logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 33

Bersama Ayden, maka akan ada acara bolos sekolah dan begitu adanya.
Walau ogah-ogahan Delisha akhirnya menurut saja, dan di sini mereka berada—kamar Ayden. Bagaimana semua kebodohan ini terjadi.
"Ini anak aku. Aku mau manggilnya Juna. Nanti kalau udah besar manggil kamu Ibu." Delisha langsung menggosok tubuhnya terasa merinding. Ibu? Usianya bahkan genap 15 tahun! Rasanya gadis itu ingin berteriak tapi tak bisa.
Tapi saat melihat bayi merah yang hanya menendang kakinya dengan gaya lucu dan mengemaskan, membuat Delisha tak tahan untuk mendekat dan memegang kaki mungil itu. Lembut. Entah kenapa, insting seorang ibu membuat dirinya tersenyum tanpa sadar dan bermain bersama Arjuna.
"Kok lucu." ujar Delisha keceplosan. Awalnya ia marah, dan merasa begitu bodoh, tapi melihat bayi lucu dan mengemaskan seperti ini, rasanya tak bisa diabaikan.
"Main dulu sama Juna, aku mau buat susu buat dia." Delisha berbalik, tak percaya Ayden sialan bisa bersikap seperti seorang bapak. Apa dia benar-benar bertanggung jawab?
Wait! Bukankah ini anak Ayden? Berarti si sialan ini punya banyak anak? Ya Tuhan, mereka masih sangat muda tapi kenapa bisa seperti ini?
Rasa panas menjalar dalam tubuh Delisha, tetap saja ia merasa dipermainkan. Bukankah dari dulu ia selalu bodoh?
Delisha menarik napas panjang, mau ngamuk-ngamuk juga percuma dan dia akan terlihat seperti orang bodoh, karena terus melakukan kebodohan untuk ribuan kali.
Ayden masuk. Delisha melirik laki-laki itu, dan bagaimana ia begitu telaten memberi susu di dot bayi. Delisha bahkan tak pernah berpikiran sejuah ini. Walau brengsek, pikiran Ayden lebih dewasa darinya, walau itu terlihat jelas.
"Kamu mau nggak ngurus anak berdua?" Delisha masih memandangi Ayden. Seriusan dia bertanya seperti itu?
"Ngapain ngajak aku?" Ayden diam. Ia tahu, Delisha belum terbiasa dengan semua ini. Saat ia memiliki anak sendiri, Delisha akan tahu bagaimana rasanya seperti dirinya. Ayden menyanyangi Arjuna seperti anak kandungnya, walau anak kandungnya yang sedang tidur nyenyak di rahim Delisha.
Walau Delisha seperti ogah-ogahan, Ayden tahu Delisha bisa jadi ibu yang luar biasa walau ia harus jadi ibu semuda ini. Baiklah, dirinya juga masih terlalu muda. Mungkin ini memang takdir mereka menjadi orang tua muda.
"Anak itu lahir, kita akan mengurus berdua." Karena sekarang Ayden sedang berusaha dan meyakinkan orang tuanya, jika ia bisa mengurus anak dan bertanggung jawab.
Delisha hanya diam, walau Ayden berkali-kali menekankan kata anak dan mengurus berdua. Sejujurnya, Delisha hanya ingin menikmati semua ini, bagaimana ia banyak belajar dari kebodohannya, bagaimana ia harus menyembunyikan kehamilannya serapi mungkin.
"Juna ini Mama." Delisha cemberut lagi. Sialan Mama! Padahal ia belum pantas disebut apa-apa. Panggil kakak saja sudah cukup.
Delisha dan Ayden sama-sama memperhatikan Baby Arjuna yang menggerakan tangan dan kakinya. Delisha langsung memikirkan, ia akan memiliki anak juga nanti. Ia akan membuatkan susu, mengganti popok. Delisha akan berurusan dengan popok, susu, minyak angin.
Mungkin teman-temannya di sekolah curiga jika ia tiap hari ia bau minyak kayu putih dan aroma bayi lainnya.
"Kamu beneran mau sekolah terus?"
Delisha menatap Ayden dan seolah bertanya. "Maksudnya apa?"
"Maksud aku, kalau kamu sekolah nanti trus siapa yang jaga bayinya." Delisha mengedihkan bahunya. Ia belum memikirkan hal itu, tapi sekolah terus berlanjut. Jika boleh bawa bayi ke sekolah Delisha tidak akan malu membawa bayinya ke sekolah.
"Aku nggak tahu." Ayden naik ke atas ranjang, dan berpikir sebentar. Statusnya juga pelajar, ia tak mungkin jadi pahlawan mengurus anak, jika sekolahnya terbengkalai.
"Kita akan pikirkan nanti. Kamu jangan takut sendiri." Sial! Semuanya terdengar begitu meyakinkan. Delisha masih diam, hari ini ia tak perlu merasa menghibur diri dan bersenang-senang. Masalah yang mereka hadapi tidak sesimpel pikiran Delisha, semuanya terasa sangat rumit jika diulurkan.
"Aku lagi berusaha yakinkan orang tua aku." Delisha mengangkat lagi alisnya. Ia sama sekali tak mengerti dengan maksud Ayden. Punya bayi, akan bertanggung jawab, mengurus berdua, dan menyakinkan orang tua.
"Oh iya ini masih bisa minum susu ibu hamil. Bawa sini biar aku buatkan."
Delisha mengambil tasnya dan mengeluarkan susu memberi pada Ayden. Ayden keluar membawa susu, Delisha hanya diam terserah Ayden mau berbuat apa. Ia tak punya rencana lain, asal anak lahir dan ia tetap sekolah seperti biasa.
Delisha melihat bayi itu muntah. Delisha melototkan matanya, bagaimana ini? Apa bayi ini keracunan? Atau sakit perut? Delisha jadi panik dan heboh sendiri.
"Ayden! Ini bayinya muntah." pekik Delisha lewat pintu kamar entah di mana Ayden berada.
"Bentar."
Delisha berbalik dan sekarang bayi itu sudah tengkurap, bagaimana jika bayi ini guling-guling dan jatuh? Atau tangannya patah? Delisha meringis dan tak pernah mengenal bayi seumur hidupnya. Jarak usianya dan Meisha hanya dua tahun, jelas usia yang masih kecil dan tidak akan mengingat bagaimana ia masih bayi dulu.
"Kenapa?" Delisha menunjuk bayi itu. Ayden membalikan Arjuna dan mengambil tisu bayi dan menyeka mulutnya.
"Nggak papa. Dia kekenyangan."
"Aku kira dia keracunan." Delisha mengurat dadanya parno sekali dia.
Ayden tersenyum dan berbalik melihat Delisha yang berdiri.
"Tuh susunya." Gadis itu mendekati nakas dan mengambil susu putih tersebut, Delisha jarang minum susu selama hidupnya. Gadis itu menutup hidungnya terlebih agar tak muntah. Saat susu mencampai perut dan tenggorkannya Delisha merasa mual, tapi ia tahan.
"Pintar." Ayden menepuk kepala Delisha sayang. Gadis itu mendorong Ayden, tapi Ayden malah memeluk Delisha.
Delisha bisa mendengarkan degup jantung Ayden. Begitu juga miliknya semakin berdegup kencang. Keduanya saling memeluk menikmati kesunyian dan kedamaian yang mereka rasakan, bagaimana kesulitan yang akan mereka hadapi ke depan jadi orang tua muda.
Delisha langsung menengadahkan wajahnya, saat Ayden membungkam mulutnya dengan bibir hangat laki-laki itu. Bahkan, anak dalam perut Delisha ikut menendang.

Book Comment (373)

  • avatar
    argariniratih pangestika

    novel nya bagus. banyak sekali pelajaran yg kita ambil dari kisah novel ini. miriss memang dengan anak muda jaman sekarang, semoga anak anak kita dan para remaja lainnya tidak terjerumus dalam pergaulan bebas. sangat disayangkan masa depan mereka harus hancur karna salah pergaulan.

    29/12/2021

      0
  • avatar
    SunifaMiftakhul

    ah aku seneng banget cerita ini😍

    05/08

      0
  • avatar
    YunusAshar

    Keren Kak, lanjutkan

    04/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters