logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 35

Delisha tak menyangka, dalam hidupnya bisa bertemu dengan calon mertua semuda ini. Walau ia dan Ayden tak bisa jadi pasangan. Tapi permintaan laki-laki itu jelas menyita pikirannya.
Apa yang sebenarnya Ibu Ayden mau? Delisha tak punya orang tua dan selalu berekspektasi jelek tentang orang tua.
"Mama mau jumpa sama kamu."
"Mau ngapain?" Delisha memandang Ayden dan membenarkan rambutnya  yang terus ditiup angin.
"Mau kasih sumbangan."
"Oh ya? Padahal aku bukan korban banjir." tanya Delisha dengan polos, membuat Ayden langsung menarik hidung Delisha karena gemas. Walau mereka tak bisa hidup bersama, tapi keduanya akan jadi orang tua.
"Banjir perasaan." Delisha langsung memukul dada Ayden. Laki-laki itu tertawa. Walau masalah terus berdatangan dan seolah tak ada habisnya, bagi Ayden jalani semuanya dengan hati yang lapang, maka tidak akan merasa berat.
"Mau ya. Mama aku nggak jahat. Nggak gigit orang." Delisha langsung terdiam. Mama aku nggak jahat. Benar, karena yang jahat adalah orang tua Delisha—baiklah Delisha merasa mereka tak layak disebut orang tua mereka itu iblis.
"Belajar dulu yang benar. Nanti pergi sama aku."
"Aku pergi sendirian aja." cegat Delisha. Ia penasaran apa yang akan dibicarakan Ibu Ayden. Entah sesuatu perhatian atau bentuk kejahatan lain yang membuat dirinya semakin menyesal terlahir ke dunia.
Walau tubuhnya kecil, Delisha bisa merasakan sedikit perubahan di tubuhnya. Bagaimana tubuhnya lebih berisi dan ia suka melihat tubuhnya sekarang, dan semoga tidak ada yang menyadari perubahan tubuhnya.
Delisha diam-diam mengelus perutnya yang dipegang terasa lebih kencang dan keras, daripada saat ia belum hamil. Terkadang Delisha terbangun di tengah malam dan tak bisa tidur hingga pagi memikirkan hidupnya, bagaimana ia menjalani ini semua.
"Kuat tak kuat, bisalah ya." Delisha bisa menguatkan dirinya dari semua. Ia bisa! Ia yakin pasti bisa.
Delisha mengikuti pelajaran dengan terus memikirkan Ibu Ayden. Bahkan bertanya-tanya apa Ibu Ayden seorang yang berpendidikan tinggi? Delisha sangat suka dengan orang yang mengutamakan pendidikan di atas segalanya.
"Semoga Ibunya baik." Diam-diam, Delisha ingin sekali merasakan sosok Ibu, yang mendukungnya dan menasihati dirinya yang sesama perempuan apalagi ia sedang hamil dan perlu diawasi nanti. Delisha masih begitu kecil untuk melahirkan.
Bahkan yang membuat Delisha masih merinding sampai sekarang karena ia membaca buku-buku. Kata pakar kesehatan, usia yang cocok untuk hamil dan melahirkan adalah usia 20 tahun ke atas karena rahimnya sudah kuat dan siap. Karena jika hamil di bawah usia 20 tahun resiko sangat besar, resiko keguguran dan kematian begitu besar. Delisha takut, walau ia yakin bisa melewati ini semua. Sudah banyak rasa sakit yang ia terima selama ini, dan Delisha berharap semoga ia bisa mentolerir rasa sakit saat melahirkan nanti.
Delisha mengelus perutnya lagi. Ada makhluk di sana, yang membuatnya kuat. Ada anak kecil yang memanggilnya ibu, anak lucu yang mengemaskan. Delisha membaca pengelaman ibu-ibu yang melahirkan dan banyak yang mengaku, rasa sakit itu akan setelah melihat bayi merah itu dan semua rasa takut, khawatir terbayar dalam hitungan detik. Walau memikirkan semua ini, rasanya seperti sebuah keajaiban.
💸💸💸💸💸💸💸💸💸💸💸💸💸💸
Delisha sudah hafal rumah Ayden, bahkan sampai di gang yang ke berapa.
Delisha masih berdiri di rumah besar yang menjulang tinggi tersebut dan menunduk, apa yang bisa ia lakukan atau apa yang harus ia bicarakan dengan Ibu Ayden? Delisha hanya anak kecil yang tak pandai bersosialisasi dan tak punya teman selama ini. Hanya Ayden yang ia kira bisa jadi tempat ia mencurahkan segalanya walau nyatanya ia menjumpainya bencana yang lain. Hamil!
Dengan ragu-ragu Delisha masuk dan menekan bel rumah Ayden. Gadis itu membelakangi pintu sambil memandangi pohon mangga yang tinggi milik Ayden. Jika tak ingat hamil, Delisha bisa memanjat pohon yang tinggi ini.
"Siapa?" Delisha langsung kicep, melihat nada suara yang tidak ramah sama sekali, dan perasaannya sudah tidak nyaman.
"Hi Tante, saya Lisha. Tadi, Ayden bilang suruh ke rumahnya."
"Oh! Kamu yang hamil itu?" Rasanya seluruh wajah Delisha langsung terbakar. Ia malu, ia malu takut! Begini rasanya jika semua orang tahu akibat dari perbuatannya, bagaimana semua orang akan mengunjing dan memakinya dan memandangnya sangat rendah. Padahal semua karena Delisha bodoh, ia tak tahu jika berbuat seperti ini bisa mengakibatkan hal yang sangat fatal dan merusak seluruh masa depannya.
Delisha hanya mengangguk, sudah takut duluan dan malu duluan. Rasanya ia seperti anak kucing cantik dengan bulu yang lebat dan langsung dicelupkan ke air saat diangkat semua bulunya mengkerut dan jadi jelek.

Book Comment (373)

  • avatar
    argariniratih pangestika

    novel nya bagus. banyak sekali pelajaran yg kita ambil dari kisah novel ini. miriss memang dengan anak muda jaman sekarang, semoga anak anak kita dan para remaja lainnya tidak terjerumus dalam pergaulan bebas. sangat disayangkan masa depan mereka harus hancur karna salah pergaulan.

    29/12/2021

      0
  • avatar
    SunifaMiftakhul

    ah aku seneng banget cerita ini😍

    05/08

      0
  • avatar
    YunusAshar

    Keren Kak, lanjutkan

    04/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters