bisa membayangkan. Jarak usianya dan usia anak hanya belasan tahun. Saat usia anaknya sudah 10 tahun, Delisha mungkin baru akan matang secara fisik dan pikiran.
"Jangan terlalu pikirin banyak hal. Fokus ke kandungan kamu aja."
Delisha hanya diam. Saat Ayden membaringkan dirinya, dan mereka melakukan dosa ternikmat yang bisa membuatnya hamil lagi. Lagian saat ia dikatai murahan, Delisha seolah ingin menunjukkan ke semua orang ia memang murahan dan bisa ngangkang bagi semua orang. Mungkin ia akan open bo untuk melayani lelaki hidung belang haus belaian. Semua karena sugesti negatif dari perkataan orang-orang yang merasuk dalam pikirannya.
๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ
Delisha sedang tidak dalam mood yang baik. Tubuhnya terasa lelah, dan seks juga tak membantu dirinya dalam merasa sedikit tenang sekarang. Padahal Delisha pernah baca jika seks bisa menghilangkan stress, tapi ia malah semakin stress sekarang.
Gadis itu hanya perlu mandi dan tidur. Mungkin Ayden ada benarnya juga, ia harus fokus ke pelajaran karena sebentar lagi ia akan melaksanakan ujian nasional. Walau tidak menjadi anak-anak yang menonjol di sekolah maupun di kelas, rasa-rasanya Delisha bisa menjawab semua soal nanti.
"Enak bangat Nyonya pulang." Delisha hanya menatap malas ratu iblis yang menatapnya songong dan begitu mencemooh dirinya, Delisha bisa melawan tapi ia tak mau ceroboh karena dirinya sedang hamil, bisa-bisa ketahuan sekarang dan ia bisa langsung dikubur hidup-hidup.
Delisha akhirnya menunduk dan langsung berjalan menuju kamarnya.
"Heh anjing! Cuci piringnya." Hati Delisha langsung retak seribu. Ia memang sering dimaki-maki, tapi kali ini begitu menancap. Atau memang karena hormon ibu hamil?
"Anjing?" tanya Delisha lirih sambil melihat pada ibunya. Orang tua ini juga yang membuat dirinya hancur seperti sekarang. Dirinya memang sudah hancur dan akan terus merusak dirinya hingga remuk.
"Cepat cuci piring! Benci aku lihat muka kayak anjing itu!" Jika membunuh halal, maka Delisha akan membunuh iblis ini, walau mungkin akan dibantu iblis yang lain, tapi hati Delisha sakit sekali. Anjing? Bukankah anjing itu mengandung konotasi yang negatif. Jika ada orang yang memaki dengan nama binatang berarti orang itu benar-benar tak menyukainya atau memang mulutnya perlu dirukiyah.
Delisha merasa gondok yang luar biasa dan sakit hati yang menumpuk di dadanya hingga terasa sesak, Delisha menurunkan tasnya dan mencuci piring sambil menangis. Cerita hidupnya benar-benar seperti sinetron. Bagaimana ia disiksa lebih kejam dari ibu tiri.
Dadanya begitu terhimpit. Delisha masih menangis, dan saat ratu iblis pergi ia langsung berlari ke kamarnya. Moodnya sedang jelek, jika dibuat makin terjun bebas maka Delisha ingin mati saja. Gadis itu langsung mengunci dirinya, jaga-jaga ratu iblis masuk dan menyiksa dirinya lebih hebat lagi. Oma-nya benar, ia harus jauh-jauh dari manusia ini. Tapi Delisha tak tahu harus kemana, di saat ia tahu kondisinya tidak memungkinkan. Delisha hamil demi Tuhan!
Gadis itu hanya bisa menangis dan mengelus perutnya. Kenapa harus seperti ini? Kenapa jadinya seperti ini? Kenapa hidupnya seolah tak menjumpai kebahagiaan sama sekali. Kapan aku bahagia? Atau ingin bertanya, kenapa aku tidak mati saja agar tak merasakan semua kesialan ini.
Delisha memang masih punya Oma yang membuatnya bisa bertahan sampai sekarang, tapi Delisha tahu Oma pasti kecewa berat saat tahu kondisi dirinya yang sudah berbadan dua. Dan mungkin Oma bisa mengira jika selama ini Delisha yang tukang ngibul dan para iblis itu benar. Gadis semakin menenggelamkan kepalanya di bantal dan menangis sebisanya.
Mungkin Delisha memang harus mengakhiri hidupnya!
๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ
Keadaan sekarang, begitu menganggu hidup Ayden. Dia memang hanya remaja salah jalan yang akhirnya jadi brengsek walau Ayden tidak menginginkan hal ini. Tapi nasi sudah menjadi bubur kacang hijau tidak bisa dirubah jadi nasi uduk, maka ia harus menelan makanan tersebut walau mungkin ia alergi dengan makanan tersebut.
Ayden tahu ibunya pasti murka luar biasa. Karena Ayden memang mendengar semua percakapan mereka. Ayden tak bisa membela siapa-siapa, walau sedikit simpati pada Delisha yang hanya anak-anak yang tidak tahu apa-apa tapi dibuat seperti orang dewasa.
"Ma..." tegur Ayden pada ibunya yang sedang serius menekur dengan laptopnya. Kerja, kerja, dan kerja. Ini salah satu hal yang bikin muak. Orang tuanya jadi budak kerja, padahal menurut hematnya seharusnya mereka sudah harus menikmati masa tua sekarang, walau ia juga belum bisa membahagiakan orang tuanya.
"Mungkin kamu udah tahu yang terjadi." tuduh Sinta. Ayden hanya bisa mengangguk. Dia ingin menyelamatkan Delisha tapi ia juga tak bisa melawan orang tuanya.
"Kamu masih kecil Ayden. Anak itu juga masih kecil. Ya Tuhan, apa sebenarnya yang ada di otak kalian? Bagaimana mungkin kamu bisa menghamili anak orang semuda itu? Dia harusnya masih belajar cara pakai pembalut atau coba-coba pakai pembalut enakan yang pakai sayap atau tidak. Bukan ngurus anak!" Sinta memijit kepalanya. Benar-benar tak mengerti dan masih merenung jika hal sial ini terjadi pada keluarganya pada anaknyaโ€”anaknya bisa melakukan hal itu!
Ayden menunduk. Sekarang hidupnya terus dihantui rasa bersalah, dan menyesal setiap waktu. Setiap langkah yang ia ambil seperti salah, belok kanan salah, balik badan salah, mau mati juga salah.
"Mama hukum kamu sampai 20 tahun juga nggak akan merubah apapun. Kamu akan tetap jadi ayah! Coba lihat diri kamu di kaca dan renungi. Sudah pantas jadi ayah? Sudah bisa ngurus anak? Kamu harusnya bisa nahan diri, penasaran boleh pada seks itu tapi bukan langsung main tancap ke anak orang yang masih begitu kecil! Kamu mau bunuh Mama sekarang!"
"Ma..."
"Mama awalnya mikir anak itu badannya udah besar, atau memang sudah besar hingga dia berani buat seperti itu. Tapi... Mama mendapatkan kenyataan yang buat Mama ingin bunuh kamu sekarang juga. Siapa yang mengajari seperti ini Ayden?!" teriak Sinta murka. Otaknya mau pecah saat menghubungkan semua ini. Dua remaja bodoh ini tak bisa jadi orang tua.
"Jadi orang tua itu tidak mudah. Lihat, bagaimana Mama udah usia 30-an baru punya anak. Saking mikirnya biar anak tidak terbengkalai. Kamu akan menyesal Ayden!" Ayden hanya menunduk. Bukan akan lagi, tapi sekarang di setiap detiknya, hidupnya selalu disertai penyesalan, setiap hembusan napas, setiap langkah kaki ia menyesal.
"Kamu punya pilihan sekarang. Ngurus anak itu, keluar dari rumah ini. Mama coret dari KK, biar Arjuna yang jadi orang tua kandung kami!"
"Nggak Ma." jawab Ayden. Ia hanya remaja naif yang masih bergantung pada orang tuanya. Jika ia sok jadi pahlawan dan hidupnya melarat bahkan ia mati kelaparan di jalanan Ayden belum sanggup. Rupanya ia tak siap bertanggung jawab. Ayden hanya ingin menikmati masa remajanya dan menikmati semua fasilitas yang orang tuanya berikan.
"Oh Tuhan, Ayden..." Ayden mendekati ibunya dan memeluknya. Mereka memang berada di posisi yang serba salah. Memang bisa melepaskan tanggung jawab tapi beban moral yang ditanggung dibawa sampai mati.
"Maafkan Ayden Ma." Sinta menggeleng. Dia memang hanya menggertak, bagaimana mungkin ia harus membuang anak semata wayangnya. Anak yang seharusnya ia banggakan di hadapan rekan-rekan kerja yang memiliki anak seumuran. Tapi, lihatlah kini ... Bagaimana Ayden menghancurkan semua rencana itu. Semula mereka yang berencana untuk menyekolahkan anak di luar negri atau Ayden kuliah di manapun ia pilih semua fasilitas sudah tersedia. Bahkan sebelum Ayden lahir, orang tuanya sudah menabung untuk pendidikan anak mereka.
"Mama bukan orang tua kejam yang benci sama kamu, hingga kamu lampiaskan kaya gitu. Mama meluangkan waktu pas pulang biar kamu cerita apa aja. Tapi ... Kenapa kayak gini? Mau bikin malu Mama sama Papa?" Ayden menggeleng, demi Fir'aun yang terkenal kejam hingga keabadian dirinya tak sengaja untuk melakukan ini. Berawal dari taruhan bodoh yang membuat dirinya hanya ingin bersenang-senang, bukan terjebak anak orang hamil dan jadi ayah semuda ini.
"Mama nggak bisa memutuskan apa-apa sekarang. Mama masih merenungi semua ini, setelah Mama bisa nerima keadaan, kamu harus terima keputusan Mama dan Papa. Apapun itu. Siap?" Ayden diam. Ia tak siap sama sekali. Otaknya memang buntu untuk memikirkan jalan keluarnya.
"Bahkan mungkin. Mama kirim kamu ke luar negri dan tak kembali.ย  Atau anak perempuan kecil itu yang kita kirim ke luar negri!"
Ayden tak tahu. Benar-benar tak tahu. Otaknya terasa blank. Ia tak punya kuasa untuk membela dirinya apalagi Delisha.
Mereka adalah kedua remaja bodoh yang terjebak, terombang-ambing dengan arus yang dibuat orang dewasa karena kecelakaan yang dibuat sendiri.

Book Comment (373)

  • avatar
    argariniratih pangestika

    novel nya bagus. banyak sekali pelajaran yg kita ambil dari kisah novel ini. miriss memang dengan anak muda jaman sekarang, semoga anak anak kita dan para remaja lainnya tidak terjerumus dalam pergaulan bebas. sangat disayangkan masa depan mereka harus hancur karna salah pergaulan.

    29/12/2021

    ย ย 0
  • avatar
    SunifaMiftakhul

    ah aku seneng banget cerita ini๐Ÿ˜

    05/08

    ย ย 0
  • avatar
    YunusAshar

    Keren Kak, lanjutkan

    04/08

    ย ย 0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters