logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 16

Hal pertama yang Jovan lakukan tentu saja bertemu Meisha. Meisha sangat suka Jovan, jadi permintaan apapun, Jovan yakin Meisha akan menyanggupi.
"Nomor Lisha dan kamu dapat satu ciuman." kata Jovan tanpa tedeng aling-aling bersandar di tembok belakang sekolah. Meisha meremas tangannya, setiap malam ia selalu mengkhayal Jovan menciumnya dan sekarang ia tak menyangka semuanya jadi kenyataan. Apa ini disebut mencium pangeran kodok? Tapi, Jovan bukan kodok. Jovan tampan, dan crush Meisha saat ia sudah memasuki sekolah ini. Saat desas-desus kakak kelas ganteng, dan Jovan dan Ayden adalah daftar teratas. Tapi, melihat Jovan yang lebih bad, Meisha merasa he's the one.
Meisha masih menunduk, tak berani menatap lawannya. Jika ia harus berpuas melihat Jovan dari kejauhan, sekarang cowok itu berdiri di hadapannya, dan ia bisa mencium dengan jelas wangi tubuh Jovan. Bau khas cowok aroma kayu yang kuat bercampur rokok, tapi Meisha suka.
"Gimana? Atau kasih DP dulu, nanti malam udah dikirim." Jantung Meisha rasanya mau copot. Belum sempat ia memproses semuanya, tubuhnya sudah ditarik dengan kasar, punggung Meisha menabrak tembok. Ouh, tulangnya bisa remuk.
Saat ini posisi keduanya, kelas 7 yang sudah tak dipakai lagi dan berada di gedung paling belakang sekolah, membuat yang lain tak bisa melihat posisi mereka dan apa yang mereka lakukan sekarang. Dan jikapun tertangkap, Jovan mana peduli, ia sudah terbiasa bermasalah dengan sekolah dan para guru.
Meisha mengepalkan tangannya, dan mengatupkan bibirnya, saat merasakan tubuh tinggi Jovan sudah menunduk, dan sekarang aroma nikotin lebih terasa di antara mereka. Meisha bisa mencium bau rokok, dari napas Jovan. Dan saat sebuah benda yang kenyal dan lembut menempel di bibirnya membuat Meisha tak percaya, jika ciuman pertamanya hilang oleh crush sendiri. Bukankah ini yang diinginkan oleh para gadis?
Perlahan, bibir tebal Jovan membimbing dan mulai menjilat, menyesap dan melumat bibir manis itu. Jovan sudah mencium ratusan gadis, tapi bibir amatir ini lebih menggairahkan dan lebih menggoda. Jovan sudah membayangkan bagaimana bibir Delisha nanti. Baru membayangkan saja, milik Jovan sudah berdiri tegak, tak sabar miliknya ditancapkan dalam liang Delisha yang sempit.
Membayangkan wajah cantik Delisha dan tubuhnya yang menghiraukan, Jovan mencium Meisha semakin buas, membuat Meisha kewalahan bahkan hampir meninggal. Ia tak tahu, jika ciuman rasanya mengerikan begini. Padahal yang ia tonton dalam TV lembut, penuh cinta, penuh gairah. Tapi ini seperti terburu-buru dan seperti orang kesetanan.
Saat merasakan, gadis itu hampir pingsan karena kehabisan napas Jovan melepaskan ciumannya.
"Kutunggu malam ini." tanpa melihat ekspresi lawan, Jovan berbalik. Gadis perek kecil kesayangannya, akan jatuh di tangannya. Dan Jovan berjanji, akan berhenti main-main. Sepertinya ingin makin seru dan menengangkan.
Game baru saja dimulai, dan kita akan melihat siapa pemenang sejatinya.

Book Comment (373)

  • avatar
    argariniratih pangestika

    novel nya bagus. banyak sekali pelajaran yg kita ambil dari kisah novel ini. miriss memang dengan anak muda jaman sekarang, semoga anak anak kita dan para remaja lainnya tidak terjerumus dalam pergaulan bebas. sangat disayangkan masa depan mereka harus hancur karna salah pergaulan.

    29/12/2021

      0
  • avatar
    SunifaMiftakhul

    ah aku seneng banget cerita ini😍

    05/08

      0
  • avatar
    YunusAshar

    Keren Kak, lanjutkan

    04/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters